BTN KOMODO GELAR RESOURCE USE MONITORING UNTUK PANTAU KEPATUHAN PENGGUNA KAWASAN
Oleh: Jensi Sartin, Komodo MPA Coordinator
Aktivitas pemanfaatan tertinggi di Taman Nasional (TN) Komodo ditemukan di Zona Perlindungan Bahari. Hal ini merupakan salah satu temuan dari Resource Use Monitoring (RUM) pada triwulan pertama 2017 oleh Balai Taman Nasional (BTN) Komodo, dengan dukungan Program Lesser Sunda Sub-seascape, WWF-Indonesia.
Melalui kegiatan RUM, dilakukan pengumpulan data dan informasi pemanfaatan sumber daya laut, terutama perikanan (pemanfaatan ekstraktif), pariwisata, dan budidaya (pemanfaatan non-ekstraktif) di dalam kawasan TN Komodo.
Sebanyak 8 orang staf BTN Komodo yang terdiri atas 4 Pengendali Ekosistem Hutan, 2 Polisi Kehutanan, dan 2 staf patroli perairan, terlibat langsung dalam kegiatan Resource Use Monitoring ini. Dalam RUM ini, sebanyak 104 dataset berhasil dikumpulkan selama 4 hari penyusuran perairan TN Komodo. “Dari pemantauan yang kami lakukan, jumlah kegiatan perikanan dan kegiatan wisata yang kami jumpai hampir sama banyaknya,” jelas Jackson Benu.
“Melalui pemantauan ini, kami dapat menginventarisasi praktek-praktek pemanfataan, sekaligus memetakan pola-pola pemanfaatan yang dilakukan oleh pengguna kawasan,” ungkap Jackson Benu, yang juga membidangi program dan evaluasi BTN Komodo.
Kawasan TN Komodo seluas 1817 km2 menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi, yang akan mendatangkan manfaat yang sangat besar jika dikelola secara optimal. TN Komodo menjadi salah satu Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional periode 2016-2019. Secara internasional, UNESCO menetapkan TN Komodo sebagai Situs Warisan Dunia dan Cagar Man and Biosphere.
Dengan potensi yang ada, TN Komodo menjadi tujuan wisata yang sangat diminati oleh wisatawan mancanegara dan domestik. “Tren menunjukkan bahwa terus terjadi peningkatan kunjungan wisata, termasuk target kunjungan yang diberikan pemerintah sebesar 500.000 wisatawan mancanegara hingga tahun 2019,” kata Ande Kefi, staf Pengendali Ekosistem Hutan BTN Komodo.
Selain itu, perairan TN Komodo juga menjadi lokasi penting bagi daerah penangkapan ikan. “Perairan TN Komodo dan sekitarnya tidak hanya dimanfaatkan oleh nelayan dalam kawasan, namun juga nelayan-nelayan dari daerah lainnya di NTT, bahkan nelayan dari Sape di Kabupaten Bima,NTB. Potensi perikanan yang besar ini tentunya karena TN Komodo merupakan “bank ikan” dengan banyaknya lokasi-lokasi pemijahan ikan di dalam kawasan,”lanjutnya.
Dengan besarnya potensi tersebut, kegiatan RUM menjadi penting sebagai sarana pembinaan pengguna kawasan. “Kegiatan ini dapat membangun interaksi yang konstruktif antara kami sebagai pengelola dengan pengguna kawasan,” jelas Yonas, salah satu Polisi Kehutanan setelah memantau di perairan sisi barat TN Komodo yang merupakan daerah rawan pelanggaran.
“Melalui wawancara pengumpulan data, kami bisa mengetahui karateristik kegiatan yang mereka lakukan. Terlebih, kami juga bisa memfokuskan patroli pengawasan pada daerah yang paling tinggi pemanfaatannya, serta memberikan pembinaan terhadap kegiatan yang berpotensi merusak kawasan,” tambahnya.
Penyelenggaraan RUM berkala ini, diharapkan dapat terus mendorong peningkatan praktik-praktik pemanfaatan kawasan dengan bertanggung jawab dalam menggunakan kawasan. Baik itu untuk perikanan, maupun pariwisata berkelanjutan, seperti mimpi kita untuk Komodo.