KUNJUNGAN MEDIA KE JANTUNG SENTRA ROTAN KATINGAN
Oleh: Karina Lestiarsi
Pada tanggal 30 Januari – 1 Februari 2019, tim WWF-Indonesia berkesempatan melakukan perjalanan bersama jurnalis dari media nasional dan daerah untuk mengunjungi beberapa lokasi pengembangan rotan di wilayah Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Kabupaten Katingan memiliki potensi sumber daya alam hayati berupa rotan yang besar. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Katingan (2006), lahan rotan di Katingan mencakup kawasan lebih dari 325.000 hektar dan mampu menghasilkan rotan basah sebesar 99,4 ton per tahun. Dari 41 jenis rotan yang berhasil diidentifikasi, hanya 2 jenis rotan yang dibudidayakan masyarakat yaitu rotan Irit/taman (Calamus trachycoleus) dan rotan Sigi/Sega (Calamus caesius) (WWF,2013).
Menggunakan total 6 kendaraan roda empat, rombongan mengawali perjalanan darat menuju kantor Bupati Katingan di kecamatan Katingan Hilir. Tim media berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan Bupati Katingan, Bapak Sakariyas, S.E. yang didampingi oleh jajarannya serta Ibu Daurwati selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Katingan. Bapak Sakariyas mengatakan, “Pemerintah daerah sangat berterima kasih kepada program WWF Indonesia yang sudah membantu para petani di Katingan. Jujur saja untuk menyelamatkan esensi rotan di Katingan ini sangat sulit. Kami sudah bekerja sama dengan para pelaku usaha, CSR perusahaan dan mendatangkan instruktur untuk para petani, tapi masih sangat sulit mengangkat kembali rotan ini. Kami berharap dengan adanya program dari WWF Indonesia ini bisa membantu sektor rotan di Katingan.”
Selepas jamuan makan siang, rombongan kembali berangkat menuju desa Tumbang Hiran dengan waktu tempuh sekitar 5 jam perjalanan via darat dan beberapa kali menyeberangi sungai menggunakan ferry. Jalur darat yang dilalui pun bukan berarti tidak ada hambatan, dengan kondisi cuaca hujan, beberapa kali mobil yang dikendarai pun harus amblas di lumpur sehingga perlu ditarik oleh mobil khusus yang setia mendampingi rombongan. Sekitar pukul 22.00 waktu lokal, akhirnya rombongan pun tiba di penginapan kecil di desa Tumbang Hiran untuk bermalam.
Keesokan pagi, rombongan bersiap menuju Desa Bangan Surai di Kecamatan Marikit untuk berkunjung langsung ke kebun rotan milik anggota Perkumpulan Petani Rotan Katingan (P2RK). Perkumpulan Petani Rotan Katingan (P2RK) Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah saat ini merupakan satu-satunya perkumpulan yang telah memiliki sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) untuk pengelolaan rotan lestari. Keberhasilan P2RK merupakan tonggak sejarah sebagai produsen hasil hutan bukan kayu komoditas rotan pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat FSC.
Rombongan media dapat melihat langsung proses pemanenan rotan dan juga pengolahan rotan tradisional dari kebun bersertifikat FSC serta berbincang dengan para wanita pengrajin rotan. Menurut para pengrajin, kendala yang mereka jumpai saat ini adalah tidak ada lagi anak muda yang mau melanjutkan pekerjaan menganyam rotan. Anak muda di desa tersebut lebih memilih merantau untuk bekerja atau kuliah. Untuk itulah WWF dengan dukungan IKEA melanjutkan upayanya dalam meningkatkan nilai pasar rotan di tingkat petani dengan berkolaborasi dengan para mitra di Kalimantan Tengah dengan harapan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan rotan.
Selesai melihat pemrosesan rotan, rombongan pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Punggualas, Taman Nasional Sebangau dengan menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam perjalanan darat yang kemudian dilanjutkan dengan speedboat yang memakan waktu tempuh kurang lebih 45 menit, lalu dilanjutkan dengan perahu klotok kurang lebih sekitar 15 menit. Akhirnya rombongan tiba di camp Pusat Informasi Riset dan Pariwisata Alam (PIRPA) untuk melepas lelah dan bermalam.
Pagi harinya, rombongan pun diajak menelusuri hutan untuk melihat keanekaragaman hayati, setelah kurang lebih tracking selama 1 jam serta menyempatkan untuk mampir di danau Punggualas, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke lokasi terakhir yakni menuju demo plot rotan di desa Karuing. Lokasi ini merupakan plot budidaya rotan dengan total luas 93 hektar. Kunjungan ke demo plot rotan desa Karuing merupakan kunjungan terakhir rombongan sebelum akhirnya rombongan media kembali ke Jakarta melalui Palangkaraya.