SUPPORTER CALLS: MARI BERTINDAK UNTUK MASALAH SAMPAH DI PALOH
By: Ciptanti Putri
Pesisir Paloh yang terletak di sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat, memiliki pantai berpasir yang membentang seluas lebih dari 100 km. Sepanjang 63 km (sekitar 79%) dari total garis pantainya merupakan habitat peneluran bagi Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). Fakta tersebut menjadikan Paloh sebagai wilayah peneluran penyu terpanjang di Indonesia. Tak kurang dari 2.000 sarang Penyu Hijau (lebih dari 500 betina) per tahun dapat dijumpai di pantai-pantai Paloh; merupakan jumlah populasi Penyu Hijau di Paloh terbesar kedua dalam rantai habitat yang terbentang dari Peninsula, Malaysia, sampai Lautan Sulu, Sulawesi. Dengan keunikan tersebut, pesisir Paloh berpotensi menjalankan ekowisata berbasis penyu serta aktivitas pesisir lainnya.
Di kisaran Oktober hingga Januari setiap tahun, angin utara berembus di wilayah tersebut. Penduduk lokal menyebutnya Musim Landas. Pada musim ini, ombak besar serta angin kencang akan berhadapan langsung dengan pantai peneluran. Akibatnya, pantai-pantai yang semula bersih akan penuh dengan tumpukan sampah organik dan non-organik, ‘kiriman’ dari negara-negara di Asia, termasuk dari berbagai pulau di Indonesia. Sampah yang terdampar dan menumpuk di pantai peneluran penyu Paloh sebagian besar berbentuk botol minum kemasan berbahan plastik.
Sampah-sampah ini sangat mengganggu aktivitas penyu-penyu yang hendak bertelur. Selain menghambat pergerakan penyu serta menutupi area peneluran, sampah yang menumpuk menyebabkan penyu sebagai spesies yang sensitif sering kali urung naik ke pantai dan bertelur.
Tim Monitoring Penyu WWF-Indonesia di Paloh berusaha membersihkan pantai dari sampah non-organik agar aktivitas peneluran tidak terganggu. Namun, sampah yang dikumpulkan dalam tong berukuran besar tersebut pada akhirnya tidak termanfaatkan dengan baik sehingga menimbulkan permasalahan baru.
Pada awal 2014 lalu, tim menemukan solusi atas permasalahan sampah botol plastik ini; dengan pengadaan mesin penghancur plastik. Dibantu oleh mesin ini, plastik-plastik tersebut akan dicacah halus. Kemudian, plastik yang sudah tercacah disalurkan ke perusahaan daur ulang plastik untuk diolah menjadi beragam produk yang bermanfaat.
Guna mendukung kerja konservasi yang dijalankan oleh tim Monitoring Penyu WWF-Indonesia di Paloh, tim Teledonation WWF-Indonesia mengaktivasi program “Emergency for Paloh”. Dalam program ini para supporter aktif WWF-Indonesia dan calon-calon donatur lainnya akan dihubungi via telepon untuk pengadaan dua (2) mesin penghancur plastik yang akan ditempatkan di Paloh. Program penggalangan dana ini dijalankan sepanjang Mei 2014. Diharapkan dua mesin penghancur plastik tersebut dapat segera dibeli dan dimanfaatkan di Paloh pada akhir 2014.
Jika Anda berminat untuk membantu program pengadaan mesin tersebut, silakan mengirimkan surel berisikan data pribadi, seperti nama lengkap, usia, nomor keanggotaan supporter WWF-Indonesia (jika ada), serta nomor telepon yang dapat dihubungi ke donation@wwf.or.id (mohon menuliskan “Emergency for Paloh” sebagai judul surel Anda).
IUCN (International Union for Conservation of Nature) menyatakan Penyu Laut masuk dalam Red List of Threatened Species (Daftar Merah Spesies yang Terancam). Sebagai spesies yang daur hidupnya secara alamiah sudah rentan, kelangsungan populasi Penyu Laut makin terancam dengan dampak dari meningkatnya aktivitas manusia.