WWF LUNCURKAN BUKU MANUSIA DAN KEKAYAAN ALAM LANSKAP KUBU
Kubu Raya – WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat dan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya bersama para mitra menggelar acara peluncuran buku ‘Manusia dan Kekayaan Alam di Lanskap Kubu’ pada Senin (22/5) di Kubu Raya yang bertepatan dengan peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional.
Buku ini menampilkan tiga aspek yang ada di Lanskap Kubu yaitu kehidupan manusia, keanekaragaman hayati dan praktik lestari perusahaan. Dengan diterbitkannya buku ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siapa saja dalam menentukan kebijakan, atau menjadi sumber inspirasi untuk memberikan kontribusi yang dapat berdampak positif bagi keberlanjutan Lanskap Kubu, baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial.
Dalam sambutan tertulis Bupati Kubu Raya yang disampaikan oleh Kepala Bappeda Kubu Raya, Yusran Anizam menyebutkan jika pembangunan tidak memperhatikan faktor alam yang turut menunjang eksistensi masyarakat, kekayaan yang ada di Kubu Raya akan terus terdegradasi dan kegiatan pembangunan pada akhirnya akan terhambat.
“Dengan kekayaan alam yang ada, sudah seharusnya pembangunan kabupaten mempertimbangkan pelestarian lingkungan. Tentu, kesejahteraan masyarakat juga menjadi prioritas,” ujarnya.
Buku setebal 84 halaman yang memuat foto-foto menarik ini juga secara khusus bertujuan untuk memberikan gambaran umum kepada masyarakat luas agar mengetahui upaya konservasi WWF-Indonesia dalam menggagas pengelolaan lanskap menggunakan pendekatan multi pihak.
Hingga saat ini, dukungan pengelolaan lanskap sudah muncul dari Pemerintah Daerah Kubu Raya dan pihak perusahaan seperti PT. Kandelia Alam, PT. Bina Silva Nusa, dan PT. Ekosistem Khatulistiwa Lestari, serta didukung oleh IDH The Sustainable Trade Initiative untuk Indonesia, termasuk WWF-Indonesia.
“Keanekaragaman hayati yang ada di Lanskap Kubu perlu dijaga. Pengelolaan lanskap dengan pendekatan multi stakeholder menjadi solusi menuju pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan. Saat ini, penting bagi semua pihak mulai dari level pemerintah, perusahaan, hingga, masyarakat untuk turut menjalankan pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan azas pelestarian lingkungan,” ujar Manajer Program Kalimantan Barat, WWF-Indonesia, Albertus Tjiu.
Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2017 yang mengusung tema ‘keanekaragaman hayati dan pariwisata berkelanjutan’ dipandang sebagai momentum yang tepat untuk peluncuran buku yang mengupas tentang keanekaragaman hayati serta upaya pengelolaan lanskap secara berkelanjutan.
“Buku Manusia dan Kekayaan Alam di Lanskap Kubu ini dapat menggambarkan kondisi aktual nilai lingkungan, ekonomi, dan sosial dari sebuah lanskap yang memiliki ekosistem unik, kombinasi antara hutan bakau (mangrove), gambut dan kawasan yang dihuni masyarakat pesisir dan hutan daratan,” kata Direktur IDH Indonesia, Fitrian Ardiansyah.
Ditambahkan oleh Direktur PT. Kandelia Alam, Fairus Mulia, Buku Manusia dan Kekayaan Alam di Lanskap Kubu juga menggambarkan hubungan makhluk hidup dan alam sekitar yang saling ketergantungan satu sama lain.
“Agar lanskap ini dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia secara berkelanjutan, diperlukan pengelolaan yang seimbang antara kepentingan produksi, proteksi dan penyertaan masyarakat yang ada di sekitarnya, yang pada akhirnya dapat memberikan retribusi kepada pemerintah untuk pembangunan,” tambahnya.
Kubu Raya sebagai lanskap dengan kekayaan hutan mangrove, yang menjadi rumah bagi spesies penting seperi Bekantan (Nasalis larvatus), Irrawaddy Dolphin (Orcaela brevirostris), Finless Porpoise, serta berbagai jenis burung dan banyak hidupan liar lainnya perlu terus dijaga kelestariannya agar semakin meningkatkan nilai penting kawasannya melalui upaya bersama para pihak.