BERBAGI PENGETAHUAN UNTUK MEMOTIVASI PANDA AGAR BERINOVASI
Oleh: Chik Rini
Chik Rini, atau yang biasa dipanggil kak Chik telah berkontribusi di WWF lebih dari 10. Beliau memulai tugasnya sebagai Communications officer, memberikan dukungan bagi kerja-kerja konservasi WWF di Aceh. Pada tahun 2015 WWF mulai memberikan perhatian besar pada masalah konflik satwa manusia terutama gajah sumatera khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan dengan mendorong adanya solusi terbaik agar manusia dan gajah dapat hidup berdampingan.
Ketertarikan Kak Chik pada isu lingkungan sudah tertanam sejak kuliah di Jurusan Biologi Universitas Siah Kuala di Banda Aceh. Baginya satu kebanggaan bisa bekerja di WWF Indonesia karena sejalan dengan pasion hidupnya bekerja di alam dan mencintai hewan. Ia seorang pecinta kucing sejak kecil. Pada tahun 2013, Kak Chik bertemu dengan seekor bayi gajah yatim piatu bernama Raju yang ditinggal induknya dan sempat dirawat oleh orang-orang desa di Aceh Utara. Sayang Raju akhirnya mati. Dari situ Kak Chik jatuh cinta pada gajah dan merasa harus berbuat sesuatu untuk membantu gajah-gajah di alam liar agar tak ada lagi bayi gajah lain bernasib seperti Raju.
Konflik gajah dan manusia menjadi permasalahan serius di Aceh, setiap tahun ada laporan gajah mati diracun, atau orang tewas diserang gajah. Belum lagi kerusakan kebun dan rumah karena gajah datang ke desa memakan tanaman yang ditanam warga. Gajah sudah dianggap hama yang mengganggu.
Tahun 2015, bersama tim WWF Indonesia, ia mulai mendatangi desa-desa yang berkonflik dengan gajah. Kak Chik mulai membuat kampanye dan mendampingi masyarakat agar mereka paham bagaimana mengelola keberadaan gajah agar tidak terjadi kerugian ketika gajah masuk ke desa. Kak Chik berfokus pada isu mitigasi satwa manusia. Desa-desa mulai didorong untuk mengelola habitat satwa, meminimalisir konflik, dan memperkuat kelompok masyarakat, seperti kelompok patroli desa-desa serta menghentikan pengrusakan habitat satwa.
Chik Rini merasa beruntung bekerja dengan tim yang punya pengetahuan dan pengalaman lama dalam hal mitigasi konflik satwa manusia di WWF. Baginya, pengalaman bekerja di WWF sangat memperkuat pengetahuan dan praktik-praktik yang telah teruji di lapangan. WWF juga bekerja dengan data-data scientific yang didasarkan pada pengetahuan yang kuat, sudah mengembangkan banyak praktik dari dahulu dan teruji dari ahli-ahli. Ini membuat proses belajar dan transfer ilmu bisa berjalan cepat di antara tim WWF. Chik Rini belajar banyak dari senior-senior WWF yang sudah ahli di isu-isu konservasi gajah.
Proses ini membuat organisasi tumbuh sebagai lembaga yang bekerja di isu lingkungan dengan kekuatan yang lebih. Ka Chik bersama teman-teman di Aceh dapat belajar banyak dari teman-teman di luar Aceh dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan. Dari awalnya Ka Chik memiliki pengalaman dari 0, sekarang sudah melakukan sharing knowledge bersama teman-teman di Aceh dan di acara Sharing Session (Conservationology) kepada teman-teman WWF-ID. Berbagi pengetahuan mendorong Ka Chik untuk belajar lebih banyak lagi.
Manfaat sharing knowledge membuat kita lebih kuat sebagai kesatuan. Jaringan WWF yang luas membuat distribusi pengetahuan di banyak tempat. Bank pengetahuan di WWF sudah besar ditambah dengan media komunikasi yang bagus, sehingga mencari informasi dan belajar di WWF menjadi lebih cepat.