TREN UKURAN DEWASA IKAN TUNA SIRIP KUNING DI PASIFIK DAN HINDIA
Oleh: Muhammad Yusuf
Ukuran panjang untuk pertama kali matang gonad pada ikan atau First maturity length, merupakan salah satu acuan utama dalam menentukan ukuran ikan yang layak tangkap. Meskipun di Indonesia belum ada peraturan dari pemerintah mengenai ukuran ikan yang boleh ditangkap atau ukuran boleh tangkap (UBT) untuk setiap jenis ikan, tetapi informasi UBT seharusnya sudah dapat disosialisasikan berdasarkan data hasil penelitian. Informasi UBT harus selalu dimutakhirkan karena ukuran ikan berubah sesuai kondisi lingkungannya. Salah satu kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan ukuran matang gonad ikan untuk acuan UBT adalah tekanan akibat penangkapan yang berlebih (over fishing). Karena populasi yang semakin berkurang oleh mortalitas penangkapan, maka secara alami ada tuntutan melanjutkan generasi, sehingga suatu jenis ikan akan dewasa lebih cepat secara alami dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran induk sebelumnya.
Salah satu jenis ikan ekonomis penting yang telah diteliti pada beberapa lokasi di bagian tuna sirip kuning Pasifik dan Hindia adalah tuna sirip kuning. Meskipun belum ada data yang memadai mengenai ukuran pertama kali matang gonad ikan tuna sirip kuning di Indonesia, tetapi beberapa hasil penelitian tersebut dapat mewakili kondisi di Indonesia karena posisi geografis yang di antara tuna sirip kuning Pasifik dan Hindia. Data ini dapat memberikan gambaran dan informasi awal mengenai UBT ikan tuna sirip kuning di Indonesia. Data hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya penurunan ukuran dewasa yang matang gonad dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah data First maturity length (Lm) berdasarkan ukuran panjang cagak atau fork length (FL) dari hasil beberapa penelitian biologi reproduksi ikan tuna sirip kuning yang tertangkap di tuna sirip kuning Pasifik dan Hindia, beserta peneliti dan waktu penelitiannya.
Tahun |
FL (cm) |
Peneliti |
Lokasi |
1989 |
140.00 |
Shung (1973) dan Stequer and Marsac |
Indian Ocean |
1991 |
120.00 |
Hassani and Stequert |
Indian Ocean |
1991 |
115.00 |
McPherson |
Western Pacific Ocean |
1991 |
108.00 |
Bashmaker |
Westen Indian Ocean |
1995 |
105.00 |
Itano |
Western Tropical Pacific Ocean |
1998 |
92.00 |
Schaefer |
Eastern Pascific Ocean |
1999 |
134.50 |
Froese |
Indian Ocean |
2000 |
134.50 |
Itano |
western tropical Pacific |
2000 |
104.00 |
Romena |
Indian Ocean |
2002 |
116.31 |
Chi-lu Sun, Wei-Ren Wang and Suzan Yeh |
Western Pacific |
2002 |
95.00 |
Prathibha rohit and K. Rammohan |
Andhara Coast, Indian Ocean |
2003 |
110.00 |
Nootmorn, Yakoh and Kawises |
Eastern Indian Ocean |
2003 |
104.95 |
IOTC |
Indian Ocean |
2005 |
120.20 |
Fonteneau |
Indian Ocean |
2005 |
100.00 |
Zhu Guoping dan Xu Liuxiong |
West-central Indian ocean |
2008 |
100.00 |
Zhu et al dan SPC |
Indian Ocean |
2009 |
100.00 |
IOTC |
Indian Ocean |
2010 |
77.80 |
IOTC |
Western and central Indian Ocean |
Jumlah sampel tuna sirip kuning yang diteliti bervariasi yaitu 495 sampai 3.535 ekor, dengan lama penelitian juga bervariasi yaitu beberapa bulan pada musim puncak penangkapan sampai 3 tahun. Metode pengukurannya adalah mengamati tingkat kematangan gonad (TKG) ikan sampel dan beberapa pengukuran karakter biologis lainnya. Umumnya penelitian ini dilakukan disepanjang ekuator atau samudra Pasifik dan Hindia yang beriklim tropis, kondisinya kurang lebih sama dengan perairan laut Indonesia. Dan kemungkinan besar ikan tuna sirip kuning yang diteliti tersebut adalah tuna yang akan dan telah bermigrasi melewati perairan Indonesia, yaitu dari Pasifik pada bagian timur dan utara Indonesia menuju Hindia bagian selatan dan barat Indonesia.
