SOSIALISASI PROGRAM PERIKANAN BUDIDAYA DI BBRPBL GONDOL, BALI
Oleh : Made Octiya Arimardewi*
Perbaikan perikanan budidaya menuju perikanan budidaya bertanggung jawab terus ditingkatkan, sebagai salah satu langkah peningkatan tersebut, WWF-Indonesia melakukan pertemuan dan sosialisasi dengan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) di Gondol-Bali 5 September kemarin. Pertemuan ini menjadi momentum untuk menjalin komunikasi, koordinasi dan sikronisasi program kerja perikanan budidaya WWF-Indonesia dengan BBRPBL yang dipandang sebagai mitra kerja startegis dalam melakukan perbaikan dan pengembangan perikanan budidaya. Pertemuan yang dihadiri oleh 29 peneliti ini, diawali dengan sambutan oleh Kepala BBRPBL Gondol-Bali, Ir. Bambang Susanto, M.Si. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi mengenai program kerja perikanan budidaya WWF-Indonesia oleh Candhika Yusuf selaku koordinator program perikanan budidaya WWF-Indonesia, yang turut didampingi oleh Tim Perikanan WWF-Indonesia, yaitu Nur Ahyani (Aquaculture Officer), M. Yusuf (Fisheries Science and Training Coordinator), dan Made Octiya Arimardewi (Mahasiswa Perikanan Universitas Undayana). Pertemuan ini ditutup dengan sesi diskusi yang di moderator oleh Kepala Seksi Pelayanan Teknis BBRPBL, John Hutapea. Pihak BBRPBL Gondol-Bali menyambut baik inisiatif ini dan bersedia untuk memberikan bantuan teknis kepada WWF-Indonesia sesuai dengan Tupoksi dan kapasitasnya.
Setelah pertemuan ini, dilakukan juga field trip atau kunjungan lapangan untuk melihat langsung proses budidaya abalone (Haliotis squamata) sebagai salah satu bahan pengayaan dalam menyusun BMP (Better Management Practice) Budidaya Abalone. “Makro alga seperti Gracilaria sp. dan Ulva sp. menjadi makanan utama Abalone dari benih hingga dewasa”, ungkap Ibnu Rusdi peneliti Abalone BBRPBL-Gondol. Ibnu Rusdi juga menambahkan bahwa “Haliotis squamata sendiri merupakan abalon species asli Indonesia yang didapat dari perairan sekitar Bali dan Jawa Timur. Teknologi pembenihan dan pembesaran untuk abalone jenis ini sudah berhasil dilakukan oleh pihak balai“. Proses siklus budidaya Abalone mulai pembenihan serta pembesaran sampai ukuran konsumsi sekitar 50 Gram per ekor, sudah bisa dilakukan di BBRPBL-Gondol. Menurut Pak Ibnu Rusdi, budidaya Abalone sudah bisa dilakukan secara komersial di Indonesia, karena ketersediaan benihnya sudah siap dan teknologi pembesarannya juga cukup mudah diaplikasikan.
Selain budidaya abalone, pihak BBRPBL juga memperlihatkan penelitian budidaya ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), kerapu bebek (Chromileptes altivelis), dan ikan bandeng (Chanos chanos). Berbagai tenaga ahli dan fasilitas budidaya yang dimiliki oleh BBRPBL-Gondol mulai dari pembenihan hingga pembesaran diharapkan dapat menjadi tempat yang ideal untuk melihat proses budidaya atau pengaplikasian teknologi baru dalam kaitannya dengan program-program kerja dari WWF-Indonesia yang ikut berperan aktif dalam meningkatkan upaya menuju perikanan budidaya bertanggung jawab.
*) Penulis adalah Voluntir WWF-Indonesia dari Universitas Udayana.
Kontak Person: Nur Ahyani, email: nurahyani@wwf.or.id