KEBUN BIBIT RUMPUT LAUT: USAHA PEMBUDIDAYA UNTUK BANGKIT
Penulis: Anastalia Adelady (Fisheries Business Officer, Program SESS) dan Idham Malik (Aquaculture Officer), WWF-Indonesia
Masyarakat di Wakatobi sudah mengandalkan budidaya rumput laut sebagai penopang ekonomi utama, selain menangkap ikan dan mengolah kelapa menjadi kopra sejak tahun 1995 dengan mengembangkan rumput laut jenis kotoni/cottoni. Kemudian pada tahun 2010, kegiatan budidaya mengalami penurunan produksi diakibatkan adanya serangan hama penyakit (ice-ice), sehingga pada tahun 2014 pembudidaya mulai beralih membudidayakan jenis spinosum. Pada saat harga spinosum jatuh di pasaran, pembudidaya pun beralih kembali ke jenis cottoni. Belajar dari pengalaman, permasalahan utama yang dihadapi kelompok pembudidaya rumput laut adalah sumber bibit rumput laut. Bibit yang digunakan pembudidaya saat ini merupakan bibit sisa hasil panen sehingga siklus pertumbuhannya tidak akan bertahan lama, maksimal dua kali siklus panen. Namun, seiring kian lamanya kegiatan budidaya rumput laut serta bertambah luasnya kawasan budidaya rumput laut, kualitas bibit rumput laut dan kualitas perairan kawasan budidaya pun menjadi menurun. Fakta-fakta tersebut didapatkan dari hasil Focus Group Discussion/ FGD dengan tiga kelompok dampingan WWF-Indonesia Program Southern-Eastern Sulawesi Seubseascape/SESS—Lagundi, Dewara, dan Sarope—yang dilakukan pada bulan Maret lalu.
Selama ini pembudidaya mendatangkan bibit rumput laut dari luar Wakatobi yang menyebabkan proses produksi budidaya tidak efisien karena biaya distribusi bibit yang cukup mahal. Sebenarnya ada juga bibit rumput laut dari desa setempat atau desa tetangga. Namun, karena bibit terlalu sering digunakan kualitasnya pun menurun. Kondisi ini sebenarnya bisa diatasi melalui mekanisme kebun bibit rumput laut yang dibuat sendiri. Oleh karena itu, diinisiasi lah pembuatan kebun bibit rumput laut di Wakatobi dengan sumber bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut/BBPBL Lampung—yang sebelumnya dihasilkan di Laboratorium Biotrop Bogor.
Pionir Kebun Bibit di Wakatobi: Lagundi, Sarope, dan Dewara
Ada tiga kelompok dampingan yang dijadikan pionir oleh WWF-Indonesia dalam pembuatan kebun bibit di Wakatobi ini, yaitu Kelompok Lagundi (dari Desa Liya Mawi), Kelompok Sarope (dari Desa Ollo Selatan), dan Kelompok Dewara (dari Desa Derawa). Pada tanggal 16 – 18 Mei 2106 dilakukan pelatihan pembuatan kebun bibit rumput laut dengan materi awal tentang BMP rumput laut yang diikuti oleh ketiga kelompok tersebut. Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan praktik pembuatan kebun bibit rumput laut untuk Kelompok Lagundi—dua kelompok lainnya menyusul melakukan praktik pembuatan kebun bibit pada tanggal 17-18 Juni 2016. Ada beberapa tahapan dalam praktik pembuatan kebun bibit, yaitu: survei lokasi potensial dengan memerhatikan kondisi arus dalam pemilihan lokasi; pembuatan kontruksi kebun bibit rumput laut; pemasangan dan penanaman bibit. pembuatan kebun bibit ini sendiri merupakan usaha dalam meningkatkan mutu rumput laut dan menjaga stok bibit rumput laut di Wakatobi.
Kelompok Lagundi, yang sebulan sebelumnya telah melakukan praktik pembuatan bibit rumput laut, pada tanggal 16 Juni 2016 melakukan panen bibit hasil kultur jaringan di perairan Desa Liya Mawi. Hasil panen cukup signifikan, dengan pertumbuhan sebanyak 1:4 atau 50 gram bibit awal menghasilkan 200 gram bibit per titik bibit. Namun, usaha ini tak serta merta berjalan mulus, ada hambatan berupa hama bulu kucing—bulu-bulu halus yang melekat pada batang thallus rumput laut. Pembudidaya pun kemudian memindahkan bibit pada lokasi yang tidak terdapat hama bulu kucing dan melakukan aktivitas pembersihan bibit secara berkala di lokasi kebun bibit yang baru. Keesokan harinya, tanggal 17-18 Juni 2016, tim WWF-Indonesia beserta Bapak Slamet Abadi, staf pengembang bibit kultur jaringan dari BBPBL Lampung mengunjungi Kelompok Sarope dan Kelompok Dewara untuk mendampingi kelompok dalam pemasangan konstruksi kebun bibit.
Pak Juma, salah seorang pembudidaya rumput laut yang mengikuti pelatihan, berharap dengan adanya kegiatan pembuatan kebun bibit ini dapat menjawab permasalahan yang dihadapi pembudidaya di Wakatobi tentang sulitnya mendapat bibit rumput laut. Tak hanya itu, kelompok-kelompok juga diharapkan dapat menjadi pemasok bibit rumput laut di Wakatobi. Setelah kegiatan pembuatan kebun bibit rumput laut ini, selanjutnya tim lapangan WWF-Indonesia Program SESS akan melakukan pemantauan perkembangan rumput laut bersama dengan ketiga kelompok dan mendorong penguatan hubungan kerja sama antaranggota kelompok untuk membuat sistem kelembagaan kebun bibit.