WWF INDONESIA LANSKAP HULU MAHAKAM SELENGGARAKAN SURVEI DAN MONITORING PESUT MAHAKAM (ORCAELLA BREVIROSTRIS)
Oleh: Agus Suyitno, Syachraini, Iswinanto
WWF Indonesia Program Hulu Mahakam bekerjasama dengan Komunitas Save Mahakam Dolphin dan Komunitas Pecinta Alam Damai (KOMPAD) menyelenggarakan pelatihan survei dan monitoring Pesut Mahakam. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peserta dalam melakukan pemantauan Pesut Mahakam terutama sebaran populasi dan habitatnya. Diharapkan dari hasil pelatihan ini peserta dapat melakukan pendataan pesut secara baik sehingga keberdaan pesut secara berkala dapat terpantau baik polulasi dan sebaran habitatnya. Pemateri pelatihan ini adalah Syachraini dari WWF Indonesia yang memiliki banyak pengalaman dalam melakukan kegiatan survei dan monitoring Pesut Mahakam.
Pelatihan ini dilakukan selama 4 hari (5 -8 Desember 2016), hari pertama dilakukan materi kelas, hari kedua dan ketiga dilakukan praktek lapangan dan hari terakhir dilakukan analisis data hasil praktek lapangan dan evaluasi hasil pelatihan termasuk rencana tindak lanjut. Jumlah total peserta sebanyak 18 orang, dalam praktek lapangan dibagi menjadi 4 tim. Tim 1 dan 3 melakukan latihan survei di wilayah Sungai Belayan dan Muara Muntai, kelompok 2 dan 4 melakukan latihan survei di wilayah Sungai Pela dan Muara Kaman.
Beruntung sekali para peserta dalam pelatihan ini dapat menemukan pesut pada saat praktek pelatihan, kelompok pesut dalam jumlah besar banyak ditemukan di wilayah Muara Sungai Pela menuju Muara Sungai Belayan. Pada saat praktek pelatihan survei dan monitoring pesut kondisi air sungai sedang pasang, beberapa wilayah kondisinya sedang banjir. Dari hasil observasi lapangan total jumlah pesut yang ditemui oleh peserta pelatihan berkisar 12-16 ekor.
Pengamatan pesut merupakan hal yang menyenangkan, ketika mendapati keberadaan pesut peserta merasa gembira mengamati pergerakan pesut, mencatat jumlah temuan, perilaku dan melakukan pendokumentasian. Namun demikian dibutuhkan kesabaran dalam melakukan survei pesut, terutama mengatur kecepatan kapal yang digunakan untuk mencari keberadaan pesut, tidak boleh lebih dari 12 km/jam. Dalam satu perahu terdiri dari 4 peserta, yang memiliki tugas masing masing secara bergantian, ada yang bertugas mencatat, memantau keberadaan pesut dan pengambilan gambar.
Setelah data lapangan terkumpul kemudian dilakukan kegiatan analisis data untuk menentukan jumlah populasi dengan menggunakan data foto sirip pesut. Sejauh ini metode yang bisa dilakukan untuk melihat perbedaan dan menentukan jumlah individu pesut adalah dengan mengamati perbedaan sirip pada pesut, setiap pesut memiliki bentuk sirip yang berbeda-beda. Hasil analisis sirip pesut secara bersama terdapat 16 bentuk sirip yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan temuan pesut pada saat pelatihan adalah 16 individu.
Setelah pelatihan, sebagai rencana tindak lanjut WWF Indonesia bersama Komunitas Save Mahakam Dolphin dan Komunitas Pecinta Alam Damai menggagas rencana survei dan monitoring bersama serta melakukan kampanye terkait ancaman terhadap populasi dan habitat Pesut Mahakam di Kabupaten Kutai Barat dan Kutai Kartanegara tahun 2017.
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) merupakan satu-satunya lumba-lumba air tawar yang dimiliki Indonesia, habitatnya ditemukan di wilayah perairan Sungai Mahakam. Habitat Pesut Mahakam sebagian besar berada di Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Saat ini satwa tersebut terancam punah karena terjadi penurunan kualitas habitat akibat aktifitas manusia. Badan Konservasi Internasional IUCN (International United of Conservation Nature and Natural Resources) menetapkan Pesut Mahakam dalam kategori satwa kritis dan terancam punah (Critically Endangered Species). Di Indonesia Pesut merupakan jenis satwa yang dilindungi berdasarkan peraturan pemerintah PP No.7 Tahun 1999 sebagai turunan UU No.5 Tahun 1990 tentang keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.
Dari data Yayasan RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) bahwa populasi Pesut Mahakam jumlahnya sangat terbatas, pada tahun 2012 diperkirakan hanya 92 ekor dan pada tahun 2013 berkisar 100 ekor. Data sebelum tahun 2007 bahwa populasi Pesut Mahakam berkisar 90 ekor. Jika dilihat dari data tersebut kenaikan angka populasi Pesut Mahakam sangat kecil sekali dalam rentang 6 tahun terakhir.Tingginya angka kematian pesut menyebabkan sulit adanya penambahan populasi yang dianggap signifikan terhadap jumlah populasi yang ada. Rata-rata kematian Pesut Mahakam dari tahun 2005-2010 berkisar 3 ekor. Penyebab terbesar kematian pesut adalah sering terjebak di dalam jaring ikan (gill net) milik nelayan.
Faktor gangguan lain yang sangat mengganggu kehidupan pesut adalah kurangnya ketersediaan makanan pesut (ikan) di alam karena adanya penangkapan ikan yang berlebihan, penangkapan ikan menggunakan racun dan setrum, adanya lalu-lintas kapal ponton pengangkut batubara, pencemaran limbah ke sungai, sedimentasi akibat pertambangan dan perkebunan, tempat berkembangbiak ikan (reservat) banyak yang hilang akibat konversi lahan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.