SEMINAR KONSERVASI ORANGUTAN (PONGO PYGMAEUS PYGMAEUS) – DISEMINASI HASIL SURVEI DI TN BETUNG KERIHUN DAN TN DANAU SENTARUM DAN KAWASAN DI SEKITARNYA
Untuk disiarkan segera 02 Desember 2009
Putussibau, Kalimantan Barat (02/12) - Ada empat spesies kera besar (great ape) di dunia: gorila, simpanse, bonobo dan orangutan. Orangutan hidup di Asia dan sisanya di Afrika. Secara umum orangutan di Indonesia tersebar di Pulau Borneo dan Sumatera, dengan spesies yang berbeda yaitu Pongo pygmaeus di Borneo dan Pongo abelii di Sumatera. Di Borneo, di negara Indonesia, orangutan tersebar di tiga provinsi di Pulau Kalimantan, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Sedangkan di sebelah Malaysia, orangutan ditemukan di negara bagian Sabah dan Sarawak. Orangutan di Borneo terbagi menjadi 3 sub- jenis, yaitu: Pongo pygmaeus pygmaeus, Pongo pygmaeus wurmbii, dan Pongo pygmaeus morio. Total populasi orangutan di Borneo saat ini sekitar 55.000 individu. Dari 3 sub-jenis orangutan yang ada di Borneo, 2 sub-jenis ditemukan hidup di Kalimantan Barat, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus wurmbii.
Untuk mengetahui sebaran populasi dan status konservasi P. p. pygmaeus, WWF-Indonesia telah bekerjasama dengan Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) untuk melakukan survei sebaran habitat dan populasinya di sekitar TNBK pada tahun 2005. Survei yang dilakukan sepanjang tahun 2005 telah mendapatkan sejumlah 1.030 individu (550-1.830) masih bertahan hidup di dalam kawasan TNBK sampai hari ini. Menurut Kepala Balai Besar TNBK, Ir. Ludvie Ahmad, diperkirakan terdapat sekitar 700 individu orangutan hidup terkonsentrasi di wilayah barat Taman Nasional, yaitu di Sub-DAS Embaloh.
Sedangkan untuk mengetahui sebaran habitat dan populasi orangutan di Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS), WWF-Indonesia bekerjasama dengan Balai TNDS serta perwakilan masyarakat dari empat desa (Melemba, Sungai Ajung, Mensiau, dan Labian) melakukan survei periode I pada tanggal 2 - 21 Maret 2009 di hutan sepanjang Sungai Labian-Leboyan. Pada Periode II pada 21 Juni - 25 Juli 2009, bekerjasama dengan Perkumpulan Kaban dilakukan survei di seluruh wilayah hutan yang ada di sekitar TNDS, baik di hutan lindung maupun konsesi perkebunan kelapa sawit, termasuk di hutan yang terletak di kawasan yang diusulkan menjadi koridor satwa. Survei-survei ini juga bertujuan untuk melakukan identifikasi populasi-populasi orangutan di TNBK dan TNDS yang memiliki potensi untuk dihubungkan melalui koridor satwa yang diusulkan.
Menurut Kepala Balai TNDS, Ir. H. M. Soewignyo, populasi orangutan yang terdapat di wilayah koridor satwa diperkirakan berjumlah 581 individu. Berdasarkan hasil analisis data, temuan sarang yang dijumpai di semua lokasi berjumlah 1.098 sarang. Perkiraan populasi orangutan di semua lokasi survei yang memiliki luasan hutan 131.509 ha berkisar antara 771 - 1.006 individu. Lebih dari separuh jumlah populasinya terdapat di bagian timur Taman Nasional atau wilayah koridor yang menghubungkan TNBK dan TNDS.
Proses pembangunan yang telah berlangsung lama di wilayah antara TNBK dan TNDS, termasuk untuk HPH, kawasan budidaya dan pemukiman telah menyebabkan terpisahnya populasi orangutan di kedua taman nasional tersebut. Ditambahkan juga oleh M. Hermayani Putera (Manajer Program Kalimantan Barat, WWF-Indonesia) bahwa populasi yang terpisah dikhawatirkan mengancam keberlangsungan hidup populasi orangutan dalam jangka panjang. ""Oleh karena itu, perlu dikembangkan koridor satwa yang menghubungkan TNBK-TNDS yang berbasiskan pada tata guna lahan yang ada pada kawasan di antara dua taman nasional itu. Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) pada bulan Mei 2009 di Bogor yang melibatkan ahli orangutan dari Perhimpunan Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia (PERHAPPI), ahli pakan orangutan dari LIPI dan Kalimantan Timur, Conservation Spatial Planning Working Group (CSP-WG) WWF-Indonesia dan akademisi dari ITB direkomendasikan bahwa koridor satwa yang dikembangkan sebaiknya dilakukan pada kawasan di antara dua sungai, yaitu Sungai Labian-Leboyan (TNDS) dan Sungai Embaloh (TNBK) untuk mendukung keberlangsungan hidup populasi orangutan tersebut,"" tegas M. Hermayani Putera.
Seminar akan menghadirkan 70 peserta mewakili seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan konservasi orangutan di TNDS dan TNBK, yang terdiri dari kalangan pemerintah kabupaten Kapuas Hulu, akademisi, LSM, industri kehutanan dan perkebunan, masyarakat lokal, dan lembaga donor.
Dengan demikian, seminar konservasi orangutan P. p. pygmaeus guna membahas hasil beberapa survei yang melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan, perlu dilakukan untuk mencari jalan keluar yang disepakati bersama untuk mendukung konservasi orangutan jangka panjang di TNBK dan TNDS, termasuk di kawasan koridor yang diusulkan.
Untuk informasi lebih lanjut:
Irwan Lovadi - HP: 081398204018
Kantor Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun
Jl. Piere Tendean (Komplek KODIM) Putussibau; Telepon/Fax: (0567) 21935
email: irlova@yahoo.com
Budi Suriansyah - HP: 08125701074
Kantor Balai Taman Nasional Danau Sentarum
Jl. YC. Oevang Oeray No. 43 Sintang; Telepon/Fax: (0565) 22242
email:busur.65@gmail.com
Albertus Tjiu - HP:08125624019
Koordinator Program Spesies, WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat
Kantor Putussibau - Jl. Kom. Yos Sudarso No. 97; Telepon: (0567) 22258
email:albertus_1972@yahoo.com atau albertus@wwf.or.id