WWF DAN LIPI MANFAATKAN DNA BARCODING RESEARCH UNTUK ANALISIS DNA BADAK
Oleh: Hijrah Nasir
Salah satu spesies kunci yang menjadi fokus kerja WWF Indonesia adalah badak sumatera dengan populasi terbesar berada di Sumatera dan sejumlah kecil populasinya berada di Sabah dan Semenanjung Malaysia. Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan badak sumatera dari kepunahan. Salah satunya adalah bekerja di Taman Nasional Bukit Barisan yang selama ini menjadi areal konservasi penting bagi badak sumatera. Upaya yang telah dilakukan oleh WWF Indonesia adalah survey dan monitoring camera trap, SMART Patrol, analisis DNA melalui fecal badak, serta pelatihan investigasi perburuan satwa liar.
Fakta yang cukup mengkhawatirkan adalah dari 104 kamera trap yang dipasang di dalam kawasan TN BBS sejak 2012 hingga 2016, hanya ada 2 ekor individu badak sumatera yang tertangkap kamera. Bukti ini menguatkan dugaan bahwa populasi badak sumatera di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan berada di ambang kepunahan.
Untuk itu, WWF Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Yayasan Badak Indonesia (YABI) serta Balai Taman Nasional Way Kambas melakukan pelatihan pengambilan sample air di kubangan badak. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 16 – 17 Desember 2016 di dalam areal SRS (Sumatran Rhino Sanctuary), Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Hadir dalam kegiatan ini tim monitoring Rhino Protection Unit, keeper, serta dokter hewan dari YABI dan anggota dari tim monitoring WWF Indonesia. Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah untuk menganalisis DNA badak dengan mengumpulkan dan menyatukan material yang tercecer di alam, misalnya partikel-partikel kulit yang lepas atau bagian-bagian yang lain melalui media air di dalam kubangan badak dengan menggunakan DNA barcoding research.
“Analisis DNA species dengan meta barcode adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Kondisi kubangan, gambaran lokasi pengambilan sample, bukti keberadaan satwa lain, dan beberapa informasi pendukung lain juga akan membantu proses analisis. Ke depannya kami berharap pendekatan ini dapat membantu kemajuan penelitian terkait DNA satwa termasuk satwa yang terancam punah seperti badak.” kata Mochammad Samsul Zein, peneliti dari LIPI.
Project Leader WWF BBS Lampung, Yob Charles mengatakan bahwa pemilihan lokasi pengambilan sample air kubangan badak di TN Way Kambas adalah untuk melacak keberadaan DNA badak di dalam kubangan di Sumatran Rhino Sanctuary sebagai pembanding awal jika ingin melakukan analisis serupa di tempat lain yang menjadi lokasi keberadaan badak sumatera. Selanjutnya pengambilan sample air di kubangan badak ini juga akan dilakukan di dalam kawasan TNBBS.
Berkurangnya habitat badak sebagai akibat dari perambahan hutan dan perburuan satwa serta keberadaannya yang tersebar dalam sub-sub populasi kecil menjadi ancaman serius yang menggiring badak sumatera pada kepunahan. Sehingga kolaborasi dari berbagai pihak dalam mendukung upaya konservasi, baik dalam bentuk penelitian dan upaya meminimalisir ancaman bagi habitat badak wajib dilakukan. Jangan biarkan badak sumatera hilang dari tanah Sumatera.