KETIKA GENERASI MUDA MENJELAJAHI JANTUNG BORNEO...
Oleh Carlos Arcenas (Australian International School Jakarta)
Berdasarkan artikelnya di http://www.thestudentglobe.com/article/81/to-borneo-and-back-in-seven-days/
Sekitar enam bulan yang lalu, lebih dari 15 tim berpartisipasi dalam Kompetisi Debat Pelajar pertama yang diselenggarakan oleh Student Globe. Setelah dua hari penuh berkompetisi, enam tim berhasil masuk dalam babak semi final yang diselenggarakan di @america, Mal Pacific Place, Jakarta. Masing-masing tim peserta beranggotakan empat orang berdebat selama berjam-jam mengenai isu yang penting yaitu lingkungan hidup, konservasi dan bagaimana memastikan bumi kita terus terlindungi demi keberlangsungan hidup generasi yang akan datang.
Babak final akhirnya menetapkan bahwa para tim pemenang yaitu Australian International School Jakarta (pemenang pertama) dan Global Jaya International School (pemenang kedua), mendapatkan kesempatan gratis bersama WWF untuk menjelajahi kawasan hutan Kalimantan di Jantung Borneo. Delapan pelajar beserta guru-guru mereka berangkat untuk perjalanan ini, berharap dibuat kagum oleh kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati ini.
Inilah cerita perjalanan mereka...
Setelah mendarat di Kota Pontianak, di Kalimantan Barat, terletak di garis khatulistiwa, perhentian pertama kami adalah sebuah sekolah lokal, SMA Bhayangkari Pontianak, untuk berdiskusi dengan para siswanya mengenai bagaimana upaya konservasi mereka sebagai bagian dari komunitas lokal. Kami sangat kagum dengan antusiasme dan kemauan mereka dalam mengubah aksi untuk menyelamatkan hutan yang berada di pulau yang sama dengan tempat tinggal mereka. Kami juga menyaksikan presentasi dari WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat yang mempersilahkan kami untuk berpartisipasi dalam kampanye konservasi, memantau bagaimana cara kerja dan perkembangannya, serta bagaimana kampanye tersebut memberikan kontribusi bagi sumber daya lingkungan hidup Borneo yang paling berharga. Hal yang paling menarik di hari itu adalah kami tidak sadar telah melewati garis khatulistiwa sebanyak 5 kali!
Di hari kedua, dengan menggunakan sebuah pesawat baling-baling kecil, kami tiba di Putussibau untuk memulai perjalanan menuju pedalaman hutan Jantung Borneo. Melalui presentasi mengenai informasi detil mengenai Inisiatif Jantung Borneo yang dideklarasikan oleh ketiga negara Borneo, kami merasa bangga akan upaya ketiga negara tersebut dalam meneruskan perjuangan pelestarian lingkungan hidup yang saat ini dihadapkan oleh tekanan-tekanan yang berasal dari perusahaan-perusahaan lokal dan trans-nasional. Dari Putussibau kami berangkat ke Lanjak. Begitu tiba di penginapan setempat, kami mulai merasa tidak sabar untuk menjelajahi hutan. Bermalam di Lanjak diramaikan oleh perayaan kemerdekaan Indonesia oleh masyarakat lokal, yang harus ditunda saat 17 Agustus karena adanya pemilihan umum setempat. Banyak anak-anak kecil bergaya di panggung bak peragawati profesional, memperagakan pakaian-pakaian adat asli Indonesia.
Di hari ketiga, kami mulai memasuki area hutan. Perjalanan dimulai dari melewati sepasang tebing yang hampir vertikal dan terbelah oleh sungai berbatu. Melintasi jalur sulit ini membawa kami ke sebuah kawasan pembibitan tanaman hutan yang luas. Dari karet hingga berbagai macam tanaman hutan lokal, ditanam dalam skala besar untuk menjamin terciptanya sebuah ekosistem unik bagi kelangsungan hidup flora dan fauna liar. Tentu saja kami juga diberikan kesempatan untuk menanam bibit tanaman tersebut dan menemukan beberapa jenis serangga menarik selama berada di lokasi. Setelah selesai menanam bibit, kami beranjak ke sebuah rumah panjang tradisional suku Dayak yang terbuat dari kayu. Rumah ini dikenal dengan sebutan Rumah Betang. Kami juga menyelusuri jalur yang tidak berbeda dengan jalur lokasi pembibitan, untuk melihat bagaimana warga Rumah Betang mendapatkan asupan listrik yang berasal dari tenaga air. Lalu kemudian, perjalanan menggunan mobil garden ganda membawa kami ke pinggir sungai dimana lima perahu kecil telah menunggu untuk mengantar kami ke lokasi selanjutnya. Tanpa berkata-kata lagi, menyelusuri sungai ini merupakan pengalaman yang paling mendebarkan, menakutkan dan melekat di ingatan dari semua agenda perjalanan.
Hari keempat membawa kami ke area sekitar Danau Sentarum – danau besar yang disebut sebagai salah satu ‘arteri’ penting Jantung Borneo. Pemandangan subur dan surealis terbentang di hadapan kami, dan terlihat seperti sebuah pemandangan yang keluar dari sebuah foto yang mengagumkan. Setelah perjalanan menggunakan perahu melewati sebuah danau kecil – yang merupakan bagian dari Taman Nasional Danau Sentarum, terdapat sebuah trek perjalanan kaki yang lebih berat dari hari-hari sebelumnya, menunggu untuk kami lalui. Kami berjalan diatas kayu-kayu kasar bergerigi hasil pembalakan liar yang kini sudah tidak aktif lagi menuju pusat penelitian Orangutan yang terletak di pedalaman hutan. Ketika sampai di lokasi, kami menyelusuri hutan sekitar dan mendaki tebing vertikal, yang dipenuhi oleh berbagai macam pohon yang sudah menyimpang sejarah ratusan tahun. Selama penyelusuran dan pendakian ini, kami belajar bagaimana mengidentifikasi jenis tanaman, bagaimana sarang-sarang Orangutan dikategorikan, serta menatap kagum dengan mata dan kepala sendiri bentangan indah Jantung Borneo.
Hari kelima merupakan hari istirahat bagi kami. Istirahat total dan menikmati waktu santai memberikan kami pagi yang penuh tawa canda dan mendengarkan Nugie bernyanyi. Nugie adalah selebriti yang cukup terkenal di Indonesia, dan juga adalah Supporter Kehormatan WWF-Indonesia.
Sayangnya, di hari keenam kami kembali melakukan enam jam perjalanan menggunakan perahu, karena kami harus pulang ke Jakarta di hari ketujuh. Betapa beruntungnya kami, selama perjalanan kami lalui dengan tawa canda santai dan ditemani oleh langit yang cerah – walaupun kulit terbakar sinar matahari yang sangat menyengat. Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, kami mengarungi sungai dengan cuaca mendung dan hujan lebat. Di malam terakhir ini kami lewati dengan perayaan kecil tetapi meriah dengan staf WWF dan Nugie, dimana hampir dari semua staf unjuk gigi akan bakat bernyanyi mereka.