YUK, JAGA AIR BERSIH BERSAMA PANDA MOBILE!
Oleh: Dinda Sora (Volunteer Panda Mobile)
Kemajuan industri dan aktivitas manusia merupakan salah satu faktor utama terjadinya penurunan kualitas air. Pembuangan bahan kimia, limbah, maupun pencemaran lainnya ke dalam air akan mempengaruhi ekosistem perairan seperti danau, sungai, lautan, dan juga air tanah yang memberikan dampak kepada kehidupan biota perairan tersebut, kualitas air tanah, dan juga bagi kesehatan manusia. Selain itu, sebagian besar pada wilayah-wilayah tertentu, perairan merupakan sumber utama mata pencaharian bagi masyarakat sekitar, sehingga penting bagi masyarakat untuk mengetahui dan memahami apakah air yang digunakan sudah aman dari polutan.
“Water Lab” atau “Laboratorium Air” merupakan salah satu fasilitas dari Panda Mobile WWF-Indonesia yang menjadi salah satu wadah bagi masyarakat untuk mendapat edukasi mengenai keberadaan air di sekitarnya yang dapat dikonsumsi atau dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain dapat melakukan pengujian kualitas air, laboratorium air ini juga dimanfaatkan untuk mengedukasi anak-anak sekolah tentang pentingnya menjaga keberadaan sumber air bersih dan bijak dalam menggunakannya. “Saat ini air yang layak dikonsumsi di Bumi jumlahnya sangat sedikit. Hanya sekitar 1% saja air bersih yang dapat dikonsumsi. Mungkin saat ini sudah semakin sedikit. Maka dari itu, kita semua harus bisa hemat dalam menggunakan air bersih ya,” tutur Dinda, salah satu volunteer Panda Mobile Mobile WWF-Indonesia kepada anak-anak yang sedang menggunakan fasilitas laboratorium air Panda Mobile.
Pada laboratorium air ini, terdapat dua jenis pengujian sederhana yang dilakukan, yaitu secara kimia dan biologi. Pengujian air secara uji kimia dilihat berdasarkan tingkat keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus dan juga pH meter. Kadar pH (keasaman air) memiliki rentang nilai 0-14. Tinggi rendahnya pH air sangat dipengaruhi oleh kandungan mineral lain yang terdapat dalam air tersebut. Air yang normal atau yang dapat dikonsumsi dan dipergunakan oleh manusia memiliki pH yang netral, yaitu sekitar 7. Ketika air tersebut tercemar oleh suatu polutan maka air tersebut akan memiliki pH yang tidak netral (pH yang kurang atau lebih dari pH normal). Organisme yang hidup di kawasan perairan pun hidup pada air yang memiliki pH mendekati netral sehingga ketika pH air berubah, maka akan mengganggu organisme yang ada di perairan tersebut.
Sedangkan pada pengujian secara biologi, air dilihat dengan menggunakan mikroskop. Dengan bantuan alat ini, kita mampu melihat obyek-obyek “bioindikator” yang memiliki ukuran sangat kecil, dengan perbesaran 10 kali, 40 kali, hingga 100 kali. Bioindikator adalah organisme yang memiliki kepekaan terhadap perubahan lingkungan sehingga dapat memberikan informasi keadaan perairan tersebut dalam kondisi baik atau tidak. Contohnya ketika kita menemukan larva lalat batu dan larva ulat kantong, berarti perairan tersebut masih dalam kondisi baik dan belum tercemar karena kedua bioindikator itu hidup di dalam perairan yang memiliki kualitas air yang sangat baik dan belum tercemar. Masih banyak organisme lainnya yang dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas perairan
Melalui dua pengujian secara sederhana ini, seperti yang dilakukan pada kunjungan Panda Mobile WWF-Indonesia di SD Salman Al-Farisi pada Selasa (08/08) silam, anak-anak usia sekolah mendapat edukasi tentang air bersih. Setelah mengetahui tentang pentingnya kualitas air bersih, mereka dapat memilih dan lebih waspada terhadap air yang akan digunakan atau untuk dikonsumsi.
“Menurut pendapat saya, mini laboratorium (air) yang ada di Panda Mobile ini baik sekali ya untuk media pembelajaran anak, karena dengan begitu kita bisa bersama-sama mengedukasi sedini mungkin tentang pentingnya menjaga air serta hemat dalam penggunaannya,” tutur Arini, salah guru SD Salman Al-Farisi Bandung.