WWF INDONESIA ADAKAN PELATIHAN PTK DAN MENGAJAK SISWA SD DAUR ULANG KERTAS DAN MEMBUAT KOMPOS
Oleh: Hijrah Nasir
Pendidikan konservasi di sekolah adalah tonggak dalam menanamkan kecintaan anak terhadap lingkungan sejak dini. Untuk itu melalui program Education for Sustainable Development yang awalnya diinisiasi di wilayah Heart of Borneo sepuluh tahun yang lalu, WWF Indonesia telah melakukan pendampingan ke guru-guru dan siswa sekolah dasar. Pada tanggal 24 – 27 Januari 2017 lalu, tim ESD WWF Indonesia kembali mengadakan kegiatan yakni Lokalatih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) “Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB)” dan Pendampingan sekolah dalam Pembuatan Kompos dan Kebun Sekolah yang berlangsung di Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus. Kegiatan ini dihadiri oleh guru-guru dari 3 SD dampingan ESD, yaitu SDN 1 Datarajan, SDN 2 Karangrejo, dan SDN 1 Sukamaju. Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan mahasiswa AIESEC UNILA dan 3 mahasiswa asing lainnya.
Kegiatan ini dibagi menjadi dua, yaitu lokalatih penelitian tindakan kelas yang ditujukan untuk guru-guru, dan pelatihan pembuatan kompos dan daur ulang kertas untuk siswa-siswa di 3 SD dampingan. Lokalatih PTK ini diharapkan mampu mengembangkan kapasitas guru untuk merancang PTK, meningkatkan kemampuan guru untuk mengangkat isu-isu lingkungan dan konservasi ke dalam penelitian, dan mampu mempublikasikan temuan PTK melalui konferensi atau pendidikan jurnal. Sementara guru-guru menerima mengikuti pelatihan, para siswa diberi pelatihan tentang pembuatan kompos, daur ulang kertas, dan pemanfaatan barang bekas. Pelatihan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada siswa tentang sampah organik dan an-organik serta pemanfaatannya serta pentingnya kebun sekolah dengan pertanian organik.
Guru-guru dari 3 sekolah dampingan WWF ini menerima materi tentang tujuan PTK, metode – metode penelitian tindakan kelas, cara menentukan topik / tema PTK, dan menuliskan jurnal kegiatan berdasarkan kegiatan yang sudah dilakukan, mengidentifikasi pertanyaan penelitian yang ‘baik’ dan merumuskan pertanyaan penelitian berdasarkan tema yang sudah ditentukan, peserta pelatihan juga melakukan pengelolaan data – data PTK, menganalisis data, menuliskan abstraksi PTK, draft instrument PTK, serta menyusun rencana tindak lanjut.
Di tempat yang berbeda, suasana kelas riuh ramai oleh siswa-siswi yang sedang belajar cara mendaur ulang kertas, membuat pupuk kompos untuk kebun sekolah, dan membuat kerajinan tangan dari kardus – kardus yang sudah tidak terpakai/koran bekas. Satu persatu siswa mencoba mempraktekkan pembuatan kertas daur ulang yang diberi pewarna alami.
Siswa-siswi kelas 5 dan 6 mulai sibuk dengan pelatihan pembuatan kompos yang difasilitasi oleh Pak Sugiman yang juga sebagai trainer sekolah lapang petani kopi di Ulubelu. Selama pelatihan 4 hari itu, siswa-siswi diajak untuk melihat proses pembuatan kompos dan mempraktekkannya sendiri. Mereka juga diajak membuat MOL (mikro organisme lokal) yang bisa membantu tanaman menyerap nutrisi di dalam pupuk dengan lebih baik.
Jika siswa-siswi kelas 5 dan 6 sibuk membuat kompos, maka lain lagi dengan kelas 3 dan 4. Mereka mempraktekkan cara mendaur ulang kertas dengan bahan kertas koran dan kertas bekas yang mereka bawa dari rumah. Satu persatu siswa mencoba mencetak kertas daur ulang pada media papan yang selanjutnya akan dikeringkan. Kertas daur ulang yang sudah kering selanjutnya dirangkai menjadi buku tulis dan dihias dengan bahan-bahan bekas lain. Mereka juga diajak mendesain kerajinan berupa kotak pensil dan pembatas buku dari bahan bekas yang tersedia. Di akhir pelatihan, siswa diajak menonton film bertema lingkungan dan pentingnya memanfaatkan sampah organik dan an-organik dalam kehidupan sehari-hari dengan 3 prinsip reduce, reuse, dan recycle.
WWF Indonesia berharap pendidikan lingkungan menjadi materi pembelajaran di sekolah. Dengan penanaman nilai-nilai tentang pentingnya menjaga lingkungan, diharapkan semangat generasi penerus bangsa tumbuh demi kehidupan bumi yang lebih baik di masa mendatang.