SAMSUDIN DAN WWF AJAK ANAK ACEH CINTA SATWA MELALUI DONGENG
Samsudin, pria asal Indramayu Jawa Barat mengakhiri perjalanan panjangnya mendongeng keliling tentang badak dan satwa langka lainnya di tanah Aceh, propinsi paling ujung di pulau Sumatera. Dalam misi terakhirnya mengkampanyekan satwa kepada anak-anak Indonesia, pria berusia 46 tahun ini mendongeng di Desa Anak SOS dan Museum Aceh di Banda Aceh. Samsudin juga mendongeng di KM 0 Indonesia di Pulau Weh yang dilaksanakan di SD 1 Sabang dan SD Iboih.
Samsudin berkeliling sumatera dari Jawa Barat dengan menggunakan sepeda ontel tua yang dikayuhnya dengan semangat. Selama mendongeng keliling di berbagai kota di Sumatera seperti Jambi, Pekanbaru, Duri, Medan, Banda Aceh dan Sabang, Samsudin dibantu oleh lembaga pemerhati lingkungan seperti Alert, ZSL, Hipam, SOCP dan WWF Indonesia. “Saya memang sendiri melakukan dongeng keliling tapi dibalik itu ini adalah kerja tim yang saling mendukung,” kata Samsudin.
Pada Sabtu, (20/08/2016) Samsudin tiba di SOS Children’s Villages Banda Aceh dan disambut suka cita anak-anak disana. Dihadapan puluhan anak-anak SOS Children’s Villages, Pak Samsudin mendongengkan penyelamatan Harimau, Badak, Gajah dan Orangutan dengan menggunakan wayang yang terbuat dari kertas karton menyerupai hewan langka tersebut.
“Banyak sekali binatang di Indonesia yang hampir punah. Baik itu karena perburuan maupun akibat kerusakan hutan, termasuk diantaranya Badak dan Harimau. Saya terdorong untuk mengambil bagian mengkampanyekan dengan menciptakan wayang dan mendongengkan agar hewan langka dan habitatnya tidak berkurang,” jelasnya.
“Di belakang sepeda saya, terdapat kotak yang berisi pesan-pesan pelestarian lingkungan dan mencintai hewan yang dilindungi. Jadi, jika saya mengayuh sepeda, orang bisa lihat pesan-pesan itu. Saat berdongeng saya juga gunakan alat-alat peraga seperti wayang kardus bergambar aneka ragam binatang dan lainnya,” kata pria lulusan S1 Manajemen Perusahaan Universitas Wisnuwardhana Malang itu.
“Harapannya supaya orang baca pesan itu kemana pun saya berjalan. Nanti sesampainya di kota tujuan, saya lanjutkan bertemu anak-anak untuk mondongeng. Hanya itu saja,” kisahnya. Semuanya dilakukan Samsudin sebagai wujud kecintaannya akan lingkungan.
“Jadi lewat dongeng ini, ada pesan yang ingin saya tanamkan, yaitu kecintaan terhadap lingkungan sejak dini dengan prinsip kearifan lokal. Kalau itu bisa saya lakukan, kenapa tidak?,” ungkapnya.
“Saya juga selalu sosialisasikan ke orang-orang bahwa dongeng itu baik dan besar dampaknya pada perkembangan anak, menambah perbendaharaan kata anak serta merangsang psikomotoriknya. Orangtua juga bisa kontak langsung dengan anak dan anak pun akan merasa lebih dekat dengan orangtuanya. Untuk itu, saya imbau kepada seluruh masyarakat dan orangtua agar membudayakan kembali mendongeng karena dampak positifnya sangat luar biasa bagi anak,” tandas Samsudin, yang juga pemilik Rumah Baca Bumi Pertiwi Indramayu.
Cerita yang disampaikan berlatar 4 spesies kunci di Provinsi Aceh yang sudah masuk critically endangered seperti Gajah Sumatra, Orangutan Sumatra, harimau Suamtra dan badak Sumatra selalu jadi tokoh utama. Besar harapan dari seorang relawan asal Indramayu ini untuk menggerakan hati manusia untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Hutan serta habitat didalamnya seperti badak dan harimau masih dapat dijumpai sebagai warisan leluhur anak cucu kelak.