PRODUK KELAPA SAWIT RAMAH LINGKUNGAN, APAKAH ADA?
Bertempat di One Eighty Café Bandung, Jawa Barat, pada 20 Januari 2024 lalu WWF-Indonesia menyelenggarakan kampanye publik dalam format talkshow dengan tema “Kenalan Yuk dengan Produk Ramah Lingkungan”. Bekerja sama dengan Earth Hour Bandung, kampanye publik ini diadakan untuk mensosialisasikan kepada publik mengenai peran mereka dalam rantai pasok kelapa sawit berkelanjutan (ramah lingkungan) khususnya dalam memilih dan membeli produk-produk kelapa sawit berkelanjutan. Kampanye publik ini juga sekaligus memberikan informasi kepada publik bahwa produk-produk turunan kelapa sawit ramah lingkungan saat ini sudah tersedia pasaran.
Angga Prathama Putra, selalu Sustainable Palm Oil Project Leader WWF-Indonesia mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengetahui produk tersebut mengandung minyak kelapa sawit ramah lingkungan adalah dengan mengidentifikasi adanya sertifikasi ekolabel di kemasan produk tersebut. Sebagai salah satu alat untuk menjamin sebuah produk tidak dibuat dengan merusak lingkungan, sertifkasi ekolabel ini juga memiliki nilai tambah lainnya, seperti ramah sosial dan profit ekonomi bagi petani kelapa sawit itu sendiri.
Lalu sejauh apa produk ini dapat diklaim sebagai produk ramah lingkungan, sosial dan juga menghasilkan profit ekonomi? Menurut Angga, “Dari sisi lingkungan singkatnya produk tersebut dihasilkan harus melalui proses yang tidak merusak dan membakar hutan, tidak membunuh hewan endemik dan spesies terancam punah. Sementara dalam hal sosial, harus dipastikan tidak ada konflik sosial dengan masyarakat adat. Lantas dari sisi ekonominya terdapat anggaran untuk keberlanjutan dalam bisnis modelnya, seperti penjagaan hutan dan lingkungan.” Jika semua kriteria itu tidak terpenuhi, sertifikasi ekolabel tersebut tidak akan bisa disematkan pada produk kelapa sawit tersebut.
“Saat ini Masyarakat belum sepenuhnya sadar dengan produk tersertifikasi ekolabel, meski ada peluang” ujar Meidy Mahadani selaku Kepala bidang industri logam mesin, alat transportasi, dan elektronika, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (Disperindag Jabar).
Melalui platform Konsumen Cerdas, Disperindag Jabar sebelumnya telah secara regular mengampanyekan kepada publik agar bijak dan cerdas dalam memilih dan membeli barang. Tujuan dari adanya plarform ini sendiri sebenarnya adalah untuk melindungi hak-hak konsumen, Namun terkait produk bersertifikasi ekolabel, terutama kelapa sawit berkelanjutan, belum sepenuhnya dibahas di platform ini, Adanya kampanye dari WWF-Indonesia ini juga dapat menjadi bahan masukkan bagi Disperindag Jabar, untuk ke depannya memasukkan muatan terkait ekolabel di platform Konsumen Cerdas dan juga kemungkinan untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak yang concern dengan isu ini.
WWF-Indonesia sendiri melakukan kampanye publik ini juga bukan tanpa alasan. Sebelumnya pada tahun 2017 dan 2020, WWF-Indonesia telah melakukan survey secara langsung ke publik di 8 kota besar di Indonesia mengenai kemungkinan konsumen untuk beralih menggunakan produk-produk ramah lingkungan/berkelanjutan. Hasil dari survey tersebut meningkat dari yang tadinya hanya 63% responden (2017) menjadi 82% responden (2020) yang bersedia menggunakan/membeli produk ramah lingkungan (seperti minyak kelapa sawit berkelanjutan) walaupun harganya lebih mahal. Responden juga bersedia membayar kenaikan harga antara Rp. 1.200 hingga Rp. 6.700 untuk produk-produk yang menggunakan minyak sawit berkelanjutan[1]. Hal inilah yang mendorong WWF-Indonesia turut serta untuk berperan dalam transformasi pasar di Indonesia, tidak hanya mengkampanyekan produk ramah lingkungan yang tersertifikasi ke publik, tapi juga mendorong perusahaan-perusahaan pengguna minyak kelapa sawit untuk beralih menggunakan minyak kelapa sawit berkelanjutan (ekolabel).
Selain WWF-Indonesia dan Disperindag Jabar, talkshow ini juga turut mengundang narasumber lain, yaitu Siska Nirmala (@zerowasteadvanture) selaku pegiat lingkungan asal Bandung. Tidak hanya itu acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan Black Two March, grup perkusi asal Bandung yang terbilang cukup unik, karena menggunakan alat-alat perkusi yang berasal dari barang-barang bekas. Talkshow ini sendiri dihadiri oleh lebih dari 60 orang kalangan millenial dan gen Z yang berasal dari berbagai kalangan seperti pelajar, mahasiswa, dan anggota komunitas pecinta lingkungan di wilayah Bandung.
Berbicara mengenai produk keberlanjutan, Siska sendiri berdasarkan pengalamannya selaku pemilik Toko Nol Sampah mengatakan bahwa masyarakat memang cenderung mau untuk pindah ke produk berkelanjutan. Tapi sayangnya bingung harus mulai dari mana. Menurutnya, produk yang berkelanjutan pun perlu ditelaah bukan hanya dengan kemasan dan kandungannya, tetapi juga bijak dalam penggunaannya, dan darimana produk tersebut berasal. Ia menambahkan, bahwa ke depannya memang perlu ditekankan lagi mengenai edukasi publik mengenai produk kelapa sawit berkelanjutan ini. “Jika sudah banyak produk yang diketahui masyarakat, maka otomatis masyarakat akan teredukasi.” imbuhnya.
[1] WWF Indonesia. (2021, September 27). Launching Sustainable Cooking Oil in Indonesian Supermarket. WWF Sustainable Consumption & Production. Dikutip 27 Maret 2023, dari https://www.wwf-scp.org/sustainable-cooking-oil-indonesia