WWF PERKUAT SINERGI KERJA DENGAN PEMDA KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR
Oleh: Rafika Puspita Army (Writer and Documenter Assistant, WWF-Indonesia Inner Banda Arc Sub-seascape)
Sudah cukup lama, WWF-Indonesia program Inner Banda Arc Seascape (IBAS) menjalin kerja sama dengan Pemda Kabupaten Seram Timur dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan di Pulau Koon dan sekitarnya. Ketergantungan sumber kehidupan dari kekayaan sumber daya alam makin melekat pada masyarakat yang tinggal di Pulau Koon, Kecamatan Geser, Kabupaten Seram Bagian Timur yang berada dalam naungan petuanan Raja Kataloka ini.
Tak hanya dengan pemerintah setempat, sejak 2010, WWF-Indonesia bersama masyarakat adat Petuanan Negeri Kataloka juga sudah sepakat untuk mengelola kawasan konservasi di Kecamatan Pulau Gorom, Seram Bagian Timur. Pemda pun mendukung pengelolaan wilayah ini lewat SK Bupati Seram Bagian Timur No. 523/189/KEP/2011 tentang Pencadangan Kawasan Perairan Pulau Neiden dan Pulau Koon sebagai kawasan konservasi perairan.
Upaya konservasi ini, tentunya akan menuai hasil yang optimal ketika kami berjalan beriringan - dengan masyarakat, dan Pemda. Maka, jelang agenda tahunan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), WWF-Indonesia melakukan anjangsana ke Kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Seram Bagian Timur, pada 15-16 Maret 2017 lalu. Selain sebagai wujud penguatan mitra kerja, kunjungan diskusi ke instansi pemerintah dilakukan untuk mensinergikan program pemerintah dengan WWF-Indonesia.
Kapal cepat Cantika Express jadi pilihan kami untuk berlabuh ke Bula, kota kecil di ujung timur Pulau Seram. Dalam dua jam, kami menyeberang dari pelabuhan Masohi ke Amahai, dilanjutkan dengan delapan jam perjalanan darat menuju Bula, pusat pemerintahan kabupaten ini.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Seram Bagian Timur menjadi tujuan pertama kami pada keesokan harinya (15/03). Kami datang untuk bertukar ide-ide inovatif yang disambut hangat oleh kepala Bappeda dan seluruh jajarannya.
“Mulai tahun 2016-2019, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir inilah yang menjadi dasar kerja WWF. Provinsi Maluku akan sumbang 5% dari target nasional kawasan konservasi. Kita akan bersama-sama mewujudkan wisata bahari dan perikanan yang bertanggung jawab dengan mempertimbangkan carrying capacity,” sampai Andreas Hero Ohoiulun, Project Leader WWF IBAS di hadapan jajaran Bappeda.
Pulau Koon dan sekitarnya akan didorong menjadi ikon nasional bahkan internasional. Lokasi ini dapat menjadi tempat singgah kapal pesiar sebelum berlabuh di tujuan akhir, Raja Ampat. Lokasi ini memang dikenal dengan eksotisme terumbu karang dan situs pemijahan (aggregation site) bagi ikan.
Sejauh ini, kinerja Pemda masih terfokus pada pembenahan infrastruktur agar distribusi penjualan sumber daya hayati yang lebih efisien. Adanya degradasi habitat dan penurunan biomassa ikan belum sepenuhnya disadari oleh pemerintah. Bertandang ke Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Seram Bagian Timur di hari berikutnya, WWF-Indonesia menyampaikan dukungannya terhadap optimalisasi program dan pengembangan sarana prasarana perikanan tangkap maupun budidaya, khususnya Pulau Gorom.
Pendugaan virgin stock pada kegiatan perikanan adalah alternatif mewujudkan perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Virgin stock merupakan biomassa ketika belum terjadi pemanfaatan. Penerapan prinsip green and everlasting dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hayati dibutuhkan untuk meningkatan pendapatan daerah, khususnya bidang perikanan dan pariwisata bahari.
Untuk mewujudkan semua ini, kami memang harus duduk bersama dan berjalan seiring – bukan hanya selama momen anjangsana dua hari ini, tapi pada hari-hari – hingga tahun selanjutnya.