SAMBUT HARI CINTA PUSPA DAN SATWA NASIONAL, KKP AJAK PUBLIK LINDUNGI DUYUNG DAN EKOSISTEM LAMUN
Dalam rangka menyambut Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) yang diperingati setiap tanggal 5 November, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut menyuarakan kepada semua pihak tentang pentingnya upaya konservasi/perlindungan terhadap ekosistem padang lamun yang menjadi habitat mamalia laut eksotik Duyung (Dugong dugon). Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Jakarta (2/11).
Peluncuran kampanye pelestarian duyung dan lamun dilakukan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, dengan kegiatan penanaman lamun oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP bersama WWF-Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
""Kampanye ini mengajak masyarakat untuk lebih bertanggung jawab terhadap ekosistem pesisir/padang lamun yang notabene merupakan habitat duyung. Kita dapat berkontribusi sederhana dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak membeli produk berbahan dasar duyung seperti air mata maupun taring, serta kegiatan-kegiatan kolaboratif untuk meningkatkan kesadartahuan terhadap fungsi dan peran habitat lamun bagi ekosistem pesisir” jelasnya.
Kendati merupakan salah satu satwa yang dilindungi, duyung adalah salah satu mamalia laut eksotik yang belum banyak mendapat perhatian mengenai upaya perlindungannya. Kehilangan habitat utama (yaitu padang lamun), merupakan salah satu ancaman serius bagi keberlanjutan populasi duyung. Di sisi lain, status populasi duyung dapat menjadi indikator dari kesehatan ekosistem pesisir secara umum. Hilangnya habitat duyung tersebut, antara lain akibat aktivitas manusia di daratan seperti polusi, reklamasi, sampah dan sebagainya.
Hubungan Duyung dan Lamun
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dirhamsyah menyampaikan duyung dan lamun merupakan dua biota yang tidak dapat dipisahkan. Padang lamun merupakan habitat penting bagi duyung yang memakan daun dan rizoma lamun terutama dari spesies pionir seperti genus Halophila dan Halodule. Berdasarkan data LIPI dari 1.507 km2 luas padang lamun di Indonesia, hanya 5 persen yang tergolong sehat, 80 persen kurang sehat, dan 15 persen tidak sehat. Padang lamun dihadapkan pada ancaman alih fungsi kawasan pesisir, penurunan kualitas air laut, dan praktik perikanan yang merusak.
Melalui kampanye pelestarian duyung dan lamun, Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama WWF-Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor akan menggalang partisipasi aktif berbagai pihak dalam upaya perlindungan dan pengelolaan kawasan habitat duyung dan lamun, khususnya di lokasi-lokasi strategis yaitu Bintan, Alor, Tolitoli, dan Kotawaringin Barat.
Masyarakat masih awam
Hasil survei kesadaran publik yang dilaksanakan oleh WWF-Indonesia pada tahun 2017 menunjukkan bahwa 92 persen responden belum sepenuhnya sadar dan tahu secara penuh keterkaitan antara duyung dan lamun. “Melindungi duyung berarti harus memperhatikan kondisi habitatnya, yaitu padang lamun. Laju kerusakan habitat lamun yang disebabkan oleh faktor manusia (anthropogenic stress) dapat ditekan bila masyarakat sadar akan keterkaitan antara dua biota tersebut,” ujar Direktur Coral Triangle WWF-Indonesia Wawan Ridwan.
Pada dasarnya padang lamun memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia. Ekosistem ini menunjang keberlangsungan sumber daya perikanan di Indonesia. Sebagai contoh, berbagai jenis komoditas perikanan, seperti ikan baronang (samandar), kepiting rajungan, dan kerang-kerangan banyak ditemukan di padang lamun. Selain bermanfaat bagi perikanan, padang lamun juga membantu mengurangi laju perubahan iklim dengan menyerap emisi karbondioksida. Padang lamun juga dapat menahan gelombang, serta menangkap dan menyetabilkan sedimen, sehingga air menjadi lebih jernih.