WWF FOKUS KELOLA KONSERVASI BENTANG LAUT SUNDA BANDA
Oleh Idoputra Sitompul
Siang itu cuaca cerah menaungi ibukota Pulau Dewata, Denpasar. Puluhan orang satu persatu datang memenuhi salah satu rumah berhalaman cukup luas yang disulap menjadi sebuah kantor di pusat kota, yakni di daerah Renon. Hari itu, Selasa 23 September 2014, jadi hari bersejarah bagi program Sunda Banda Seascape (SBS) WWF-Indonesia. Melalui sebuah prosesi sederhana namun berkesan, rumah asri itu kini resmi menjadi tempat berkarya bagi 15 staf WWF-Indonesia yang berjuang melestarikan sumber daya laut Indonesia, khususnya di wilayah SBS.
CEO WWF-Indonesia Efransjah menandai dibukanya kantor WWF Regional di Bali ini dengan pemotongan tumpeng yang diserahkan kepada CEO WWF Singapura Elaine Tan dan SBS and Fisheries Leader Imam Musthofa. Efransjah berharap dibukanya kantor regional di Bali ini dapat membantu dan mendukung terwujudnya kelestarian sumber daya laut diwilyah Bentang Laut Sunda-Banda yang merupakan tempat penting bagi berbagai sumber daya perikanan dan sumberdaya hayati laut di pusat Kawasan segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle). Beberapa program kerja yang akan digalakkan WWF-Indonesia di wilayah SBS diantaranya adalah pengelolaan kawasan konservasi laut, Konservasi jenis biota laut yang dilindungi dan terancam punah, pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya secara berkelanjutan, danpengelolaan pariwisata bahari yang bertanggungjawab.
Sejumlah kolega dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) bidang kelautan dan perikanan yang selama ini kerap bekerjasama dengan WWF-Indonesia seperti Reef Check, LINI, TNC, TCEC, MDPI, NDRF dan CTC hadir dalam peresmian kantor ini. Kalangan akademisi, para mantan staf WWF-Indonesia, perwakilan Jaringan Kapal Pesiar, operator wisata, dan para pelaku kegiatan kelautan dan perikanan lainnya juga turut hadir dan mengapresiasi program-program kerja WWF-Indonesia yang akan dijalankan di kantor tersebut. Selain itu, rekan-rekan pers dari sejumlah media di Bali juga menyambut baik hadirnya kembali WWF-Indonesia di Pulau Dewata.
Selain meresmikan kantor, dalam acara ini juga diperkenalkan produk responsible seafood “Fish n Blues”. Tidak seperti produk seafood lainnya, produk ini berasal dari seafood hasil budidaya ataupun hasil tangkapan yang ramah lingkungan, sesuai dengan prinsip-prinsip perikanan berkelanjutan yang berasal dari kelompok nelayan dan atau pembudidaya ikan sekala kecil binaan WWF dan juga mitra LSM lokal yang tergabung dalam JARING-Nusantara, sebuah wadah koalisi LSM Indonesia untuk mempromosikan produk seafood ramah lingkungan di Indonesia. Sebagian produk tersebut kemudian diolah dan dihidangkan pada para tamu yang datang sekaligus sebagai penanda hadirnya produk seafood ramah lingkungan di pulau dewata yang bisa di order online via www.fishnblues.com
SBS jadi kawasan laut yang vital
Sunda Banda Seascape atau Bentang Laut Sunda Banda adalah istilah yang merujuk pada kawasan geologis, sekaligus geografis di dalam area Segitiga Terumbu Karang, yang meliputi laut dan beberapa kepulauan dari Bali hingga wilayah Nusa Tenggara sampai ke Maluku Tenggara, serta Kupang lalu ke utara meliputi sisi selatan dan timur Pulau Sulawesi. Para ahli meyakini bahwa kawasan ini memiliki tingkat keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi,habitat penting bagi sumber daya perikanan serta memiliki peluang untuk pemanfaatan sekaligus kerentanan yang tinggi pula. Melalui penilaian peringkat yang menilai pentingnya sebuah lokasi, kawasan ini menduduki peringkat 2 dan peringkat 3 setelah Bentang Kepala Burung Papua (Papua Barat dan sebagian Papua). Kawasan SBS memiliki prioritas konservasi tinggi karena kawasan ini menjadi habitat bagi 76% spesies karang yang sudah diketahui, lebih dari 3.000 spesies ikan, dan beberapa spesies terancam punah seperti penyu, Cetacea (kelompok paus/lumba-lumba), hiu, dugong serta jenis ikan lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi,seperti ikan tuna, ikan karang, udang, napoleon (Humphead wrasse) dll.