PERNYATAAN WWF-INDONESIA TERHADAP PUBLIKASI LAPORAN KONSULTAN AIDENVIRONMENT: INVESTASI DARI NEGARA-NEGARA NORDIK PADA BEBERAPA BANK DI INDONESIA YANG MEMBERIKAN PEMBIAYAANSEKTOR KELAPA SAWIT
Pada tanggal 30 Mei 2017, kantor konsultan Belanda, Aidenvironment merilis laporan menyangkut peran perusahaan manajer aset dari Negara-negara Nordik yang memiliki saham di bank-bank yang berkantor pusat di Indonesia dan Singapura (http://bit.ly/2rfi24N) Berdasarkan laporan Aidenvironment, para manajer aset Nordik ini memiliki saham sebesar 2 milyar dolar AS pada enam bank yang memberikan pinjaman terhadap perusahaan kelapa sawit di Indonesia. Bank-bank yang disebut di dalam laporan antara lain Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, OCBC dan DBS.
Manajer aset Nordik yang berinvestasi terhadap enam bank tersebut antara lain the Norwegian Government Pension Fund Global (GPFG) dengan nilai investasi 1.3 milyar dolar AS, Nordea dengan total investasi 0,3 milyar dolar AS dan perusahaan manajer aset lainnya yang terdiri dari AP-Fonderna dengan total 163 juta dolar AS, Swedbank dengan total 140 juta dolar AS dan Handelsbanken dengan total 58 juta dolar AS. Sebagian kepemilikan saham dimaksud termasuk dalam kategori dana etik yang dikeluarkan perusahaan manajer aset.
WWF menyambut baik atas peluncuran laporan yang menekankan pentingnya peran investor internasional di dalam mendorong percepatan transformasi penerapan prinsip berkelanjutan di seluruh rantai pasok sektor industri sawit, termasuk memengaruhi bank-bank--dimana mereka menanamkan investasinya—untuk mendorong kinerja perusahaan yang dibiayainya.
WWF mengakui bahwa tingkat keberlanjutan sektor sawit masih bervariasi, beberapa sudah memproduksi dengan cara yang berkelanjutan. Akan tetapi masih ada praktik-praktik yang belum sepenuhnya bertanggung jawab.
Untuk itu para perusahaan yang masuk ke dalam kategori disebut diakhir, perlu memperbaiki praktiknya dan berkomitmen untuk menerapkan praktik berkelanjutan secara menyeluruh termasuk meminimalisir deforestasi, penggunaan dan eksploitasi kawasan gambut. Komitmen kongkrit tersebut dapat diwujudkan dengan mendapatkan sertifikasi legalitas ISPO dan mendapatkan sertifikasi berkelanjutan kredibel seperti RSPO secara penuh dengan tenggat waktu (time bound commitment). Hal ini perlu diikuti bank-bank untuk meminta para kliennya untuk berkomitmen melalui kebijakan pembiayaannya.
Saat ini, WWF-Indonesia bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang bekerjasama dengan delapan bank melalui proyek perintis “First Movers on Sustainable Banking”—Langkah Awal menjadi Bank yang Berkelanjutan—dimana keempat bank di Indonesia yang disebutkan di dalam publikasi telah menunjukkan komitmen awalnya untuk memulai tahap perjalanan keberlanjutannya. Salah satu tujuan proyek perintis ini adalah untuk meningkatkan kapasitas perbankan di Indonesia terkait integrasi lingkungan, sosial dan tata kelola (LST), serta mendorong peranan bank dalam menangani masalah di sektor kelapa sawit melalui kerangka pengendali risikonya.
WWF melihat beberapa kemajuan yang baik terkait perkembangan perbankan berkelanjutan di Indonesia beberapa tahun terakhir ini khususnya kebijakan sustainable finance yang dikedepankan oleh regulator. Beberapa bank ada yang mulai memiliki kebijakan pembiayaan sektor sawit berkelanjutan (meskipun tidak selalu dipublis). Namun demikian, masih banyak upaya yang perlu dilakukan bank untuk meningkatkan praktik perbankan berkelanjutan, termasuk kaitannya dalam mengatasi permasalahan LST di sektor sawit. WWF-Indonesia bersama OJK telah mengembangkan panduan pembiayaan yang bertanggung jawab untuk investasi di sektor kelapa sawit yang dapat digunakan oleh bank sebagai pedoman praktis dalam memberikan pembiayaan industri minyak sawit di Indonesia. (End).
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
- Rizkiasari Yudawinata, Private Sector Policy and Responsible Investment, WWF-Indonesia
Email: Rjoedawinata@wwf.id dan HP: +628112344343
Tentang WWF-Indonesia
WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF. Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian badak jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini bergiat di 28 wilayah kerja lapangan di 17 provinsi mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staf, WWF-Indonesia bekerja bersama pemerintah, masyarakat lokal, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas. Sejak 2006 hingga 2013, WWF-Indonesia didukung oleh sekitar 64.000 supporter di dalam negeri. Kunjungi www.wwf.id.