PESUT KALIMANTAN DITEMUKAN MATI DI PERAIRAN PALOH
Pontianak – Kalimantan Barat (28/030)-Tim WWF-Indonesia Program Kelautan kembali menemukan seekor pesut (Orcaella brevirostris) mati di padang peneluran penyu Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Selasa (27/3). Selama kurun waktu 10 bulan terakhir, sudah tiga ekor mamalia air dilindungi ini yang ditemukan mati di perairan tersebut.
Peneliti pesut dari WWF-Indonesia, Dwi Suprapti mengatakan temuan terbaru ini mencerminkan tingginya keterancaman pesut di Kalbar. “Dibandingkan dengan pesut di perairan Kubu Raya, pesut di perairan Paloh jauh lebih terancam,” katanya di Pontianak, Selasa (27/3).
Menurut Dwi, salah satu penyebab kematian lumba-lumba hidung pesek ini diduga akibat terjaring tanpa sengaja (by catch) oleh jaring plastik nelayan. Ini sangat beralasan mengingat pesut tidak mampu mendeteksi keberadaan jaring plastik yang tipis dan bening dengan sonar yang dimilikinya. “Nah, di saat berusaha mengejar ikan dan udang sebagai salah satu pakan utamanya, di sinilah pesut itu ikut terjaring. Pesut itu hewan air yang bernafas dengan paru-paru. Di saat terjaring, pesut tak dapat mengambil oksigen di permukaan dan akhirnya mati,” urai Dwi.
Akibatnya, lanjut Dwi, populasi satwa ini diperkirakan terus menyusut, terutama disebabkan kesibukan lalulintas kapal maupun speedboat baik di sungai maupun perairan pesisir. Hal lain yang ikut memengaruhi keterancaman itu adalah tingginya tingkat polusi, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan dan riparian. “Beberapa kasus kematian sudah dilaporkan akibat tersangkut jaring nelayan atau disambar baling-baling kapal. Dari laporan masyarakat nelayan yang ada di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas hampir setiap tahun pernah menjumpai pesut tersangkut di jaring,” ungkap Dwi.
Setelah melakukan lokakarya yang menghadirkan berbagai pihak dalam membahas nasib lumba-lumba air tawar atau lebih dikenal dengan Pesut di perairan Kalimantan di Jakarta minggu lalu, WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) menegaskan semakin pentingnya menyatukan program kerja bersama ke depan.
Tim diskusi yang dihadiri beberapa pihak seperti Ditjen Konservasi Jenis Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPSPL Pontianak, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalbar, Dinas Kelautan dan Perikanan Kalbar, PT. Kandelia Alam, PT. Bios, peneliti pesut Universitas Nasional (UNAS), serta WWF-Indonesia telah merancang Aksi dan Strategi Konservasi Satwa untuk wilayah Kalimantan Barat.
Dari diskusi yang diadakan di Jakarta itu, masing-masing tim membuat program bersama dan tergabung dalam Forum Pesut Kalbar dan menunjuk BPSPL sebagai focal point atau koordinator.
Dwi menyebut rencana aksi ini meliputi beberapa aspek , diantaranya WWF telah memprogramkan pesut sebagai flagship species dalam program lima tahun ke depan. “BPSPL Pontianak juga telah berkomitmen untuk menyusun kajian bioekologi pesut sebagai program kerja ke depan,” pungkasnya.
Catatan untuk Editor
Tentang WWF-Indonesia
WWF adalah organisasi konservasi global yang mandiri dan didirikan pada tahun 1961 di Swiss, dengan hampir 5 juta suporter dan memiliki jaringan di lebih dari 100 negara. Di Indonesia, WWF telah menjadi entitas Yayasan WWF Indonesia dan bergiat di lebih dari 25 wilayah kerja lapangan dan 17 provinsi. Misi WWF-Indonesia adalah menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis aktivitas manusia. Untuk informasi selengkapnya mengenai WWF, kunjungi www.wwf.or.id
Tentang Pesut Kalimantan
- Tekanan terbesar pada populasi pesut Kalimantan datang perusakan habitat seperti pembangunan bendungan, pertambangan, perusakan hutan dan kawasan mangrove untuk kepentingan industri serta aktivitas transportasi air yang tinggi. Masyarakat lokal pada umumnya memiliki kecintaan terhadap spesies ini, sehingga kasus perburuan liar spesies ini sangat jarang ditemui.
- Sejak 2009, WWF-Indonesia dan mitranya telah melakukan kajian populasi dan habitat pesut di Kalimantan yaitu di Sungai Sesayap, Kalimantan Timur pada 2009-2010 dan perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat pada 2011. Hasil survei dan kajian yang dilakukan akan digunakan untuk penentuan kebijakan pelestarian spesies langka ini.
- Lembar fakta mengenai spesies pesut Orcaella brevirostris, deskripsi ekologi, morfologi, habitat dan ancamannya dapat diakses di http://awsassets.wwf.or.id/downloads/pesut.pdf
- Untuk mengunduh Laporan lengkap survei pesut Orcaella brevirostris di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat, klik disini
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
- Dwi Suprapti, Paloh Turtle Monitoring Officer WWF Indonesia, Email: dsuprapti@wwf.or.id
- Jimmy Syahirsyah, Koordinator Komunikasi WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat, Email: fivejim@yahoo.com
- Kris Handoko, Kepala Seksi Konservasi dan Pendayagunaan BPSPL Pontianak, Email: krishandoko@gmail.com
- Dionisius Endy, Kepala Bidang KP3KP – DKP Kalbar, Email: endyonisius@gmail.com