PERKEMAHAN PRAMUKA "TURTLE HERO" INDONESIA-MALAYSIA
Sebagai bentuk implementasi dari kemitraan yang dibangun oleh World Organization of the Scout Movement dan WWF dalam menghidupkan kembali “PANDA BADGE”, Gerakan Pramuka Kabupaten Sambas melaksanakan Perkemahan Pramuka Penegak Pandega “Turtle Hero—World Scout Environment Programme (WSEP)” pada tanggal 14-16 Februari 2020 di Pos Monitoring Penyu Sungai Belacan, Paloh. Tujuan dari kegiatan ini salah satunya adalah untuk mengampanyekan kecintaan terhadap lingkungan. Kegiatan ini diikuti oleh 40 Peserta dari Kwartir Cabang (Kwarcab) Sambas, 15 Peserta perwakilan Messenger of Peace (MoP) Kuching Serawak Malaysia, 50 orang peninjau lokal.
Kwartir Ranting Paloh beserta Dewan Kerja Cabang Sambas dan Dewan Kerja Ranting Paloh, dengan bimbingan Local Coordinator Sambas Scout Messenger of Peace (MoP) melaksanakan kegiatan Turtle Hero (pahlawan penyu) sebagai satu dari Purple Ventures and Rovers kepedulian Pramuka Indonesia terhadap lingkungan hidup yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya menjaga lingkungan hidup guna penyelamatan penyu dari ancaman limbah sampah plastik dan aktivitas manusia yang merusak ekosistem laut dan pantai, sehingga dapat mengantarkan penyu ke jurang kepunahan.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Sambas, Hj. Hairiah.SH.MH, dan dihadiri oleh Ketua DRPD Sambas, Perwakilan Kwarnas dan MoP Asia-Pasifik, serta berbagai pemangku kepentingan lainnya di Kabupaten Sambas.
Dalam sambutannya, Hairiyah menyebutkan bahwa Kecamatan Paloh merupakan pantai peneluran bagi 4 jenis penyu, untuk itu menjadi tanggung jawab kita semua untuk melakukan upaya perlindungan. Sebagaimana diketahui, 3 jenis penyu yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dijumpai naik ke bibir pantai sepanjang 63 km ini untuk bertelur, sedangkan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) pernah dijumpai terdampar dalam keadaan mati, dan pernah tertangkap tidak sengaja oleh nelayan (bycatch) di perairan Paloh.
Pesisir Paloh juga menjadi rumah berbagai spesies kunci yang berperan penting dalam ekosistem seperti Bekantan (Nasalis larvatus), Buaya Muara (Crocodylus porosus), Porpoise Tak Bersirip (Neophocaena phocaenoides), Lumba-Lumba Punggung Bungkuk (Sousa chinensis), Ketam Tapak Kuda (Tachypleus gigas), Burung Enggang, dan lain sebagainya.
“Banyak upaya yang sudah dilakukan setiap tahun seperti bekerja sama dengan WWF, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta berbagai organisasi termasuk Pramuka untuk menyelenggarakan kegiatan Festival Pesisir Paloh. Salah satu tujuannya adalah untuk mengampanyekan bahwa kita cinta terhadap lingkungan dan mau menyelamatkan habitat penyu supaya tidak musnah," ungkapnya.
Hariyah mengatakan bahwa sangat penting bagi kita bertanggung jawab demi kelangsungan habitat penyu, salah satunya dengan tidak memakan telur penyu dan juga menyebarkan semangat menyelamatkan penyu dan habitatnya. "Dan semangat para peserta Pramuka dalam melakukan perlindungan terhadap habitat penyu dan berikrar menjadi hero penyelematan lingkungan terutama penyelamatan habitat penyu," pungkasnya.
Kegiatan yang betemakan “Selamatkan Penyu dari Ancaman dan Kepunahan Mulai Dari Saya, Kamu dan Kita Semua” ini diisi dengan rangkaian kegiatan seperti membersihkan pantai dari sampah khususnya plastik, penanaman pohon, pelepasan tukik, monitoring penyu dan sosialisasi tentang Messenger of Peace dilanjutkan dengan Gathering Messenger of Peace serta kegiatan diskusi tentang WSEP dan scout.org.
WWF-Indonesia berkesempatan menyampaikan materi tentang peran pemuda dalam konservasi laut dan konservasi penyu Paloh. Selain itu, Tim Monitoring Penyu Paloh yang merupakan Enumerator Penyu Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak yang berasal dari Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kambau Borneo dan Kelompok Masyarakat Wahana Bahari, mendampingi penuh selama pelaksanaan kegiatan berlangsung di Pos Monitoring Sungai Belacan Paloh.