GUNAKAN PANDUAN PARIWISATA BAHARI YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN JADILAH #TEMANTAMANLAUT
Oleh: Nining Rahayu (Marine Buddies Jakarta Coordinator)
Aktivitas apa yang biasanya kamu lakukan saat berwisata bahari? Apakah menyelami laut Indonesia yang indah dengan terumbu karangnya, atau duduk santai di atas pasir pantai sambil bercengkrama dengan teman? Tapi, tahukah kamu, sebagai wisatawan kita membutuhkan panduan untuk melakukan aktivitas bahari yang bertanggung jawab? Berangkat dari berkembang pesatnya wisata bahari di Indonesia ternyata tanpa disadari berpeluang menimbulkan dampak negatif untuk lingkungan. Misalnya, para penyelam yang terlalu dekat dengan terumbu karang bisa saja menyebabkan patahnya karang tertentu.
“Pertumbuhan populasi wisatawan dan pengelola bisnis kepariwisataan berpeluang memberi tekanan terhadap sumber daya alam menjadi tantangan dalam pengelolaan usaha pariwisata” Tutur Indarwati Aminuddin, Responsible Marine Tourism Coordinator-WWF Indonesia pada sesi pertama diskusi. Pada 1 April lalu, WWF-Indonesia turut meramaikan acara Pameran Wisata Tahunan: Deep and Extreme Indonesia 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), dengan mengadakan talkshow Sosialisasi BEEP dan Panduan Pariwisata Bahari yang Bertanggung Jawab.
Bersama dengan Wakil Presiden JANGKAR Association - Eduard Josef Frommenwiler, dan Aktor penggiat kegiatan luar ruang - Ramon Tungka, WWF-Indonesia mengajak peserta yang hadir untuk mulai menerapkan perilaku bertanggung jawab bagi pelestarian biota laut dalam segala aktivitas bahari sekaligus mendorong pemerintah, pelaku bisnis, serta masyarakat agar lebih peduli lingkungan. Talkshow tersebut berlangsung ramai dan aktif dengan banyaknya pertanyaan peserta seputar aktivitas bahari yang baik saat berinteraksi dengan satwa laut tanpa mengganggu aktivitas mereka. “Jaga jarak, tidak menyentuh, tidak menggunakan flash saat mengambil gambar dan jangan mengejar satwa laut adalah beberapa pedoman utama berinterakasi dengan mereka,” papar Cassandra, Tania-Marine Species Officer WWF-Indonesia. Seringkali wisatawan mengamati hewan laut dari jarak dekat bahkan tak sedikit yang berkeinginan untuk dapat berinteraksi langsung dengan satwa laut. Padahal dengan mengejar dan berupaya mendekatkan diri pada satwa laut, satwa laut kerap kali merasa terancam.
Pada diskusi ini, Eduard Josef Frommenwiler selaku wakil presiden JANGKAR Association memaparkan program kerja asosiasi yang memastikan wisatawan mendapat akses kapal menuju objek wisata. Eddy juga berbagi cerita mengenai kondisi bahari Indonesia yang saat ini dicemari oleh sampah plastik. “Sampah plastik menjadi masalah terbesar pada kawasan konservasi bahari, dan Indonesia penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia”.
Sebagai penikmat wisata bahari, Ramon Tungka ikut angkat bicara mengenai perlunya peran aktif masyarakat mengenai kawasan konservasi bahari melalui media sosial. “Penggunaan Sosial Media yang bertanggung jawab memiliki peran penting untuk mempublikasi kawasan konservasi bahari,” tuturnya. Perubahan untuk alam dapat dilakukan bersama dengan cara menyebarkan informasi positif melalui kanal media sosial.
Menurutnya, dengan hadirnya aplikasi Marine Buddies kini masyarakat dapat turut andil memberikan kontribusi untuk kelestarian kawasan konservasi bahari. Hal ini selaras dengan sosialisai panduan wisata bahari yang menghadirkan praktik-praktik terbaik berbasis lingkungan yang melibatkan pengamatan dan berinteraksi dengan satwa laut di habitat alami. Karena bukan hanya kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama bukan hanya pemerintah semata. Sudah saatnya kita melakukan perubahan untuk pariwisata bahari Indonesia dan jadilah bagian dari #TemanTamanLaut untuk alam yang lebih harmonis.