POPULASI BADAK SUMATERA KIAN TERANCAM
Oleh Masayu Yulien Vinanda
Keberadaan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) mungkin belum mampu melampaui popularitas Badak Jawa. Tak banyak pula yang mengetahui jika spesies ini pun terancam punah. Badak Sumatera merupakan salah satu kekayaan alam bumi pertiwi yang populasi di alam hanya ada di Indonesia. Keberadaannya di Semenanjung Malaysia telah dinyatakan punah. Sementara Sabah hanya memiliki populasi yang kecil dan terisolir. Ia hanya bisa berkembang biak di penangkaran, itu pun dengan catatan “kalau beruntung.”
Badak Sumatera adalah satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Berbeda dengan Badak Jawa yang hanya berbulu di bagian telinga dan ujung ekornya saja, Badak Sumatera berbulu hampir di seluruh bagian tubuhnya. Tak heran jika ia dijuluki hairy rhino (badak berambut). Ukuran fisiknya juga tergolong yang paling kecil dibandingkan spesies badak lainnya. Bobot tubuhnya tidak lebih dari satu ton dan tinggi tubuhnya pun dibawah 150 cm.
Diperkirakan, populasi herbivora bercula dua ini kurang dari 200 ekor. Wajar jika International Union for Conservation of Nature,(IUCN) Redlist kemudian memasukkan spesies ini dalam daftar critically endangered (kritis). Badak Sumatera resmi menyandang status tersebut sejak 1996.
Berbicara mengenai lokasi sebaran Badak Sumatera, kini jumlahnya pun kian berkurang. Sebagai perbandingan, berdasarkan catatan pada awal Strategi Konservasi Badak Indonesia pada tahun 1994, di Pulau Sumatera terdapat 17 lokasi kantong badak..Kini, jumlah kantong Badak Sumatera hanya tersisa tiga kantong utama yakni di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambar, dan Taman Nasional Leuseur. Padahal di beberapa dekade, Badak Sumatera hampir tersebar di seluruh daratan Sumatera.
Maraknya praktik perburuan badak ditengarai sebagai salah satu penyebab semakin berkurangnya populasi spesies tersebut. Cula maupun bagian-bagian tubuh badak lainnya diburu karena dipercaya ampuh untuk bahan obat tradisional, Bahkan sebagian masyarakat setempat ada pula yang menjadikan cula badak untuk pajangan rumah.
“Selain perburuan, hilangnya habitat hutan juga menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup badak Sumatera yang tersisa. Alih fungsi hutan yang tak terkendali menyebabkan hutan terfragmentasi. Akibatnya, dalam beberapa kasus,, badak Sumatera dilaporkan masuk ladang penduduk untuk mencari makan. Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, ancaman utama terhadap habitat badak adalah perambahan hutan menjadi kebun kopi dan tanaman pertanian lainnya,” jelas Adhi Rachmat Hariyadi, Koordinator Program Konservasi Badak WWF-Indonesia.
Selain di TNBBS, WWF-Indonesia juga menggiatkan upaya konservasi Badak Sumatera di wilayah Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser, Aceh. Beragam aktivitas penelitian dilakukan guna mengidentifikasi sebaran serta kualitas habitat badak. Sementara dalam upaya pengamanan kawasan, menurut Adhi, keterlibatan masyarakat lokal yang telah tinggal lebih lama di sekitar habitat Badak mampu menjadi “pagar” yang efektif dalam menjaga populasi badak.
“Informasi sebaran serta kualitas habitat badak sangat penting untuk menyiapkan pola pengamanan yang lebih efektif dan efisien serta memungkinkan pemantauan intensif, tidak hanya dari sebaran ataupun jumlahnya, namun juga dari kesejahteraan dan kesehatannya. Namun yang tak kalah penting lagi adalah pelibatan masyarakat dalam pengamanan badak mengingat lokasinya yang terpencar dan terisolir. Hal ini perlu dilakukan mengingat sistem patroli konvensional belum dapat menjangkau daerah-daerah tersebut secara optimal,” imbuh Adhi.
Upaya perlindungan Badak Sumatera tidak bisa menunggu waktu lagi. Deret panjang ancaman kepunahannya harus menjadi perhatian berbagai pihak. Jika Badak Sumatera gagal diselamatkan dari kepunahan, maka tak akan ada lagi kesempatan hidup bagi Badak Sumatera di alamnya di seluruh dunia. Badak Sumatera merupakan arsitektur lansekap yang membentuk vegetasi bentang alam sumatera. Jika satwa langka ini punah, maka bisa dipastikan wajah vegetasi hutan di pulau Sumatera pun akan jauh berubah.