GARDA MANGROVE, KOMITMEN PEMUDA PENJAGA PESISIR SULAWESI SELATAN YANG LAHIR PADA HARI MANGROVE SEDUNIA
Oleh: Idham Malik (Aquaculture Staff, WWF-Indonesia)
Hari Mangrove Sedunia (26/07/2018) diperingati dengan luar biasa di Pantai Lumpu’e, Kota Pare-Pare. Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Berbagai komunitas peduli lingkungan bersatu membentuk Garda Mangrove, sebuah inisiatif kolaborasi untuk perbaikan ekosistem pesisir yang kolektif dan berkelanjutan.
Garda Mangrove terbentuk dari komitmen bersama komunitas - komunitas yang telah melakukan penanaman mangrove sebanyak 2 kali di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Ke depannya, Garda Mangrove akan mengawal rehabilitasi mangrove Pinrang - Pare, dengan melibatkan komunitas - komunitas lingkungan yang ada di daerah tersebut.
Di Pantai Lumpu’e Pare-Pare, Kota Pare-pare, Sulawesi Selatan, Garda Mangrove resmi terbentuk sebagai gerakan akar rumput, dalam pertemuan antar komunitas pecinta linkungan yang berada di Kabupaten Pinrang dan Kota Pare-Pare. WWF-Indonesia, Aquaculture Celebes Community, Telapak Universitas Muhammadiyah Pare (UMP), Mispala - Cosmocentris UIN Pare – Pare, Komunitas Mahasiswa Pemuda Suppa, Setapak Parepare, Bumi Lestari, Kelapa Adventure, Mapala Abadi, dan Stepa UMP Pare-Pare bersama-sama menandatangani bentuk komitmen Garda Mangrove.
“Komitmen yang kami tanda tangani ini adalah kesiapan untuk merehabilitasi mangrove pada pesisir Pinrang – Pare, menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, melakukan aktivitas penelitian, dan pembersihan sampah di sekitar pesisir Pinrang dan Pare,” kata Wahyudin Hasan, anggota Garda Mangrove dari Aquaculture Celebes Community.
Pertemuan itu diselingi dengan pementasan seni musik komunitas untuk penyegaran suasana dan menghibur diri sambil merenungi kondisi lingkungan.
Aksi rehabilitasi bersama yang telah dimulai sejak lama
Aksi bersama antar komunitas tersebut sudah dimulai sejak penanaman mangrove di kawasan budi daya udang windu Kelurahan Pallameang, Kecamatan Mattirosompe, Pinrang, pada 22-23 Juni 2018 yang diikuti oleh sekitar 100 pemuda dari 15 komunitas, diantaranya Aquaculture Celebes Community (ACC), Marine Buddies Makassar, Earth Hour Makassar, Sobat Bumi, KOSALAM, KOMPAS, Pejalan Pinrang, KPA UMP Pare, Kosmocentris IAIN Pare Pare.
Dilanjutkan pada 14–15 Juli 2018, sekitar 50 penggiat lingkungan yang terdiri atas mahasiswa dan pemuda daerah melanjutkan penanaman mangrove untuk merehabilitasi pesisir Teluk Pare di Desa Tasiwali’e, Kecamatan Suppa, Pinrang, mengajak komunitas – komunitas lingkungan yang ada di Kabupaten Pare–Pare dan Pinrang untuk turut serta dalam penanaman mangrove.
Mereka adalah Komunitas Pecinta Alam Lanrisang, Komunitas Pecinta Alam Universitas Muhammadiyah Pare (UMP), Kelapa Adventure, Mahasiswa program Master Perikanan Unhas, Komunitas Kosmocentris IAIN Pare – Pare, Koran Kampus Identitas Universitas Hasanuddin, dan Himpunan Pemuda Mahasiswa Suppa Pinrang. Kegiatan berlangsung selama dua hari untuk menanam sekitar 4000 pohon mangrove jenis Rizhopora (bakau).
Kegiatan penanaman mangrove sebanyak dua kali dengan jumlah total yang tertanam sekitar 10.000 pohon tersebut diinisiasi oleh Aquaculture Celebes Community (ACC) yang didukung oleh WWF-Indonesia dan PT. Bogatama Marinusa (BOMAR).
Komunitas berhasil menanami bakau di sepanjang 2 kilometer pesisir pantai untuk mendukung perbaikan sempadan pantai serta kualitas air yang berguna bagi budi daya udang dan ikan. Saat ini, produksi udang tidak seproduktif 20 tahun yang lalu, jika dihitung dengan tingkat daya lulus hidup.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya mutu lingkungan, sehingga tidak dapat mengendalikan penyakit. Disertai penggunaan bibit yang kadang kurang baik serta manajemen budidaya yang belum sepenuhnya mengikuti anjuran dari otoritas perikanan.
Apa pentingnya menanam mangrove?
Secara teknis, ketika mangrove tumbuh dan memperlebar sempadan pantai, sangat berguna untuk mencegah abrasi pantai yang dapat mengikis kawasan tambak. Selain itu, keberadaan mangrove juga menjadi habitat bagi spesies – spesies ekosistem mangrove, di antaranya ikan, udang liar, kerang-kerangan, dan kepiting.
Selain menanam mangrove, komunitas – komunitas pecinta lingkungan juga membantu proses pembibitan melalui pengisian material pasir dalam polybag. Di samping itu, berlangsung diskusi pengelolaan mangrove serta limbah plastik, serta tindak lanjut komunikasi antar komunitas untuk perbaikan lingkungan di pesisir Pinrang. Inilah yang kemudian memprakarsai komitmen bersama Garda Mangrove. Seminggu setelah penanaman mangrove di Teluk Pare tersebut (21/07/2018), Garda Mangrove melakukan pembibitan mangrove dengan melibatkan siswa – siswa dari SMK 2 Pinrang.
Aksi bersih pantai dan mendata sampah pesisir
Membuktikan komitmen Garda Mangrove untuk melakukan aktivitas penelitian dan pembersihan sampah pesisir, sehari setelah peresmian Garda Mangrove (27/08/2018), ACC bersama Garda Mangrove melakukan aksi bersih pantai di Pantai Lumpu’e. Sambil membersihkan sampah, mereka mendata sampah dengan metode survei sampah plastik yang sebelumnya telah dilatih oleh WWF-Indonesia bersama Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, yaitu metode Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) Global Plastic Pollution Project, Australia.
Kami mencatat jumlah dan jenis sampah yang ditemukan melalui transek pengamatan. Dari total 168 sampah yang ditemukan, 38% merupakan plastik keras, 16% plastik lunak, 23% adalah sedotan plastik, 9% tali, 8% styrofoam, dan 7% sisanya adalah botol, kertas, dan tali kemasan.
PT. Bomar yang didukung oleh WWF-Indonesia berkomitmen untuk merehabilitasi mangrove sebanyak 30 hektar yang jika dikonversi sebanyak 60.000 pohon. Saat ini, telah ditanam sekitar 10.000 pohon. Harapannya, hal ini dapat terealisasi dengan adanya persatuan antar komunitas pecinta lingkungan, khususnya yang berbasis di Pinrang – Pare-Pare. Serta besar harapan, kelak di masa yang akan mendatang, Garda Mangrove dapat terus melanjutkan rehabilitasi mangrove di Pinrang yang telah dirintis oleh PT. Bomar bersama WWF-Indonesia.