Solusi Pembiayaan Komersial Dapat Percepat Dekarbonisasi Industri Ringan
Jakarta, 30 Juni – WWF-Indonesia merilis studi yang dibuat bersama Climate Bonds Initiative (CBI) bertajuk “Pembiayaan Dekarbonisasi dalam Rantai Pasok Industri Komersial dan Ringan” guna memberikan solusi bagi lembaga jasa keuangan dalam memberikan pembiayaan bagi pelaku sektor industri ringan skala menengah, atau segmen debitur komersial, dalam mencapai target dekarbonisasi mereka. Seiring dengan peningkatan komitmen net zero, anchor buyers (pembeli utama), investor, serta lembaga pembiayaan, para pelaku usaha semakin dituntut untuk melakukan langkah-langkah pengurangan emisi dan penerapan praktik usaha berkelanjutan.
Sektor industri ringan, seperti tekstil, alas kaki, makan-minum, dan perhotelan, menghasilkan emisi 1,025 juta gigaton CO2e (estimasi global 2019), atau sekitar 8% emisi GRK dunia–melampaui emisi gabungan sektor penerbangan dan pelayaran. Di Indonesia, industri ringan menyerap sekitar 4,5 juta tenaga kerja, menjadikan sektor ini perlu mendapat perhatian para pemangku kebijakan dalam rangka mempertahankan daya saing.
Melihat peranan penting segmen komersial ini, WWF melakukan studi mendalam terhadap 43 pemangku kepentingan di Indonesia dan Vietnam, meliputi supplier tekstil dan alas kaki, industri perhotelan, perusahaan penyedia jasa energi (Energy Services Company/ESCO), perbankan, lembaga pembiayaan pembangunan (Development Finance Institutions/DFI), serta asosiasi seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI).
Berdasarkan studi, korporasi yang terikat dengan target penurunan emisi GRK dari anchor buyers umumnya terdiri dari perusahaan beromzet USD 10–30 juta per tahun (skala menengah) dan perusahaan dengan omzet melebihi USD 100 juta (skala besar).
“Para supplier tersebut berkontribusi 70–90% emisi gas rumah kaca para buyer, akan tetapi segmen usaha menengah atau yang sering disebut sebagai segmen debitur komersial mengalami tantangan kapabilitas dan akses keuangan. Studi ini hadir untuk memberikan opsi-opsi solusi yang dapat dikembangkan oleh sektor jasa keuangan,” sebut, Irfan Bakhtiar, Direktur Iklim dan Transformasi Pasar, WWF-Indonesia.
Perusahaan penyedia jasa energi (ESCO) mempunyai fungsi penting untuk membantu perusahaan di segmen ini bertransisi, setidaknya dapat mengatasi dua permasalahan utama yakni kemampuan untuk menentukan prioritas dekarbonisasi dan mengubah beban capex menjadi opex melalui fasilitas leasing.
“ESCO dapat memberikan sebagian solusi, akan tetapi mayoritas ESCO di tingkat domestik masih relatif baru, dengan rekam jejak dan kemampuan keuangan yang masih terbatas. ESCO domestik juga membutuhkan pendanaan, namun perbankan nasional belum banyak memiliki fasilitas hijau untuk segmen ini,“ ujar Rizkia Sari Yudawinata, Advisor Keuangan Berkelanjutan, WWF-Indonesia sekaligus salah satu penulis studi.
“Studi ini juga menyoroti pentingnya inovasi untuk menjembatani persyaratan pembiayaan seperti audit energi yang memberatkan dan kolateral yang tinggi. Oleh karena itu, studi ini mengungkap beberapa opsi pengembangan untuk mempermudah transisi, misalnya seperti penyederhanaan standarisasi pemenuhan persyaratan dekarbonisasi untuk mengatasi beban biaya audit energi yang mahal,” tambah Rizkia.
Skema jaminan kredit, seperti Green Climate Fund yang dikembangkan bersama Korea Development Bank, juga bisa dipertimbangkan untuk diadopsi dengan lebih luas sebagai solusi mengatasi keterbatasan kolateral yang dimiliki perusahaan skala menengah. Mengingat solusi teknologi dekarbonisasi di segmen ini tidak sekompleks industri berat seperti baja, semen, ataupun pupuk, maka inovasi di aspek kolateral berpotensi mendorong penguatan fasilitas pembiayaan hijau bagi industri ringan di Indonesia.
Harapannya, perbankan nasional bisa mengoptimalisasi ceruk potensi pembiayaan hijau yang secara global mencapai USD 600 miliar, dengan kebutuhan mobilisasi dana lembaga keuangan hingga USD 44 miliar per tahun hingga 2030.
Studi “Pembiayaan Dekarbonisasi dalam Rantai Pasok Industri Komersial dan Ringan” didukung oleh Climate Solutions Partnership (CSP), sebuah kolaborasi filantropi antara WWF, HSBC, dan WRI pada 2020–2025, dalam rangka mempercepat adopsi dan meningkatkan skala solusi iklim. Sebagai bagian dari inisiatif ini, program Transisi Energi CSP mendukung peralihan menuju energi terbarukan di Asia dengan menggabungkan sumber daya, pengetahuan, dan wawasan yang kami miliki. (ism)
