HARI 2: WUSH!! DIA MELOMPAT!
Hari ini pertama kali dalam ekspedisi ini kami melihat lumba-lumba! Satu kelompok kira-kira 8 ekor lumba-lumba (jenis yang umum ditemukan – Delphinus delphis) tampak berenang di anjungan kapal pagi ini, dan beberapa lumba-lumba ukuran agak besar, kemungkinan jenis hidung botol (Tursiops truncatus) tampak berenang mengikuti kapal saat siang hari. Daaan... saya melewatkan kedua momen itu! Saya sedang berada di lantai atas Menami, dan ketika saya berlari turun, mereka sudah menghilang. Oke deh, semoga ini adalah pertanda akan munculnya hal-hal baik, tetap berfikir positif dan lebih sering berada di bawah!
Pagi ini kami meninggalkan teluk tempat kami berlabuh semalam dan berlayar ke arang timur menyusuri pesisir utara Alor. Titik-titik penyelaman untuk beberapa hari kedepan adalah titik-titik kontrol diluar Kawasan Konservasi Perairan Daerah Alor. Saya akan menulis sedikit tentang pentingnya titik-titik kontrol ini dalam tulisan lain.
Sayangnya, hari kedua ini tidak berjalan dengan baik. Seharusnya kami berangkat pukul 5 pagi, tapi kami baru mulai berlayar pukul 6.30, karena kru Menami harus melakukan sedikit perbaikan pada mesin. Artinya kami hanya punya cukup waktu untuk melakukan dua penyelaman hari ini.
Saat kami mencapai lokasi pertama di Taramana, angin berhembus cukup kuat dari Utara. Dengan kondisi ini, pimpinan penyelaman memutuskan hanya orang-orang dengan kemampuan menyelam yang sangat baik yang boleh turun ke air. Mereka pun kesulitan menemukan sekelompok karang yang bagus untuk dipantau, kawasan ini banyak di bom sehingga karangnya hancur jadi seperti puing-puing.
Saat tim pertama meninggalkan kapal, angin berhembus semakin kuat dan hujan mulai turun. Tim kedua yang sedang menunggu sekoci kembali menjemput, dan tim yang tinggal di kapal, bergerak cepat menyelamatkan komputer, berbagai alat elektronik dan kertas-kertas catatan agar tidak basah atau terbang tertiup angin. Sepuluh menit kemudian hujan berhenti, awan menyingkir dan matahari kembali bersinar.
Penjemputan tim penyelam hari ini lebih sulit dibandingkan hari pertama, karena angin bertiup ke arah pantai dan menyebabkan munculnya gelombang cukup tinggi. Sulit bagi Menami untuk mendekati penyelam, sehingga mereka yang harus berenang ke arah Menami. Tim kedua rupanya juga mengalami kesulitan naik dan turun dari sekoci. Saat hendak merapat ke Menami, laut yang berombak menyulitkan tim untuk pindah kapal, sampai Pak Mus jatuh ke laut! Untung ia bisa berenang ke balik sekoci sehingga tidak terjepit kapal.
Angin terus menguat dan ombak semakin tinggi saat kami berlayar menuju titik penyelaman berikutnya. Kekhawatiran kami jadi kenyataan, yaitu lokasi yang kami tentukan tidak bisa didatangi, juga lokasi berikutnya lagi, karena kondisi cuaca menghalangi, sehingga kami terpaksa menuju titik berikutnya semakin ke arah Timur Laut pesisir Alor. Jadi, dari tiga lokasi yang potensial untuk dipantau, hanya satu yang berhasil diselami. Satu anggota tim, Tano, terpaksa ‘memberi makan ikan’ dengan isi lambung, tidak kuat menahan mabuk laut. Tano beristirahat saja di sisa hari itu.
Untungnya, cuaca dan kondisi laut membaik, sehingga di titik penyelaman berikutnya kami bisa mengambil data di dua titik kontrol, walau hanya di kedalaman 10 meter karena keterbatasan jumlah orang dan peralatan. Total kami berhasil mendata empat titik kontrol hari ini. Menami lalu beristirahat di sebuah teluk dekat kampung Manusama, tidak jauh dari titik penyelaman.