POTRET HUTAN LINDUNG LAMPEONG -GUNUNG LUMUT DALAM PAMERAN FOTOGRAFI
Oleh Tira Maya
Muara Teweh, Palangkaraya (13/09)– Photovoices International bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Pokja HoB Barito Utara, HoB-WWF Indonesia dan Yayasan Gunung Lumut-Muller, pada tanggal 13-15 September 2011 menyelenggarakan sebuah pameran fotografi dan diskusi interaktif mengenai “Potret Hutan Lindung Lampeong - Gunung Lumut Dalam Sudut Pandang Masyarakat Setempat”.
Masyarakat Muara Mea dan Berong kecamatan Gunung Purai-Barito Utara memotret wilayah Hutan Lindung tersebut yang sangat kaya akan keragaman hayati dan merupakan daerah tangkapan air yang penting untuk menjaga kualitas volume air sungai Barito melalui karya fotografi. Wilayah tersebut juga merupakan tempat yang sangat disakralkan oleh umat Kaharingan yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi.
Dalam pameran ini juga akan dihelat sebuah workshop untuk berbagi informasi yang dipandu oleh Ahli Sosial dan Budaya Universitas Palangkaraya DR. Usop Sidik Usop, dengan nara sumber dari DPRD & SKPD Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Pokja HoB, Direktur Photovoices International Ann McBride Norton , Koordinator WWF-Indonesia Kalimantan Tengah Rosenda Ch. Kasih, Majelis Agama & Adat Kaharingan Barito Utara, serta perwakilan Masyarakat Muara Mea dan Berong.
Dalam acara pembukaan pameran dan workshop, Bupati Barito Utara menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat yang telah menghasilkan dokumentasi dan informasi yang sangat penting untuk memperkuat rekomendasi Bupati yang mengusulkan Hutan Lindung Lampeong-Gunung Lumut sebagai kawasan Taman Nasional serta sinergi perencanaan pembangunan di tingkat lokal dengan perencanaan pembangunan Barito Utara kedepan.
Pameran foto di Gedung DPRD Barito Utara yang dilaksanakan dari tanggal 13-15 September 2011 dengan memamerkan ratusan karya terbaik masyarakat hasil kegiatan photovoices di HL Lampeong-Gunung Lumut, Barito Utara . Dalam pameran dan diskusi ini masyarakat akan menyampaikan cerita di balik foto-foto yang dihasilkan, termasuk keadaan lingkungan dan apa yang dihargai mengenai budaya tradisional.
""Mereka juga bercerita tentang kondisi sosial, kualitas pendidikan dan kesehatan, berikut modal sosial yang kami miliki, serta tantangan dan harapan kedepan,"" kata Jaya Pura, Kepala Desa Muara Mea dan salah satu fotografer desa yang terlibat dalam program ini.
“Sebelumnya kami tidak pernah menyadari bahwa foto itu begitu penting, namun lewat kegiatan ini selain menghasilkan karya seni yang indah juga sebuah karya yang mengandung informasi yang penting yang dapat mempengaruhi masa depan kami”, kata Yotam, seorang guru desa Berong photographer photovoices yang menghasilkan banyak karya foto tentang alam dan lingkungan dikawasan HL Lampeong-Gunung Lumut.
Sementara rekan fotografer lainnya, Mantung menambahkan, ""Banyak hal yang ingin kami sampaikan tapi sangat sulit disampaikan dengan kata-kata, lewat foto-foto ini kami sangat terbantu menjelaskan tentang adat tradisi kami yang kian tergerus jaman, dan dokumentasi ini bisa menjadi bahan pelajaran untuk generasi kedepan.""
Direktur Photovices International Ann McBride Norton menyatakan, memahami tradisi dan kepercayaan sebuah komunitas merupakan hal penting dalam penyusunan strategi pembangunan berkesinambungan dan untuk melindungi sumber daya alam yang ada. Menurutnya, hal terpenting dari hasil karya masyarakat yang luar biasa tersebut adalah dapat menjadi informasi penting bagi pemerintah serta dapat memberikan edukasi bagi masyarakat luar tentang keanekaragamanhayati dan budaya masyarakat.
""Diharapkan hal ini dapat memupuk solidaritas antar masyarakat untuk saling memahami dan membangun pengertian serta menerima keragaman budaya sebagai bagian kekayaan kita semua,” tegas Ann.
Sementara, Koordinator WWF-Indonesia Program Kalimantan Tengah Rosenda Ch. Kasih menyatakan bahwa aspirasi masyarakat setempat adalah aset penting dalam merumuskan strategi dan kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang lestari.
“Photovoices merupakan salah satu cara yang cukup efektif melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan penyusunan pembangunan melalui informasi visual dan naratif yang dihasilkan. WWF sangat percaya bahwa program konservasi dan upaya pembangunan berkelanjutan yang menjadi salah satu semangat penting Program Heart of Borneo yang dideklarasikan oleh 3 negara: Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam dapat berjalan dengan baik jika semua pelaku pembangunan mau belajar dari pengetahuan dan kearifan sosial budaya masyarakat setempat,” ujarnya.