PENANDATANGANAN MOU ANTARA WWF-INDONESIA DAN THE BORNEO INITIATIVE
Jakarta (11/08) –WWF-Indonesia dan The Borneo Initiative (TBI) meresmikan komitmen mereka dalam menyelamatkan salah satu hutan yang paling bernilai di dunia, yaitu Kalimantan. Penandatangan Nota Kesepahaman atau MoU hari ini secara resmi telah menandai kesepakatan mereka dalam mengeliminasi llegal logging (pembalakan liar) dan mencapai manajemen hutan lestari di Kalimantan melalui sertifikasi hutan.
Baik WWF-Indonesia dan TBI percaya bahwa hutan yang terkonservasi dengan baik merupakan perpaduan antara manajemen lestari, kemajuan sosial dan ekonomi tinggi, serta terjaganya daerah-daerah bernilai konservasi tinggi. Oleh karena itu, keterlibatan semua stakeholders (parapihak) seperti pemerintah, sektor swasta, unit manajemen hutan, masyarakat lokal dan LSM adalah kunci sukses terhadap kontribusi untuk manajemen hutan lestari di Kalimantan.
“Penandatangan MoU antara WWF-Indonesia dan TBI merupakan langkah baik dalam mencapai praktik kehutanan Indonesia yang lebih cerah. Kami melihat bahwa TBI mempunyai keinginan dan semangat konservasi yang sama dengan WWF”, ungkap Tati S. Darsoyo, Dewan Penasehat WWF Indonesia.
“Dengan kebanggan besar, kami mempersembahkan kerjasama unik ini untuk meningkatkan manajemen hutan lestari di Indonesia,” kata Jesse Kuijper, Dewan Eksekutif TBI. “Hanya kerjasama dengan parapihak penting yang mampu membawa kita ke hasil baik di masa mendatang. Melalui dukungan finansial dari perusahaan-perusahaan besar di Eropa, juga dengan semangat pasar yang mengekspresikan komitmen mereka dalam berkontribusi dalam solusi untuk manajemen hutan lestari di Indonesia,” tambahnya.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen kayu industri, pulp dan kertas terbesar di dunia. Komitmen dalam mencapai manajemen hutan lestari di Kalimantan adalah angin segar bagi WWF-Indonesia dan TBI dalam memerangi pembalakan liar dan praktik-praktik tidak lestari.
“Menggunakan kayu dari hutan yang dikelola secara bertangggungjawab merupakan salah satu cara dalam mengatasi masalah deforestasi dan degradasi hutan. Kami mendukung sepenuhnya kerjasama inovatif dari TBI,” ungkap Ian Kosasih, Direktur Program Forest, Terrestrial Species and Freshwater WWF-Indonesia.
Di tempat yang sama, Aditya Bayunanda, Koordinator WWF Global Forest & Trade Network (GFTN) Indonesia, mengekspresikan pandangan positifnya mengenai kerjasama tersebut. “Penandatangan MoU hari ini mengindikasikan kesempatan kolaborasi antara GFTN dan TBI dalam akselerasi sertifikasi manajemen hutan lestari di Inonesia,” jelasnya.
Penandatangan MoU ini merupakan kelanjutan dari konferensi bertajuk Jakarta Conference: Linking Dutch Markets to Borneo’s Sustainable Forest yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 26-29 Maret 2007 silam. Pada konferensi tersebut, asosiasi perumahan Belanda menyatakan komitmen mereka dalam membangun 100,000 rumah dalam waktu lima tahun mendatang dengan menggunakan kayu bersertifikat dari Forest Stewardship Council (FSC) yang berasal dari Kalimantan. Jakarta Conference merangkul perusahaan-perusahaan dan produsen di Indonesia, serta asosiasi perumahan, anggota industri timber processing, konstruksi dan retailer dari Belanda, untuk menciptakan relasi bisnis dalam mempromosikan pasokan kayu lestari.
Tentang WWF
Selama lebih dari 45 tahun, WWF telah melindungi masa depan alam. Sebagai organisasi konservasi multinasional terbesar di dunia, WWF bekerja di 100 negara dengan 1,2 juta pendukung di Amerika Serikat dan hampir 5 juta pendukung secara global. Cara unik WWF mengombinasikan capaian global dengan sebuah yayasan di bidang ilmu alam, melibatkan aksi pada tiap level, dari lokal ke global, dan memastikan bahwa solusi inovatif selalu tersampaikan dalam memenuhi kebutuhan manusia dan alam. Kunjungi www.wwf.org untuk info lebih lanjut.
Tentang The Borneo Initiative (TBI)
The Borneo Initiative adalah sebuah yayasan yang berbasis di Belanda dan didirikan pada tahun 2008. Tujuan TBI adalah sebagai platform yang mampu mengakselerasikan manajemen hutan lestari di Indonesia melalui sertifikasi LEI dan FSC dengan pelibatan parapihak. Target TBI adalah berkontribusi – melalui funding, mengetahui dan akses ke jaringan parapihak – untuk meningkatkan area tersertifikasi LEI-FSC di Indonesia dari jumlah 1 juta hektar saat ini menuju 3 juta hektar pada tahun 2012.
Tentang Global Forest & Trade Network (GFTN)
Global Forest & Trade Network (GFTN) adalah salah satu inisiatif WWF dalam memerangi pembalakan liar. Jaringan GFTN mempromosikan manajemen hutan bertanggungjawab di Amazon, Amur-Heilong (Russia), Kalimantan, Sumatra, Congo, Mekong (Asia Tenggara) dan daerah-daerah lain dimana hutan-hutan terancam. GFTN memfasilitasi perusahaan-perusahaan dalam mengevaluasi pembelian mereka dan rencana aksi yang tepat dalam menjamin pasokan kayu lestari. Dengan memfasilitasi jaringan perdagangan antara perusahaan-perusahaan yang berkomitmen dalam kehutanan bertanggugjawab, GFTN menciptakan kondisi pasar yang membantu konservasi hutan dan keuntungan ekonomi sosial bagi bisnis dan orang-orang yang bergantung pada hutan. Lebih dari 300 perusahaan bergabung menjadi anggota GFTN termasuk manufaktur, importer, distributor, retailer, pemilik dan manajer hutan.
Kunjungi http://gftn.panda.org/ untuk info selengkapnya.
Untuk keterangan lebih lanjut hubungi:
Dian Achmad Kosasih, WWF Indonesia, ikosasih@wwf.or.id, +62215761070
Jesse Kuijper, The Borneo Initiative, jesse.kuijper@hetnet.nl, +31651 405 198