KOMUNITAS ANAK MUDA DI BALI KENALI PANDUAN WISATA BAHARI RAMAH LINGKUNGAN (BEEP)
Oleh: I Wayan Agung Panca Putra (Secretary of Signing Blue) & Nisa Syahidah (Sunda Banda Seascape Communication & Campaign Assistant)
“Siapa yang ingin volunteer jadi pari manta?” tanya Ayu, Marine Ecotourism Improvement Program Officer, WWF-Indonesia, saat simulasi praktik terbaik mengamati dan berinteraksi dengan satwa laut.
Hari itu (08/09/2017), kantor WWF-Indonesia Sunda Banda Seascape di Denpasar diramaikan oleh rekan-rekan berbagai komunitas penggiat pariwisata di Bali. WWF-Indonesia mengenalkan Panduan Wisata Bahari Ramah Lingkungan – atau yang disebut dengan Best Environmental Equitable Practices (BEEP).
Salah satu peserta pun maju dan mempraktikkan pari manta yang berenang seperti terbang dengan mengepak sayapnya. Para peserta lain mengamati dalam formasi setengah lingkaran, menyediakan jalur kosong bagi pari manta berenang bebas. Pengamatan tersebut dilakukan dari jarak maksimal terdekat 3 meter agar tidak mengganggu pari manta, sesuai dengan BEEP Seri Mengamati dan Berinteraksi dengan Satwa Laut yang dirilis WWF-Indonesia.
“Pariwisata bisa menjadi dua mata koin yang berbeda, berdampak positif untuk meningkatkan ekonomi, juga berdampak negatif akibat jumlah kunjungan dan rusaknya ekosistem sekitar akibat aktivitas pariwisata yang tidak bertanggung jawab,” tutur Indarwati Aminuddin, National Coordinator for Responsible Marine Tourism.
Di Bali yang identik dengan pariwisata bahari ini, Juli lalu, terjadi kerusakan terumbu karang di perairan Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, yang diduga akibat aktivitas pariwisata tak terkendali. Di Lovina, Singaraja, lumba-lumba dikejar oleh kapal-kapal wisata yang berjumlah terlalu banyak. Masih banyak turis yang merasa tidak puas jika belum berada dekat sekali – bahkan menyentuh, mamalia laut satu ini.
Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, sebagai satu upaya penyadartahuan masyarakat, WWF-Indonesia secara kontinyu mensosialisasikan BEEP, panduan dalam menjadi wisatawan yang bertanggung jawab.
WWF-Indonesia telah merilis 7 seri BEEP, yaitu Seri Aktivitas Bahari yang Bertanggung Jawab; Seri Jejak Ekologis, Seri Interaksi Sosial dan Kepatuhan Terhadap Hukum dan Peraturan, Seri Berinteraksi dengan Satwa Laut; Seri Operasional Kapal Rekreasi yang Bertanggung Jawab, Seri Panduan Pengembangan Akomodasi Wisata Ramah Lingkungan; dan Seri Panduan Praktis Pemasangan Alat Tambat Apung.
Terdapat 3 seri BEEP yang dikenalkan secara mendalam pada acara ini Seri Aktivitas Bahari yang Bertanggung Jawab, Seri Jejak Ekologis, dan Seri Mengamati dan Berinterakasi dengan Satwa Laut.
Komunitas Mahasiswa Pelestari Alam Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (MPA-STPBI); Marine Buddies Denpasar; Bring Your Tumblr; Earth Hour Denpasar; Sobat Bumi; Basic Club; Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia (HMPI); bahkan Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) dan beberapak awak media turut memenuhi kantor WWF-SBS hari itu.
Pengenalan BEEP bertujuan agar lebih banyak komunitas dapat turut mempraktikkan dan menyebarkan tata cara yang baik dan benar saat berwisata atau berinteraksi dengan satwa laut Para komunitas ini dapat menjadi pioneer dalam melindungi ekosistem bahari.
“Dalam upaya pengurangan jejak ekologis, tour operator dan wisatawan bisa ikut melakukan praktik terbaik pengelolaan sampah dan limbah, pemanfaatan energi, pengelolaan air, dan pola konsumsi yang baik saat berada di destinasi wisata,” kata Ayu. Diskusi berlangsung ramai saat para komunitas ikut membahas upaya mengurangi jejak ekologis dari kegiatan wisata.
“Earth Hour juga mengajak teman-teman ikut membuat reusable bag dari baju bekas yang dapat digunakan saat berbelanja, untuk mengurangi sampah plastik,” ajak Andri, Koordinator Earth Hour Denpasar.
Pada acara ini, WWF-Indonesia juga mengajak rekan-rekan komunitas untuk menjadi Teman Taman Laut dengan melaporkan apa yang mereka lihat saat berwisata di kawasan konservasi bahari, melalui aplikasi Marine Buddies.
Upaya ini tentunya tidak sampai di sini. Nilai-nilai dalam ketujuh seri BEEP akan terus disebarkan oleh WWF-Indonesia, dari mulut ke mulut, dari forum ke forum, demi terwujudnya wajah pariwisata yang lebih ramah. Bagi satwa dan ekosistem bahari yang sama-sama kita lindungi.