KETIKA LANGKAH KECILKU BERTEMU MISI BESAR DI PANDA MOBILE BATCH 4
Sejak kecil, rumah adalah taman bermainku dan sampah-sampah di rumah adalah harta karunku. Bukan karena tak ada mainan, tapi di sanalah imajinasiku bertemu dengan tumpukan “limbah” yang siap disulap menjadi sesuatu yang baru. Dengan tangan penuh lem dan cat, aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk menciptakan dunia kecilku sendiri. Beranjak remaja, kecintaanku pada daur ulang ini bukan lagi sekadar hobi masa kecil. Perlahan, aku mulai menyadari bahwa apa yang kulakukan adalah langkah kecil yang sangat berarti. Hati kecilku seringkali teriris melihat bagaimana bumi ini semakin terbebani oleh limbah yang tak terurus. Keprihatinan inilah yang kemudian menumbuhkan keinginan besar untuk mempelajari bagaimana alam bekerja dan menemukan cara baru untuk berkontribusi menjaga keseimbangannya yang rapuh.
Usai menyelesaikan semester kedua di Biologi UI, takdir seolah menuntunku pada sebuah postingan tentang pembukaan Volunteer Panda Mobile Batch 4. Kesempatan ini terasa begitu cocok, karena aku suka berinteraksi dengan anak-anak dan gemar menjadi bagian dari proses belajar orang lain. Setelah mendaftar dan melewati tahap wawancara, aku harap-harap cemas menanti email pengumuman. Hingga akhirnya, kebahagiaan meluap-luap saat namaku terpampang sebagai salah satu orang dinyatakan lolos! Tentu, aku sangat antusias menanti sesi pelatihan yang dirancang untuk membekali para volunteer.
Pelatihan hari pertama dimulai dengan melakukan senam yang dipimpin oleh Mbak Dwi dan pengenalan Yayasan WWF Indonesia oleh Mbak Sulis. Kemudian sesi pertama langsung terasa istimewa karena bertemu dengan Paman Gerry, seorang pendongeng yang membahas public speaking. Dengan pembawaannya yang ceria, beliau menyampaikan “resep rahasia” untuk kesuksesan public speaking agar pesan yang ingin disampaikan dapat melekat pada setiap audiens. Bahkan, dalam sesi ini aku sempat dilibatkan dalam sesi storytelling dan berperan sebagai badak yang kehilangan induknya.
Sesi berikutnya tak kalah seru, membahas bagaimana menjadi fasilitator yang menyenangkan bersama Bu Wiwik. Kami mengawalinya dengan membedah berbagai kekeliruan umum tentang peran fasilitator, kemudian mendalami tugas dan sikap yang seharusnya dimiliki. Selanjutnya, kami bekerja dalam kelompok dan mengerjakan studi kasus. Sesi ini juga mengajak kami untuk berusaha mengenal karakteristik anak, mulai dari cara belajar, kebutuhan dasar, hingga lingkungan tumbuh kembang mereka.
Sesi berlanjut bersama Kak Agatha, di mana kami menyelami dunia pembuatan konten edukatif. Kami diajarkan berbagai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan (do’s and don’ts) dalam merancang dan membuat konten. Tak hanya itu, sesi ini juga menekankan begitu pentingnya menjaga privasi seseorang dalam mengambil gambar serta video selama kegiatan. Pelatihan hari pertama kemudian ditutup dengan foto bersama.
Keesokan harinya, kami diajak mengenal lebih jauh mengenai Panda Mobile dan Plastic Smart Cities (PSC) bersama Mbak Dwi. Kami pun berkesempatan melihat langsung mobil beroda enam yang akan digunakan, lengkap dengan simulasi kegiatan yang akan dilakukan di dalamnya. Selain itu, kami juga diajak mencoba berbagai permainan edukasi konservasi. Tantangan juga diberikan bagi kami untuk berperan sebagai volunteer yang bertugas menjelaskan permainan tersebut.
Pada hari kedua ini, kami juga membahas Art of Waste. Pertemuan dengan Kak Shella yang mengajak kami mendaur ulang kain perca seolah membawaku kembali ke masa kecil. Sensasi merangkai potongan kain, memilih warna, dan membentuknya menjadi sesuatu yang baru, persis seperti yang sering kulakukan dulu. Aku mulai mengepang kain-kain itu, membayangkan mereka menjadi bandana cantik dan keychain unik. Di momen ini, aku berbisik dalam hati, berterima kasih pada diriku di masa lalu, karena langkah kecil yang dahulu dilakukan kini telah menemukan misi besar yang harus diselesaikan.
Melihat kembali perjalanan ini, aku semakin yakin, langkah kecil yang kita ambil hari ini adalah bibit dari misi besar yang akan kita temukan esok hari. Yang dulunya hanya sebuah hobi sederhana, kini menjelma menjadi sebuah kesadaran untuk berkontribusi bagi kelestarian alam. Ini membuktikan bahwa setiap upaya, sekecil apa pun, memiliki potensi untuk menuntun kita pada tujuan yang lebih besar dan bermakna.
Perjalananku bersama WWF-Indonesia dan Panda Mobile tidak hanya terhenti sebagai peserta pelatihan terbaik. Aku ingin terus berkembang, baik untuk diriku sendiri maupun untuk orang lain. Aku berharap bisa hadir secara penuh, bukan hanya untuk menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan. Lebih dari itu, aku ingin memastikan kesadaran itu tumbuh dan berakar dalam hati setiap orang.