UPAYA WWF-NU SOSIALISASIKAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Jakarta (21/12)-Sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang panjang dan banyak di dunia, Indonesia termasuk yang palin rentan terhadap dampak perubahan iklim. Namun, tantangan upaya adaptasi perubahan iklim relatif kurang dipahami dibandingkan dengan upaya mitigasi. Mengingat mendesaknya hal tersebut, WWF dan Nahdlatul Ulama bergandengan.
Kemarin, sebagai salah satu upaya meningkatkan kesadartahuan publik tentang adaptasi perubahan iklim, WWF bersama Nahdlatul Ulama (NU) meluncurkan buku “Jalan Terbaik Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan Iklim: Perspektif Islam dalam Adaptasi Perubahan Iklim,” Senin (20/12), di kantor PB NU, Jakarta.
Buku setebal lebih dari 100 halaman ini disusun selama 5 bulan lamanya oleh tim ahli kedua organisasi tersebut serta melibatkan sejumlah narasumber seperti Prof Dr. Emil Salim (Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI), Ir. Rahmat Witoelar (Ketua Harian DNPI/Utusan Khusus Presiden RI Bidang Perubahan Iklim), dan beberapa cendekiawan muslim.  Buku ini berusaha mengajak pembacanya untuk mengenali dampak nyata perubahan iklim melalui  cerita kesaksian iklim masyarakat petani dan nelayan di wilayah pesisir Sulawesi Tenggara serta langkah adaptasi yang perlu dilakukan untuk menghadapi perubahan iklim tersebut.
“Fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global tidak hanya merupakan ancaman bagi kondisi lingkungan hidup saja, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, bahkan keamanan suatu negara. Dalam lingkup lokal, ancaman dan dampak perubahan iklim berpotensi menimbulkan gangguan ekonomi secara mikro. Bila saja ancaman ini terlambat diantisipasi secara nasional, maka dapat dipastikan tejradi gangguan ekonomi secara makro,” jelas Direktur Eksekutif WWF-Indonesia Efransjah.
Melalui kerjasama bersama NU, Efransjah berharap, nilai konservasi lingkungan hidup khususnya isu adaptasi perubahan iklim dapat tersosialisasikan dengan efektif. Menurutnya, NU sebagai salah satu ormas Islam besar dan berakar kuat di masyarakat memiliki potensi yang besar dalam menggalang kesadaran publik terhadap lingkungan.
Sementara, ketua Lembaga Bencana dan Penanggulangan Perubahan Iklim NU (LPBI NU) Avianto Muhtadi menyatakan buku “Perspektif Islam dalam Adaptasi Perubahan Iklim” dapat menjadi entry point bagaimana NU dapat berkontribusi dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim.
“Dengan 70 juta anggota dan 15 ribu pesantren, saya rasa NU bisa menjadi alat yang efektif untuk bersama-sama pemerintah melestarikan lingkungan hidup. NU dengan pendekatan kultural dan agamanya mampu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan,” jelas Avianto.
Inisiatif WWF-NU mendapat apresiasi Ketua DNPI Rahmat Witoelar yang turut hadir dalam acara peluncuran buku tersebut. Menurutnya, selama ini pendekatan hukum positif dinilai tidak mampu menghentikan eksploitasi alam yang tidak bertanggung jawab. Disinilah, NU sebagai ormas Islam dengan pendekatan moralnya bisa mengoptimalkan perannya dalam rangka meningkatkan penyadartahuan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim yang sudah sangat mengkhawatirkan.
Buku ini rencananya akan disebarluaskan ke seluruh jaringan NU melalui pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia dan 15 cabang istimewanya di luar negeri.
 
       
 
 
