ASC BERIKAN SERTIFIKASI EKOLABEL UDANG WINDU PERTAMA DI INDONESIA
Jakarta, 28 Agustus 2017 – WWF-Indonesia memberikan apresiasi atas capaian PT Mustika Minanusa Aurora (PT MMA) yang berhasil meraih sertifikasi ekolabel perikanan berkelanjutan Aquaculture Stewardship Council (ASC) pertama di Indonesia untuk komoditas udang windu.
""Kami sangat bangga mendapatkan sertifikat ASC untuk udang windu yang pertama di Indonesia. Kami berharap sertifikat ASC ini bisa membantu meningkatkan pemasaran udang windu kami di luar negeri serta memberikan manfaat kepada petambak di sini. Kami akan terus menambah petambak yang ikut sertifikasi ASC ini"" ungkap Wellyono Hiu, Raw Material Purchasing Director PT MMA.
Jenis udang ini merupakan udang asli Indonesia yang dan menjadi komoditas ekspor andalan bagi Indonesia. Produk udang windu tersertifikasi tersebut dihasilkan oleh dua tambak skala masyarakat milik Rusli dan Suminto/H. Dahari di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Dengan menerapkan sistem tradisional, tanpa aerasi dan tanpa menggunakan pakan, tambak tersebut mampu menghasilkan udang windu mencapai 20 ton per tahun. PT MMA, perusahaan pembekuan udang yang berpusat di Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara, mendaftarkan komoditas udang Windu atau Giant Tiger Prawn (Penaeus monodon) yang dibudidayakan di dua lokasi tambaknya tersebut untuk diekspor ke Jepang.
Pemenuhan terhadap standar ASC untuk komoditas udang menunjukkan bahwa PT MMA dan petambaknya mampu untuk melindungi habitat penting seperti lahan mangrove, menekan ancaman terhadap keanekaragaman hayati, menjaga kualitas air, dan meminimalisir penyebaran penyakit pada budi daya udang. Terobosan ini juga membuktikan bahwa budi daya tradisional skala masyarakat mampu menembus dan bersaing dengan tambak skala industri untuk memenuhi standar sertifikasi internasional.
WWF-Indonesia, melalui program Seafood Savers telah mendampingi PT MMA dalam skema program perbaikan perikanan budi daya di Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Selama proses perbaikan perikanan, aktivitas yang dilakukan mencakup perbaikan dan pelestarian lingkungan sekitar tambak melalui kegiatan rehabilitasi mangrove, pencegahan perburuan hewan dilindungi serta pencatatan aktivitas pembudidayaan udang. Selain perbaikan fisik lingkungan tambak, isu sosial juga menjadi aspek perhatian, khususnya terkait pekerja tambak dan masyarakat yang tinggal di sekitar tambak. PT MMA juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kota Tarakan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan.
Wawan Ridwan, Direktur Program Coral Triangle WWF-Indonesia, menilai keberhasilan PT MMA mendapatkan sertifikasi ekolabel ASC dapat menjadi percontohan dari penerapan kebijakan pengelolaan budi daya secara kolaboratif menuju berkelanjutan. Sinergi antara pelaku industri perikanan (perusahaan dan petambak), lembaga swadaya, dan pemerintah akan membawa proses pengelolaan sumber daya laut kepada tujuannya yaitu memperbaiki dan meningkatkan kualitas sumber daya perikanan agar bisa dinikmati secara berkelanjutan. Dalam program perbaikan budi daya udang, PT MMA telah melibatkan setiap pelaku dalam mata rantai suplai udang dan mengikutsertakan peran importir udang dan retailer di Jepang dalam peningkatan kualitas lingkungan ditingkat produksi.
-SELESAI-
Catatan Editor:
• SEAFOOD SAVERS adalah landasan business-to-business yang diinisiasi WWF-Indonesia untuk mengimplementasi upaya perbaikan perikanan di Indonesia yang mengacu pada standar ekolabel MSC dan ASC melalui program perbaikan perikanan tangkap dan budi daya. Informasi lebih lanjut kunjungi www.seafoodsavers.org.
• ASC atau Aquaculture Stewardship Council adalah organisasi non profit internasional yang mengembangkan skema sertifikasi pihak ketiga untuk perikanan tangkap dan budidaya yang berkelanjutan. ASC mempunyai misi untuk mewujudkan praktik perikanan budi daya yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Informasi lebih lanjut kunjungi https://www.asc-aqua.org/
• Saat ini Indonesia termasuk sebagai negara produsen udang tertinggi di dunia. Komoditas udang Indonesia bersaing adalah India, Vietnam, Ekuador, Tiongkok, Thailand, dan Argentina. Pangsa pasar utama ekspor udang menyasar Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara di kawasan Eropa. Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor udang Indonesia mencapai 136,3 ribu ton dengan nilai US$1,13 miliar sepanjang Januari hingga Agustus 2016. Volume ekspor udang naik 6,84%, sedangkan nilai ekspor udang naik 3,75%.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
• Abdullah Habibi, Aquaculture & Fisheries Improvement Manager, WWF-Indonesia
Email: ahabibi@wwf.id, Hp: +62811-8114-193