KUMBANG 2022: DISKUSI STRATEGI KAMPANYE LINGKUNGAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI MELALUI MEDIA DIGITAL
Kegiatan Kumpul dan Belajar Bareng (KUMBANG) merupakan sebuah kegiatan diskusi, peningkatan kapasitas, dan konsolidasi yang setiap tahun diselenggarakan oleh Youth and Education Program, Yayasan WWF Indonesia dengan melibatkan relawan Earth Hour Indonesia dan Marine Buddies dari seluruh Indonesia. Tahun ini, 30 relawan dari 22 kota, termasuk Banda Aceh, Semarang, Putussibau, Palopo, hingga Jayapura. Para relawan berkumpul di Pondok Rasamala, Bogor, untuk mendiskusikan berbagai hal, termasuk rencana program kerja selama satu tahun ke depan, strategi kampanye, hingga materi tentang keanekaragaman hayati yang menopang kelangsungan hidup manusia, selaras dengan tema “Unity in Biodiversity”. Dalam kegiatan tahun ini, materi disampaikan oleh berbagai ahli, termasuk Prof. Jatna Supriatna dari RCCC Universitas Indonesia; ahli keanekaragaman hayati, Sunarto; dan Spatial Planning and Biodiversity Leader program Heart of Borneo, Thomas Barano.
Kegiatan KUMBANG 2022 dibuka dengan sambutan secara virtual dari CEO Yayasan WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, dan dilanjutkan dengan update tentang konservasi dan peran pemuda yang dibawakan oleh Diah R. Sulistiowati, team leader Program Youth & Education Yayasan WWF Indonesia. Setelah pembagian kelompok dan games perkenalan, sesi terakhir di hari pertama ini adalah diskusi mengenai kendala yang dihadapi selama relawan Earth Hour Indonesia dan Marine Buddies menjalankan program di daerahnya masing-masing.
Hari kedua KUMBANG 2022 dimulai dengan Field Trip (games outbound) dan dilanjutkan dengan sesi materi tentang Indeks Biodiversitas untuk Pembangunan Daerah dan Pencapaian SDGs bersama dengan Prof. Jatna Supriatna yang terhubung secara virtual. Pada sesi ini, Prof. Jatna menyampaikan bahwa diperlukan adanya keterlibatan publik untuk melaporkan dan memonitor perkembangan satwa yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Masyarakat perlu dilibatkan dalam proses ini karena keuntungan biodiversitas bukan hanya untuk pemerintah dan ilmuwan, tapi juga untuk masyarakat itu sendiri.
Dilanjutkan dengan materi Plastic Smart Cities oleh Tri Agung Rooswiadj, dipaparkan bahwa ancaman terhadap biodiversitas yang disebabkan oleh sampah plastik disebabkan oleh sulitnya mendaur ulang sampah-sampah plastik sehingga banyak spesies makhluk hidup yang habitatnya terkontaminasi oleh sampah ini. Maka dari itu membangun kesadaran masyarakat tentang bahaya sampah plastik adalah tahap awal yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari sampah plastik.
Materi dilanjutkan dengan pemaparan mengenai program Heart of Borneo oleh Thomas Barano dimana dijelaskan bahwa Heart of Borneo merupakan sebuah daerah konservasi yang terletak di Pulau Kalimantan, yang dideklarasikan oleh tiga negara yakni Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia. Pemanfaatan ekosistem di daerah Heart of Borneo ini dipastikan tetap mematuhi prinsip-prinsip berkelanjutan. Sesi selanjutnya adalah Innovation App Workshop bersama dengan Ndaru W. Ciptaningsih, team leader dari People & Culture Yayasan WWF Indonesia. Di sesi ini peserta diajak berdiskusi mengenai inovasi dalam komunitas. Selanjutnya, diskusi mengenai bentuk, peran, dan legalitas Komunitas Earth Hour dan Marine Buddies bersama dengan Zefanya Yoyanda Siahaan yang hadir secara langsung di tempat. Melalui diskusi ini, dijelaskan mengenai perbedaan bentuk legalitas yang dirasa cocok dan dibutuhkan oleh komunitas Earth Hour indonesia. Hari kedua ditutup dengan sesi bincang-bincang ringan terkait update progress kota masing-masing.
Hari ketiga dimulai dengan kegiatan team building yang dipandu oleh Bang Ipul dan tim dengan berbagai permainan, seperti moving ball, puzzle, dan interview. Selesai kegiatan team building, peserta kembali menerima materi Sistem Tracking Nasional yang disampaikan oleh Sunarto dan materi Digital Communication oleh Dewi Satriani. Dalam materinya, Sunarto menyampaikan tentang sistem trail yang ada di Indonesia yang perlu ditingkatkan lagi aksesibilitasnya untuk berbagai kalangan masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat, serta penemuan keanekaragaman hayati. Pada materi Digital Communication, Dewi Satriani menyampaikan tentang Earth Hour Indonesia yang berperan sebagai senjata utama WWF dalam konten partnership yang mana dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas. Dengan jangkauan yang lebih luas, tentunya akan menjadi hal yang menguntungkan dalam menyampaikan pesan konservasi ke khalayak yang lebih luas. Harapannya, sesi ini dapat mengubah ketertarikan menjadi aksi dan perubahan sistem ke arah yang lebih digital dalam menyikapi meluasnya perkembangan zaman.
Pada siang sampai sore hari, acara dilanjutkan dengan penjelasan dashboard Earth Hour Indonesia, Presentasi ide EH dan Ocean Week 2022, diskusi grup terarah (focus group discussion), dan mendiskusikan per isu materi Earth Hour Indonesia secara Nasional yang mencakup project, target per kota dan detil timeline pelaksanaan project nasional. Kegiatan ditutup dengan Malam Kreasi yang diisi dengan lomba karaoke dan lomba fashion show yang menampilkan keragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Melalui kegiatan KUMBANG ini, diharapkan relawan Earth Hour Indonesia dan Marine Buddies mampu mendapatkan peningkatan kapasitas terkait lingkungan dan keanekaragaman hayati, serta memiliki kemampuan untuk melakukan kampanye secara strategis agar tepat sasaran.