FUN TRIP BERSAMA MARINE BUDDIES SURABAYA
Oleh: Adella Adiningtyas (Marine & Fishery Campaign and Social Media Assistant) dan Angga Prayudana N (Komunitas Marine Buddies Surabaya)
Rasa penasaran akan kekayaan alam yang ada di kawasan Taman Nasional Merubetiri menjadi alasan Adynoto untuk ikut serta pada kegiatan Merubetiri Fun Trip 2016 yang diadakan oleh Komunitas Marine Buddies (Marbud) Surabaya pada tanggal 2 – 4 Desember 2016 lalu. Adynoto yang bekerja di kawasan Bumi Serpong Damai – Tangerang sebagai Real Time Floor Monitoring salah satu Bank ternama di Indonesia, rela meluangkan waktunya untuk bergabung bersama teman-teman Marbud Surabaya. Menurutnya, kesempatan emas itu jarang datang dua kali, demi melihat alam Indonesia di timur Pulau Jawa Adynoto tidak menyesal telah mendaftarkan diri sebagai peserta di kegiatan Marbud Surabaya.
Taman Nasional Meru Betiri memiliki objek wisata petualangan hutan dan pantai. Pantai yang ada banyak yang masih "perawan" karena memang tidak diperkenankan untuk dibangun sarana wisata yang permanen. Kawasan Taman Nasional seluas 58.000 hektar tersebut memiliki keragaman flora yang tinggi. Selain itu, Taman Nasional ini juga memiliki ciri khas tersendiri yaitu merupakan habitat penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, dan penyu ridel/lekang di Pantai Sukamade.
Dan ternyata, bukan hanya Adynoto saja yang ingin melihat kondisi alam di Taman Nasional Merubetiri, tapi ada Adrie Prasetyo Nugroho, penyiar radio dan Apriyani Ekowati mahasiswa dari Jakarta serta Astin Soekanto, Dosen Komunikasi Universitas Dipenogoro dari Semarang juga merelakan waktu beraktivitasnya untuk datang ke bergabung dengan peserta lain.
Berangkat dari Mesjid Agung Al-Akbar Surabaya, peserta yang berjumlah 32 orang memulai perjalanan menggunakan bus pariwisata menuju Banyuwangi pada pukul 8 malam di hari Jumat, 2 Desember 2016. Selama perjalanan, panitia juga tidak lupa untuk mengingatkan kembali rincian agenda selama di Taman Nasional Merubetiri. Setelah memasuki kawasan Taman Nasional para peserta berganti alat transportasi menggunakan truk untuk menuju Desa Sukamade karena kondisi jalannya yang berbatu dan sangat curam.
Selama di atas truk terlihat wajah-wajah penuh antusias dan kegembiraan. Tidak heran karena hampir sebagian besar peserta mengungkapkan baru kali ini menggunakan truk sebagai alat transportasinya. Perjalanan pun terasa sangat menyenangkan walau mengalami keterlambatan menuju Desa Sukamade karena kondisi jalan. Menempuh perjalanan selama 14 jam untuk sampai di Desa Sukamade, peserta tidak menampakkan kelelahan dan ingin segera bergegas untuk mengikuti rangkaian acara.
Sayangnya, kegiatan jungle tracking yang seharusnya diakukan pada sabtu siang terpaksa digantikan dengan sharing time karena adanya tebing yang longsor di taman nasional. Selain itu, curah hujan cukup tinggi saat kami datang berkunjung mengharuskan panitia untuk merubah jadwal kegiatan. Games di sepanjang jalan menuju Pantai Sukamade pun menjadi pilihan yang menyenangkan.
Setelah sharing time bersama seputar Komunitas Marine Buddies, tibalah kami di puncak acara, mengamati penyu bertelur! Peserta diminta keluar ruangan untuk berhenti di setiap pos panitia untuk mencapai pantai. Walaupun cuaca yang cukup menantang, tidak menghentikan langkah peserta untuk menikmati aktivitas bersama Marbud Surabaya.
Dibalik Keheningan Malam
Pada pukul 19.30 WIB, peserta, panitia dan pengunjung lain diminta berkumpul di depan kantor Taman Nasional. Sebelum dilakukan pengamatan penyu bertelur di pantai, Bapak Junaedi memberikan arahan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Seperti, tidak boleh berisik selama di pantai, tidak diperbolehkan ada cahaya selama menunggu penyu datang dan tidak boleh menggunakan flash kamera jika ingin mengambil gambar penyu yang sedang bertelur.
Selama penyu hijau bertelur, Bapak Junaedi menjelaskan kehidupan penyu di kawasan tersebut. Beliau juga mengarahkan cahaya dari senter bagi pengunjung yang ingin mengabadikan gambar. Namun, sayang walau sudah dibantu cahaya masih ada saja pengunjung yang nakal menggunakan flash sehingga bapak Junaedi harus kembali menerangkan alasan mengapa dilarang menggunakan flash. Menurutnya, penyu dapat mengalami kebutaan sementara jika terkena flash kamera yang diarahkan padanya.
Terlihat wajah penuh antusias saat penyu sedang bertelur. Peserta tidak sabar menunggu hari selanjutnya untuk mendapatkan materi dari Dwi Suprapti, Marine Species Conservation Coordinator WWF Indonesia, pelepasan tukik dan mengunjungi Teluk Hijau. Ibu Dwi memberikan banyak informasi menarik seputar penyu di Desa Sukamade. Banyak peserta yang kemudian mengajukan pertanyaan tentang pelestarian penyu di Indonesia khususnya di Pulau Jawa.
“Perjalanan ini sangat fun karena ini pengalaman pertama saya mengamati penyu bertelur secara langsung” kata Apriyani di akhir kegiatan Merubetiri Fun Trip 2016. Bersama Komunitas Marine Buddies, masyarakat diajak secara langsung untuk menyaksikan dan menjaga keunikan alam dan satwanya.