WOBF 2014: PRAKTIK BERKELANJUTAN, INVESTASI BISNIS JANGKA PANJANG
Oleh: Yuliniar Lutfaida dan Tim Seafood Savers
Tim Seafood Savers dan WWF-Indonesia berpartisipasi dalam World Ocean Business Forum (WOBF) 2014 — salah satu rangkaian WCRC 2014 — pada tanggal 14 Mei 2014 di Manado, Sulawesi Utara. WOBF adalah sebuah forum bisnis internasional yang bertujuan meningkatkan produksi pangan dengan tetap memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan terumbu karang dan perikanan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selaku penyelenggara mengundang para pelaku bisnis perikanan, pembuat kebijakan, LSM juga peneliti dari seluruh dunia untuk berdiskusi bersama. Pelaksanaan WOBF merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Indonesia dalam mendukung penerapan perikanan berkelanjutan oleh pelaku bisnis.
Acara dibuka sambutan dari Dirjen P2HP KKP, Saut P. Hutagalung, dan Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo H. Sarundajang. Melalui forum ini, Saut mengajak para pelaku bisnis untuk menerapkan prinsip blue economy, yaitu pemanfaatan SDA secara efisien (zero waste) dan memerhatikan lingkungan namun tetap dengan nilai ekonomi yang berlipat.
Pesan tersebut tidak berbeda dengan yang disampaikan oleh WWF dan Seafood Savers di forum tersebut. Melalui topik “The Coral Triangle and the Desire for a Sustainable fisheries: Issues, Risks, and Solutions in Environmental Perspective”, Dr. Lida Pet Soede, Deputy Director of Global Marine Program dari WWF-International, menekankan keberlangsungan ekosistem sebagai investasi jangka panjang. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari hal tersebut. Dengan tren urbanisasi, tidak banyak orang yang tertarik mempelajari ilmu kelautan sehingga tidak ada yang memperhatikan laut kita. Kegiatan ekonomi pun tidak berwawasan lingkungan, padahal rusaknya ekosistem juga menghambat bisnis perikanan ke depannya. “Jangan menukar investasi jangka panjang hanya untuk keuntungan jangka pendek,” tegas Lida.
Margareth Meutia, Koordinator Inisiatif Seafood Savers WWF-Indonesia, menjadi pembicara dalam sesi paralel dengan tema “Sustained Fisheries and Eco-Friendly Business.” Dalam presentasinya, Margareth memaparkan bahwa Indonesia memenuhi 10% kebutuhan seafood dunia. Hanya saja persentase yang cukup tinggi tersebut belum dibarengi praktik perikanan yang berkelanjutan. Praktik merusak seperti penggunaan sianida dan bom masih jamak di Indonesia.
Nelayan masih banyak menggunakan alat tangkap yang tidak selektif sehingga menyebabkan tingginya tangkapan samping (bycatch) dan overfishing. Akibatnya stok perikanan terus menurun dan ikan semakin sulit ditangkap. Nelayan dan perusahaan pun merugi karena biaya melaut terus meningkat akibat lokasi pemancingan semakin jauh. Seringkali upaya dan biaya yang dilakukan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.
Dari sisi budidaya perikanan, intensifikasi dan ekstensifikasi tambak tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan justru akan menjadi bumerang. Tambak yang tidak sehat akibat pencemaran lingkungan membuat komoditas tambak rentan penyakit dan tidak bisa berproduksi secara maksimal.
Senada dengan pesan Dr. Lida, Margareth kembali mengingatkan peserta untuk melihat isu keberlanjutan sebagai investasi strategis. “Praktik yang berkelanjutan bukan sebatas perlindungan alam tetapi juga jaminan bagi kelangsungan bisnis perikanan. Sayangnya pelaku industri perikanan belum melihat hal ini sebagai investasi, namun sebagai biaya tambahan yang memberatkan,” ujar Margareth. Investasi untuk proses sertifikasi perlu dilihat sebagai jaminan bisnis dimasa depan.
Dirjen P2HP KKP yang hadir pada sesi tersebut turut memberikan penekanan pada poin tersebut. “Memperoleh sertifikat bukan tujuan, melainkan langkah menuju keberlanjutan perikanan. Saat ini beberapa perikanan di Indonesia sudah punya potensi untuk lolos dan memperoleh sertifikasi MSC. Keterlibatan berbagai pihak sangat penting untuk mendorongkan mereka untuk memperoleh sertifikasi untuk perikanan yang berkelanjutan,” jelas Saut.
Dalam rangkaian WCRC 2014, Tim Seafood Savers juga membuka stan di mana pelaku bisnis dan konsumen bisa mendapatkan informasi tentang praktik perikanan yang berkelanjutan. We #choose2save!