Data yang dikumpulkan tersebut merupakan hasil penelitian dilaksanakan mulai tahun 1989 – 2010. Jadi ada tren data selama 21 tahun. Jika data ukuran Lm tersebut diregresikan secara sederhana dengan hanya mengambil ukuran Lm terbesar pada tahun yang sama, maka tren ukuran Lm dapat dilihat pada gambar grafik berikut:
Penurunan ukuran Lm dapat dilihat pada grafik trendline di atas dan nilai regresi yang positif (0,3556) yang menunjukkan hubungan linier penurunan Lm dari tahun ke tahun. Penurunan ukuran induk ikan tuna sirip kuning dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya jumlah makanan yang tidak mencukupi, sifat genetik yang berubah, penyakit dan tekanan eksploitasi yang menurunkan jumlah populasi sehingga harus memijah lebih cepat. Sumber tulisan ini belum mengkaji faktor-faktor ini, tetapi asumsi yang paling memungkinkan terjadi adalah penurunan ukuran ini disebabkan oleh tekanan eksploitasi ikan tuna secara besar-besaran yang terjadi selama dua dekade terakhir. Penangkapan tuna semakin massif di seluruh bagian lautan di seluruh dunia, mulai dari daerah perairan laut dekat pesisir oleh nelayan kecil sampai bagian samudera yang luas dan terjauh oleh kapal-kapal tuna longline besar. Penangkapan ikan tuna dilakukan hampir setiap hari sepanjang tahun, dimana sebagian besar belum dibatasi ukuran, jumlah dan lokasinya. Berdasarkan hal ini, pengaturan penangkapan ikan tuna oleh pemerintah semakin dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan stok dan kesinambungan mata pencaharian nelayan, khususnya di Indonesia.
Kontak: Muhammad Yusuf, Koordinator Sains dan Pelatihan Perikanan, WWF-Indonesia – myusuf@wwf.or.id
Beberapa sumber tulisan:
David G. Itano, 1995. Reproductive Biology of Yellowfin Tuna {Thunnus albacares), in Hawaiian Waters and the Western Tropical Pacific Ocean. Working paper for the 5 th Meeting of the Western Pacific Yellowfin Tuna Research Group, Noumea, New Caledonia, August 21-23, 1995. University of Hawaii Pelagic Fisheries Research Program - Project # 2060.
Iker Zudaire, H. Murua, M. Grande, M. Korta, H. Arrizabalaga, J. Areso, A. Delgado Molina. 2010. Reproductive biology of yellowfin tuna (Thunnus albacares) in the Western and Central Indian Ocean. IOTC-2010- WPTT-48.
Prathibha Rohit and K. Rammohan, 2009. Fishery and Biological Aspects of Yellowfin Tuna Thunnus albacares along Andhra Coast, India. Visakhapatnam Regional Centre of Central Marine Fisheries Research Institute, Visakhapatnam - 530 003, India. Asian Fisheries Science 22 (2009): 235-244
Praulai Nootmorn, Anchalee Yakoh and Kannokwan Kawises, 2005. Reproductive Biology Of Yellowfin Tuna In The Eastern Indian Ocean. Andaman Sea Fisheries Research and Development Center 77 Tumbon Vichit, Maung District, Phuket 83000, Thailand. IOTC-2005-WPTT-14.
Zhu Guoping and XuLiuxiong, 2005. Reproductive Biology of Yeilowfin Tuna T. albacares in the West-Central Indian Ocean. College of Marine Science and Technology, Shanghai Ocean University, Shanghai 200090, P. R. China.