TUMPAHAN MINYAK AUSTRALIA MENGANCAM INDONESIA DAN CORAL TRIANGLE
Untuk disiarkan segera 14 Oktober 2009
Bahan berbahaya yang berasal dari tumpahan minyak perusahaan Australia kini telah mencapai perairan Indonesia dan dapat berdampak pada beberapa spesies laut yang bermigrasi di kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), termasuk paus, lumba-lumba, tuna, dan juga penyu yang diketahui melewati kawasan terdampak tersebut.
Tumpahan minyak dari ladang minyak Montara di Laut Timor telah menyebarkan sekitar 400 barrel minyak mentah setiap harinya, di mana diperkirakan ratusan hingga ribuan individu ular laut, penyu dan burung laut berada di area terdampak tersebut.
Yang mengkhawatirkan, daerah tumpahan tersebut dekat dengan kawasan lindung laut terbesar di Indonesia, yaitu Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Sawu.
“Kami mengharapkan Pemerintah Indonesia segera berkoordinasi dengan Pemerintah Australia untuk mengatasi masalah ini. Montara perlu mengambil tindakan penanganan segera untuk mengatasi kebocoran ini karena sangat merugikan masyarakat dan lingkungan,” kata Direktur Program Kelautan WWF-Indonesia Wawan Ridwan.
“Kerusakan yang mungkin ditimbulkan terhadap sumber daya laut Indonesia sangat tinggi harganya, mengingat hal itu bisa berdampak terhadap keanekaragaman hayati, kehidupan masyarakat pesisir, dan investasi kita di sektor perikanan serta wisata,” ujarnya.
Pihak yang paling terancam dalam waktu dekat adalah sedikitnya 7000 nelayan di pesisir selatan Nusa Tenggara Timur, dan komoditi perikanan sebesar 130.000 ton/tahun, yang terdiri dari berbagai macam komoditi perikanan dan rumput laut hasil budidaya.
“Lebih jauh lagi adalah kerugian atas investasi Indonesia dalam bentuk kawasan lindung, karena biaya rehabilitasi bila kebocoran mencapai kawasan terumbu karang di KKPN Laut Sawu akan sangat besar,” lanjut Ridwan.
Hampir dua bulan setelah kebocoran terjadi, kepala sumur pengeboran minyak tetap belum tertutup setelah upaya menyumbatnya minggu ini mengalami kegagalan. Bahan berbahaya terus menyebar, dengan sedikitnya kawasan seluas sedikitnya 6.000 km2 telah terkena.
Segitiga Terumbu Karang (The Coral Triangle), yang meliputi lautan seluas 6 juta km2 mencakup kawasan perairan Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste, adalah rumah bagi enam dari tujuh jenis penyu, yang selama ini diketahui bermigrasi dari kawasan ini ke Australia.
WWF-Australia dan sebuah tim ahli ekologi kelautan independen telah mengadakan survey hidupan liar di kawasan Laut Timor yang terdampak kebocoran ladang minyak Montara tersebut.
Gilly Llewellyn, Direktur Konservasi WWF-Australia, memimpin tim peneliti mengkaji jumlah dan keadaan hidupan liar yang ditemukan di kawasan terdampak tersebut.
“Hampir dua bulan setelah kebocoran itu dimulai, minyak terus menyebar ke samudra,” kata Llewellyn.
“Karena tumpahan ini tidak terjadi di hadapan kita, bukan berarti kita bisa mengabaikannya. Kita harus melawan mitos bahwa tumpahan minyak hanya akan berdampak pada hidupan liar laut ketika itu mencapai pantai,” tegasnya.
“Lebih penting lagi, karena lebih banyak infrastruktur minyak dan gas yang terus tumbuh di kawasan ini, kita harus memastikan bahwa ancaman nyata kebocoran lainnya harus diperhitungkan,”
-----------------
Catatan untuk redaksi:
§ Coral Triangle adalah kawasan dengan keanekaragaman biota laut tertinggi di planet bumi, yang sama pentingnya seperti hutan hujan Amazon dan cekungan Congo bagi kehidupan di Bumi. Coral Triangle mencakup perairan dengan lebih dari 500 spesies karang pembentuk terumbu, mencapai luas 6 juta kilometer persegi, membentang di enam negara di Indo-Pasifik – Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor-Leste.
§ Coral Triangle menjadi rumah bagi 3000 spesies ikan karang dan ikan bernilai komersil seperti tuna, juga paus, lumba-lumba, pari, hiu dan 6 dari 7 spesies penyu laut yang kita kenal.
§ Coral Triangle menyokong kehidupan lebih dari 120 juta orang dan merupakan lokasi penting pemijahan dan pembesaran tuna, sementara terumbu karang dan ekosistem pesisir yang sehat memungkinkan pertumbuhan sektor pariwisata. WWF bekerjasama dengan LSM lain, pemerintah dan lembaga multilateral di seluruh dunia untuk mendukung upaya-upaya konservasi dalam kawasan Coral Triangle untuk keuntungan bersama.
§ Informasi lebih lanjut mengenai Coral Triangle, kunjungi: www.panda.org/coraltriangle
Untuk informasi lebih lanjut:
Paolo P. Mangahas, WWF Coral Triangle Programme Communications Manager (Kuala Lumpur), Tel: +60 3 7803 3772 Mobile: +6 013 673 0413 Email: pmangahas@ywwf.org.my
Jonathan Larkin, WWF-Australia Communications Officer (Sydney), Tel: 02 8202 1216, 0410 221 410 Email: jlarkin@wwf.org.au