PARADIGMA LAUT ZAMAN NOW
Oleh: Aulia Gusti Kinasih (Komunitas Marine Buddies)
Bicara soal laut, bicara pula soal bagaimana paradigma anak muda tentang laut yang sehat. Penggunaan berbagai macam sudut pandang dalam menentukan langkah atas masalah yang sedang dihadapi dibutuhkan sebagai upaya peningkatan kesadaran akan keberlanjutan ekosistem laut kita.
Pemuda dianggap memiliki semangat juang tinggi dengan ide cemerlangnya. Tapi, apakah mereka sudah peduli dengan kondisi laut kita saat ini?
Laut yang memenuhi sebagian besar permukaan bumi ini berperan dalam mengendalikan cuaca, iklim, dan udara yang kita hirup setiap hari. Laut juga mampu menyerap karbon dioksida sebesar 30 – 50 persen dari hasil pembakaran. Selain itu, di laut juga kita bisa mendapatkan sumber protein terbesar dari bahan pangan yang ada di dalamnya, seperti ikan, kerang atau rumput laut. Ini menunjukkan bahwa tanpa adanya laut yang sehat kita tidak akan memiliki planet yang sehat pula.
Di dalam film yang berdurasi selama 90 menit ini juga kita disuguhkan dengan video hamparan terumbu karang menarik dengan warna yang cantik. Terumbu karang identik sebagai rumah bagi para hewan dan tumbuhan karena 25% dari kehidupan di laut bergatung padanya. Lebih dari 500 juta orang juga menjadikan terumbu karang sebagai hewan terpenting di lautan karena berpotensi meningkatkan pendapatan mereka. Keanekaragaman hayati yang bisa ditemukan di dalam laut juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para traveler. Banyak dari mereka yang rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menikmati laut dunia.
Namun, seiring meningkatnya aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, kini kita dihadapkan pada permasalahan serius, yaitu perubahan iklim global yang menyebabkan terjadinya pemutihan karang. Terumbu karang yang memutih sebagai bentuk respon akibat naiknya suhu permukaan laut. Tahukah kamu, bahwa sebenarnya kita bisa mencegah pemutihan karang tersebut?
Pemutihan karang skala global pertama terjadi pada tahun 1998. Lalu pemutihan karang skala global kedua terjadi pada tahun 2010. Laut yang menjaga kestabilan suhu bumi kini sedang terancam sehingga diprediksi pada 25 tahun mendatang akan kembali terjadi pemutihan karang skala global yang semakin parah. Jika kita cermati lebih lanjut kerugian yang kita alami sekarang tidak sebanding dengan kerusakan alam yang apabila diuangkan mencapai nilai yang tidak terhitung banyaknya. Terumbu karang merupakan pemecah gelombang alami yang melindungi kita dari gelombang besar. Terumbu karang adalah tempat dimana makanan yang kita makan memulai hidupnya. Tapi jika satu karang mati maka akan berdamak pada karang lainnya, dan ini adalah awal mula terjadinya kepunahan ekosisem laut.
Semua fakta di atas saya dapatkan dari film Chasing Coral yang saya tonton di kegiatan Pertemanan Cerdas 3.0 bersama Komunitas Marine Buddies Surabaya. Kegiatan yang dihadiri oleh 100 aktivis lingkungan di Surabaya ini telah dilaksanakan pada 29 Oktober lalu dengan mengundang tiga pembicara dengan latar belakang yang berbeda, yaitu Ir. Joestamadji, M.Si, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya, Dwi Aryo Tjiptohandono, Marine and Fisheries Campaign Coordinator WWF-Indonesia, dan Ayu Meivitasari M, 2nd Miss Scuba Indonesia 2017.
Bagi saya ini bukan tentang apakah perubahan iklim global berdampak bagi terumbu karang, tapi ini menyoal pada dampak yang ditimbulkan bagi kelangsungan ekosistem kita. Perubahan perilaku untuk pemulihan keadaan di alam dapat dimulai dari diri kita sendiri. Percayalah bahwa apa yang kita lakukan sekarang akan mempengaruhi kehidupan anak cucu kita di masa mendatang.