PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN HIJAU
Puluhan kepala sekolah dan guru di Nunukan dilatih untuk mengembangkan kewirausahaan hijau di lingkungan sekolahnya masing–masing. Acara Pelatihan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education For Sustainable Development–ESD) ini dilaksanakan mulai dari tanggal 6-8 Agustus 2014 bertempat di Hotel Neo Fortune Nunukan, dan diselenggarakan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Program Kalimantan Utara (Kaltara).
Koordinator Komunikasi WWF-Indonesia Kaltara, Arman Anang, mengatakan, pelatihan yang dilaksanakan merupakan tindak lanjut dari pelatihan sebelumnya yang telah dilakukan pada Februari lalu untuk pembangunan berkelanjutan bagi guru-guru sekolah di Nunukan. Titik fokusnya saat ini adalah untuk memasukkan tema lokal di Nunukan ke dalam Kurikulum 2013.
“Melalui kegiatan ini WWF ingin membantu Dinas Pendidikan (Disdik) dan sekolah-sekolah, agar Kurikulum 2013 dapat berjalan sesuai dengan kondisi di Nunukan sebagai materi yang pertama. Kemudian, materi yang kedua berkaitan dengan kewirausahaan hijau, yaitu mendorong berbagai sekolah sebagai agen perubahan. Selanjutnya sebagai agen pembangunan sekolah, yaitu guru, murid dan unsur sekolah lain dapat berperan penting dalam pembangunan di Nunukan,” jelasnya.
Diharapkan setelah para siswa itu lulus nanti mereka dapat terlibat dalam berbagai program pembangunan di Nunukan. Tentu saja, program pembangunan ini adalah program pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dapat bermanfaat bagi Nunukan. Materi-materi ini sampaikan dalam tiga hari pelatihan.
Berbicara mengenai kewirausahaan hijau tidak harus selalu mengenai tanam pohon. Arman juga memaparkan salah satu contoh program serupa yang telah berhasil dilakukan. “Di Kalimantan Tengah sebagai contoh, WWF mendukung sekolah sebagai tempat pengembangan kerajinan. Disana ada satu desa yang dahulu merupakan tempat penghasil kerajinan rotan, tapi saat ini sudah tidak ada lagi. Dengan program ESD, mereka kembali didorong sebagai pusat pengembangan kerajinan rotan. Siswanya dilatih kerajinan menganyam rotan dan kemudian masyarakatnya tertarik untuk mulai ikut berpartisipasi.""
Dengan hasil produksi–produksi yang dihasilkan, mereka dapat menjual dan dapat membantu pendapatan sekolah. Ternyata, ketika masyarakatnya juga ikut terlibat dalam program tersebut, mereka dapat menambah penghasilan ekonomi dan meningkatkan pendapatan bagi keluarga. “Jadi, dimulai dari hal yang sederhana. Dengan adanya produk lokal yang dihasilkan sekolah, tidak hanya memberikan pemasukan bagi sekolah, tapi juga bagi keluarga yang terlibat,” tambahnya.