WWF MENDUKUNG SRAK ORANGUTAN 2019-2029
Jakarta, 19 Agustus 2019 – Memanfaatkan momentum peringatan Hari Orangutan Internasional yang jatuh pada tanggal 19 Agustus ini, WWF-Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendukung penuh Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan 2019-2029 yang diluncurkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Senin, 12 Agustus 2019 yang lalu.
SRAK Orangutan 2019-2029 merupakan landasan utama bagi WWF-Indonesia menjalankan fungsi kerja konservasinya di lima wilayah habitat orangutan yaitu Hulu Kapuas Landscape Kalimantan Barat, Muller-Schwaner-Arabela Landscape Kalimantan Barat – Kalimantan Tengah, Sebangau Katingan Landscape Kalimantan Tengah, Kayan Landscape Kalimantan Utara, dan Northern Sumatra Landscape Sumatera Utara.
Pada kesempatan yang sama Ir. Wiratno M.Sc Direktur Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan pesannya bahwa “Indonesia sebagai negara yang memiliki Orangutan Kalimantan dan Sumatera mengajak semua pihak untuk meningkatkan kepedulian dan bekerja sama secara terus menerus dalam pelestarian orangutan dan habitatnya. Dengan keterlibatan yang lebih besar dari seluruh sektor Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, LSM, Pusat-pusat Rehabilitasi Orangutan, Peneliti, Swasta, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Agama secara bersama-sama dan bahu membahu mendukung berbagai upaya konservasi orangutan di Indonesia. Keterpaduan upaya tersebut diharapkan mampu menyelamatkan orangutan dan membangun kesadaran bersama akan pentingnya kelestarian orangutan dan habitatnya.”
Peringatan Hari Orangutan Internasional
Indonesia adalah satu-satunya rumah bagi tiga sub-spesies orangutan yaitu Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) di Kalimantan, Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) di Sumatera. Namun disayangkan orangutan masih berada dalam daftar merah International Union fot Conservation of Nature (IUCN, 2017) kategori kritis, takson yang terancam punah. Berdasarkan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA, 2017), Orangutan Tapanuli menempati peringkat terbawah hanya berjumlah 800 individu, Orangutan Sumatera berjumlah 13.710 individu, dan Orangutan Kalimantan dengan total 45.590 individu.
Merespon hal ini, dalam rangka turut memperingati Hari Orangutan Internasional 2019, WWF-Indonesia menggelar beragam kampanye publik. WWF-Indonesia Hulu Kapuas Landscape bersama TFCA Kalimantan, Forclimate-FC, Art Community (PAC). Dan Pramuka Kwarcab Kapuas Hulu, Kalimantan Barat merancang aksi bertajuk ‘Kampanye Kolaborasi untuk Orangutan’ berisi talkshow radio, kunjungan ke sekolah dan pertunjukan seni. WWF-Indonesia Northern Sumatra Landscape mengadakan ‘Lomba Poster Kampanye Orangutan’ dengan dua tema besar yaitu “Ambil aksimu sekarang, selamatkan orangutan dari kepunahan” dan “Hutan hilang tanpa Orangutan, Bumi hilang tanpa hutan”. Kegiatan ini turut didukung oleh Program SRJS, Komunitas Earth Hour Aceh, dan grup seniman lukis di Banda Aceh. Sedangkan WWF-Indonesia Mueller-Schwaner-Arabela Landscape bersama Komunitas Earth Hour Pontianak, Yayasan Titian Lestari, dan Yayasan Planet Indonesia menggelar photobooth challenge, stand-up comedy bertema konservasi, pemutaran video, dan menggelar konfigurasi huruf “Selamatkan Orangutan dari Kepunahan” di area bebas kendaraan (car free day) untuk meningkatkan antusiasme publik.
Lukas Laksono Adhyakso Direktur Program Konservasi WWF-Indonesia menjelaskan “Kampanye publik merupakan salah satu komponen penting dalam SRAK Orangutan 2019-2029 sebagai ‘Strategi dan Program Komunikasi dan Penyadartahuan Masyarakat untuk Konservasi Orangutan.’ Oleh karenanya, WWF-Indonesia selain bekerja pada wilayah Insitu untuk mempertahankan populasi dalam kawasan, monitoring, dan mengawal kebijakan yang dijalankan dan dibutuhkan juga berperan serta melakukan edukasi ke masyarakat sebagai salah satu upaya menyukseskan pencapaian target nasional SRAK Orangutan 2019-2029”.
Tantangan Konservasi Orangutan dan Habitatnya
Kita baru saja merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 tahun, di saat yang sama bangsa ini tengah berupaya melawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Karhutla selalu menjadi ancaman serius terhadap kantong-kantong habitat satwa dan keanekaragaman hayati yang dilindungi khususnya orangutan. Selain itu, seringkali gagalnya konservasi orangutan akibat dari pengembangan sumber daya hutan untuk pembangunan ekonomi yang memberikan dampak negatif seperti deforestasi, kerusakan, dan kebakaran hutan. Kondisi ini akibat tata kelola hutan yang belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekologi dan konservasi sumberdaya alam dan ekosistem.
Oleh karenanya, WWF-Indonesia menyatakan kesiapannya menjadi mitra kerja pemerintah dan secara aktif mengajak pemangku kepentingan lain untuk menjalankan dan mengawal implementasi SRAK Orangutan 2019-2029 sebagai harapan baru untuk kondisi dan habitat orangutan yang lebih baik. Orangutan memiliki hak hidup yang sejahtera, menjalankan perannya merawat hutan dengan damai, hingga hutan mampu menjadi pemasok oksigen dan sumber ketahanan pangan yang mumpuni untuk seluruh mahluk hidup.
- SELESAI-
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
Karina Lestiarsi, Media Relation Specialist WWF-Indonesia | Email klestiarsi@wwf.id | Hp +62 852 181 616 83
Tentang WWF-Indonesia
WWF-Indonesia adalah organisasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF. Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian badak jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini bergiat di 34 wilayah kerja lapangan di 17 provinsi mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staf, WWF-Indonesia bekerja sama bersama pemerintah, masyarakat lokal, swasta, LSM, masyarakat madani dan publik luas. Sejak 2006, WWF-Indonesia didukung oleh sekitar 100.000 suporter dalam negeri. Kunjungi www.wwf.id