MELALUI PLASTIC FREE NETWORK, MASYARAKAT MALUKU TENGGARA PERANGI SAMPAH
Maluku tenggara memiliki pesona pantai indah yang telah tersohor akan keeksotisannya, beberapa diantaranya bahkan telah mendunia. Namun, kenyataanya pada musim-musim tertentu pantai pasir putih nan-indah ini mendapat sampah kiriman yang tentunya akan mempengaruhi keindahan pantai-pantai tersebut.
Berdasarkan data dasar dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Maluku Tenggara, tingkat jumlah timbunan sampah setiap harinya mencapai 11.771,5 kg. Sumber sampah ini teridentifikasi berasal dari kawasan pemukiman, supermarket/ritel, pasar tradisional dan kawasan wisata. Tidak tersedia UPT yang mengelola langsung persampahan sehingga pekerjaan operasional persampahan di Maluku Tenggara belum terlaksana secara maksimal.
Sulit terurainya sampah plastik, sudah pasti menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan sektor pariwisata juga perikanan di Kabupaten Maluku Tenggara yang sedang gencar-gencarnya mempromosikan pariwisata dan perikanan sebagai leading sector pembangunan ekonomi.
Sejalan dengan semangat untuk mengurangi produksi sampah plastik di laut, WWF-Indonesia menargetkan pada tahun 2023 harus terjadi penurunan produksi sampah plastik sebesar 30%. “Kebijakan pengelolaan sampah yang baik berasal dari data yang terukur dan tertanggung jawab” ungkap Andreas Hero Ohoiulun, Project Excecutant Inner Banda Arc Seascape dalam kegiatan Pelatihan Plastic Free Network Survey dan Monitoring Sampah Plastik Lautan di Maluku Tenggara pada Kamis, 24 Januari 2019 yang bertempat di Pesisir Pantai Ohoibun.
Melibatkan unsur pemerintah, komunitas pegiat lingkungan pariwisata, Politeknik Perikanan Negeri Tual dan SMK Perikanan Kelautan Maluku Tenggara kegiatan ini mendapat apresiasi dan atensi yang tinggi dari setiap peserta terlihat dengan antusias mereka dalam mendata setiap sampah plastik yang ditemui dalam pelatihan pendataan sampah di pesisir Pantai Ohoibun. Dengan mengadopsi dan memodifikasi metode dari CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization) Global Plastic Pollution Project, Australia yang mengacu pada metode sampling acak bertingkat (stratified random sampling) menggunakan sistem transek. Monitoring Sampah kali ini menunjukkan bahwa sampah plastik lunak menduduk jumlah yang tertinggi dan diikuti oleh keberadaan sampah plastik keras berturut-turut 39,01% dan 19,51%.
Diharapkan nantinya dari kegiatan ini Plastic Free Network dapat menciptakan sebuah program monitoring nasional bersifat sukarela yang menghasilkan data-data untuk digunakan membangun sebuah data dasar nasional di Kabupaten Maluku Tenggara. Sebab, pepatah usang mengatakan bahwa “Bumi Bukanlah Warisan Nenek Moyang Melainkan Titipan Anak Cucu”.