RECYCLING: TAK SEKADAR UNTUK MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP
Oleh: Natalia Trita Agnika
Kegiatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) adalah sebuah cara untuk mengatasi permasalahan sampah yang kian hari kian menumpuk. Melalui aktivitas ini, jumlah sampah dapat dikurangi dengan cara digunakan kembali dan didaur ulang menjadi benda yang lebih bermanfaat. Kegiatan ini sangat mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Tak heran, truk edukasi Panda Mobile milik WWF-Indonesia sering mengadakan kegiatan 3R sebagai salah satu sarana untuk mengedukasi anak-anak supaya lebih bersemangat menjaga lingkungan hidup.
Namun ternyata kegiatan 3R bukanlah sebuah aktivitas yang hanya digunakan untuk menjaga lingkungan hidup. Dalam sebuah kesempatan sharing session bersama Marisza Cardoba, pendiri Marisza Cardoba Foundation pada Rabu (7/10) silam di kantor WWF-Indonesia di Jakarta, Marisza mengungkapkan bahwa kegiatan 3R dapat membantunya melepaskan stres.
Berawal pada Mei 2012 silam, Marisza yang menderita ITP (Idiopathic thrombocytopenic purpura) mengalami perdarahan internal. ITP adalah sebuah kelainan autoimun (sistem kekebalan tubuh) yang berdampak kepada sangat rendahnya jumlah trombosit sehingga penderita mudah mengalami memar atau perdarahan secara berlebihan. Akibat perdarahan internal tiga tahun silam tersebut, Marisza mengalami koma disertai perasaan letih dan putus asa karena menghadapi penyakit ini selama 25 tahun tanpa kejelasan penyebab dan cara penyembuhannya.
Bergelut dengan perasaan tersisih dan penolakan dari orang-orang sekitar yang memandang aneh dirinya akibat tubuh yang rusak karena efek samping pengobatan, Marisza mendapatkan suntikan semangat dari sang buah hati yang mendoakan dan menularkan energi positif padanya. Ia pun kembali merasa berharga. Perempuan yang didiagnosis menderita ITP sejak berusia 5 tahun ini mulai bangkit dan berniat membantu Odapi (penderita ITP) lainnya untuk menyadari bahwa mereka berharga.
Sebuah kondisi finansial yang sulit akibat hutang karena biaya pengobatan yang sangat besar dialami olehnya. Berbagai aset dan perusahaannya dijual untuk melanjutkan hidup. Satu-satunya peluang untuk mendapatkan sumber penghasilan kala itu adalah mengelola sampah di beberapa ruas jalan tol. Situasi sulit inilah yang membawa Marisza mengenal berbagai jenis sampah. Keadaan ini memberikan kesempatan bagi Marisza menimba ilmu mengenai jenis-jenis sampah, cara mengelolanya, dan kemudian membuatnya menjadi sesuatu yang berharga. Salah satunya adalah mengubah sampah organik tumbuhan menjadi pewarna alami untuk kain batik.
Kegiatan recycling yang dilakukannya ternyata menumbuhkan kesadaran bahwa tak ada satu pun di dunia ini yang tidak bermanfaat. Hal tersebut meningkatkan kepercayaan dirinya untuk senantiasa berpikir positif. Efek positifnya, Marisza berhasil “berdamai” dan beradaptasi dengan kondisi ITP tanpa ditunjang obat-obatan. Selama ini ia sangat tergantung pada obat-obatan yang justru malah membuat tubuhnya makin rapuh.
Tak hanya membantunya melepaskan stres dan meningkatkan kepercayaaan diri, kegiatan recycling yang dirintisnya mendapat dukungan dari sejumlah relawan pemerhati lingkungan dari Australia, John Richard Devlin, Ph.D. Bersama Yusaira Farhia dan Resa Aprianengsih mereka merumuskan sebuah program lingkungan bernama “The Hidden Potential” sebagai sarana Odapi untuk berlatih mengendalikan pikiran positif melalui pengolahan dan pemanfaatan sampah. Melalui program ini, sebuah bank sampah bernama “Bank Sampah Uni Resa” didirikan di Bantar Gebang. Berbagai jenis sampah mulai dari sampah organik tumbuhan, sampah kertas, sampah kain/tekstil, hingga sampah plastik diolah dengan memberdayakan beberapa Odapi dan anak-anak pemulung di kawasan zona III TPST Bantar Gebang. Mereka tak hanya mendapatkan ilmu pengolahan sampah tetapi juga mendapat edukasi mental dan pengetahuan umum melalui program pendidikan “Smile-Inc”. Produk-produk yang dihasilkan melalui kegiatan 3R tersebut berhasil menembus pasar mancanegara, yaitu enam negara di Eropa.
Semua Odapi yang sudah melakukan kegiatan 3R merasa sangat terbantu dengan efek positif yang didapatkan. Selama melakukan proses tersebut mereka merasakan stress healing dan membentuk pikiran positif, serta meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan situasi sulit. Mereka bahkan mampu mengelola kondisi akibat ITP tanpa rasa takut. Dengan senang hati mereka menyemangati Odapi lainnya untuk melakukan kegiatan serupa alih-alih terjebak dalam perasaan rendah diri. Kegiatan 3R telah membantu memperbaiki lingkungan sekaligus berdampak positif pada kesehatan mereka secara fisik dan psikis. Melalui kegiatan 3R, mereka telah mengubah sampah menjadi berkah.
Kita pun dapat melakukan hal serupa seperti yang dilakukan oleh Marisza. Dengan menerapkan gaya hidup hijau, kita dapat berkontribusi untuk lingkungan yang lebih baik. Gaya hidup hijau ini berdampak lebih luas lagi jika ditularkan ke orang lain. Temukan beragam contoh perilaku yang berkiblat pada gaya hidup hijau di seri stiker “Green Lifestyle WWF”. Stiker ini dapat diunduh di Blackberry Messenger Shop.