AKSI BERSAMA, ANGKUT SAMPAH PLASTIK DI PANTAI PENELURAN PENYU PALOH
Sebagai salah satu kawasan konservasi perairan di Kalimantan Barat, Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Taman Pesisir Paloh merupakan pantai peneluran penyu yang sangat vital. Setiap tahun, sekitar 3.700 penyu datang untuk bertelur di pantai ini, terutama Penyu Hijau (Chelonia mydas).
Kebersihan pantai sangat penting karena sampah plastik yang terbawa arus laut dapat mengganggu proses peneluran, membahayakan kesehatan penyu, dan merusak ekosistem alami penyu. Sebuah pantai peneluran yang bersih dan bebas dari sampah plastik tidak hanya mendukung kelangsungan hidup penyu, tetapi juga menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan lingkungan di kawasan tersebut.
Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, Kelompok Masyarakat Wahana Bahari Paloh didukung oleh WWF-Indonesia menggelar aksi bersih pantai di Pesisir Paloh pada tanggal 22 Februari 2025.
Kegiatan ini melibatkan berbagai kalangan—dari komunitas, pelajar, hingga mahasiswa—yang bersatu dalam upaya nyata menciptakan lingkungan pantai yang bersih dan aman bagi penyu. Selain aksi bersih, diadakan pula lomba kreasi daur ulang bagi pelajar dan beberapa permainan tradisional, seperti Bowling Kelapa, guna menambah semangat kebersamaan dan kreativitas dalam menjaga lingkungan.
Pagi itu, tercatat 165 peserta hadir di pos monitoring penyu Pantai Sungai Belacan. Mayoritas peserta merupakan pelajar dari SMAN 2 Paloh, SMAN 3 Paloh, SMKN 1 Paloh, dan SMK Unggulan Sambas, sementara sisanya berasal dari berbagai komunitas seperti anggota Kelompok Penyu Paloh, Manajemen Bisnis Pariwisata Politeknis Sambas, Mapala Politeknik Sambas, 63Club, Kulu Kilek, Avontur Borneo, Bekesah Tentang Alam, Summer Camp Khatulistiwa, dan Sispaga SMKN 1 Paloh. Partisipasi aktif mereka diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, khususnya pantai peneluran penyu yang menjadi simbol kelestarian alam.
Meskipun diwarnai oleh rintikan hujan, semangat para peserta tetap menyala. Peserta berhasil mengumpulkan sekitar 390,2 kg sampah, yang terdiri dari sampah botol minuman (243,9 kg), sampah plastik keras (36,1 kg), sampah kaca (18,5 kg), sampah styrofoam (88,3 kg), serta sampah lainnya (37,4 kg).
Menariknya, sampah yang terkumpul teridentifikasi berasal dari 17 negara. Mayoritas berasal dari Indonesia, namun ada pula sampah dari negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, China, hingga negara dari benua Afrika dan Amerika Selatan seperti Zimbabwe dan Curaçao. Data ini menggambarkan bahwa masalah sampah merupakan tantangan global yang berdampak langsung pada lingkungan lokal.
Ketua Kelompok Masyarakat Wahana Bahari Paloh, Zulfian, menjelaskan bahwa kelompoknya telah konsisten menangani permasalahan sampah sejak tahun 2016. “Kami telah bekerja keras mengatasi sampah di kawasan ini, karena sampah tidak hanya mengganggu proses peneluran penyu, tetapi juga mengancam kesehatan lingkungan dan ekosistem yang menopang kehidupan penyu,” ujarnya.
“Harapannya ke depan, kami tidak hanya sekadar membersihkan pantai dari polusi plastik, tetapi juga mampu mengelola sampah tersebut agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi,” tambahnya.
Aksi ini merupakan langkah nyata dalam konservasi lingkungan sekaligus menekankan bahwa pantai peneluran penyu yang bersih adalah kunci kelestarian spesies yang terancam punah dan ekosistem yang sehat. Meskipun masalah sampah tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat, kegiatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran pelajar dan mahasiswa.
Melalui program Plastic Free Ocean Network (PFON), ke depannya WWF-Indonesia akan melakukan pelatihan pendataan sampah bulanan. Kehadiran volunteer baik dari komunitas, mahasiswa maupun siswa sekolah yang berada di Paloh dan sekitarnya diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan sejak dini, diharapkan generasi muda akan lebih giat menjaga kebersihan kawasan konservasi dan turut berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi polusi plastik.