SI PINTAR LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL
Oleh Amkieltiela
Lumba-lumba dikenal sebagai hewan laut yang paling pintar dan memiliki sifat penolong. Siapa yang tidak senang hatinya ketika berkesempatan melihat lumba-lumba di alam? Tidak jarang orang lupa menggunakan kameranya karena terpesona akan indahnya. Mamalia ini biasanya hidup berkelompok dengan jumlah dua hingga beberapa ratus individu tergantung dari jenisnya. Hewan yang termasuk dalam ordo Cetacea ini dapat hidup hingga 40-50 tahun dengan berat mencapai 635 kg. Berbeda dengan ikan, anak lumba-lumba lahir 3-6 tahun sekali dengan periode kehamilan 12 bulan dan periode menyusui 18-20 bulan. Seekor lumba-lumba Hidung Botol dapat dikatakan dewasa ketika berumur 5-13 tahun untuk betina sedangkan jantan 9-14 tahun.Mereka menggunakan suara dengan frekuensi tinggi untuk menangkap mangsanya yaitu invertebrata bentik (organisme tidak bertulang belakang yang hidup di dasar perairan), ikan, dan cumi-cumi.
Taksonomi :
- Kingdom : Animalia
- Filum : Chordata
- Kelas : Mammalia
- Ordo : Cetacea
- Famili : Delphinidae
- Genus : Tursiops
- Species : truncatus
Lumba-lumba Hidung Botol mengembangkan berbagai metode untuk menangkap mangsanya selain penggunaan suara berfrekuensi tinggi, salah satunya adalah dengan menggunakan sponge yang diperkirakan berkembang pada abad ke-19. Spons (Sponge)ini diletakkan pada rostrum (moncong) agar terlindung dari bebatuan, cangkang, atau benda lain yang dapat melukai moncongnya. Begitu mangsa terlihat, maka sponge akan dilepaskan agar dapat menangkap mangsa. Namun tidak semua individu mengaplikasikan teknik ini. Hasil penelitian tim peneliti Univeristas Zurich menemukan bahwa lumba-lumba Hidung Botol yang memanfaatkan sponge sebagai alat untuk memburu makanan, selanjutnya disebut spongers, memiliki jenis pakan yang berbeda dengan yang tidak memanfaatkan spons, yang selanjutnya disebut non-sponger,meskipun hidup dalam satu habitat. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa sponger umumnya memburu mangsa yang hidup didasar laut.
Mann et.al (2008) membuktikan bahwa sponger dan non-sponger tidak berkompetisi dalam mencari makan karena memiliki target dan kebiasaan yang berbeda. Sponger umumnya hidup soliter, menghabiskan waktu lebih lama di dasar laut, menyelam dengan waktu yang lebih lama, dan menghabiskan waktunya lebih lama untuk mencari makan dibandingkan dengan non-sponger. Kemampuan ini tidak memengaruhi tingkat kesuksesan dalam bereproduksi, namun masih belum diketahui apakah penggunaan sponge memengaruhi tingkat kesuksesan menangkap mangsa. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk membuktikan hal ini.
Untuk dapat mengadakan penelitian lanjutan, maka mamalia laut yang masuk dalam appendix II CITES ini harus dilindungi. Ancaman utama bagi spesies ini adalah penangkapan yang tidak disengaja (bycatch), terdampar (stranded) dan perusakan habitat oleh aktifitas manusia. WWF-Indonesia melakukan upaya konservasi cetacea bekerjasama dengan masyarakat setempat, pemerintah lokal dan regional untuk mendukung pembentukan kawasan perlindungan laut, pembangunan perekonomian yang berkelanjutan, menghentikan tangkapan sampingan oleh nelayan, melakukan pendataan lumba-lumba melalui pengamatan insidental dan juga bycatch, dan meningkatkan mekanisme pengelolan sumberdaya pesisir dan laut secara keseluruhan. WWF-Indonesia juga sudah menyusun panduan penangangan Mamalia Laut Terdampar di Indonesia, serta didukung dengan adanya laporan dari WWF yang berjudul “Reducing Impacts of Noise from Human Acticites on Cetaceans: Knowledge Gap Analysis dan Recommendations”.
Referensi :
Bardo, M., 2012. Dolphin 'sponging' Spans Centuries.
Garber, M., 2014. The Dolphins Are Using Sea Sponges as Tools.
Mann, J. et al., 2008. Why Do Dolphins Carry Sponges. PLoS ONE, Volume 3, pp. 1-7.NOAA, 2014. NOAA.