PENTINGNYA KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING UNTUK VOLUNTEER PANDA MOBILE & BUMI PANDA
Oleh: Sani Firmansyah & Natalia Trita Agnika
Volunteer Panda Mobile dan Bumi Panda merupakan garda depan dalam menyampaikan pesan konservasi. Melalui mereka, publik dapat memperoleh berbagai informasi seputar gaya hidup hijau, satwa yang dilindungi, serta berbagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Maka tak heran bila para volunteer tersebut dituntut untuk memiliki kemampuan public speaking yang baik supaya pesan yang mereka sampaikan dapat dimengerti dengan baik.
Pada Selasa (21/06) yang lalu, para volunteer Panda Mobile dan Bumi Panda mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan public speaking melalui sebuah training. Sebelum materi disampaikan, terlebih dahulu mereka diminta untuk memperkenalkan diri dan menceritakan alasan mengapa menjadi volunteer di WWF-Indonesia. Melalui kegiatan ini, para volunteer saling bertukar cerita kegiatan mereka. “Acara ini sekaligus jadi ajang silaturahim dengan volunteer dari (Bumi Panda) Bandung,” tutur Azhari Lubis, volunteer Panda Mobile.
Materi public speaking disampaikan oleh Ratri Adhita Dewi atau yang akrab disapa Dhita. Power of introduction adalah hal pertama yang disampaikannya kepada para volunteer. Power of introduction merupakan kalimat perkenalan tiga menit yang mengandung dampak cukup besar sehingga dapat menarik perhatian pendengar untuk menyimak penjelasan sampai akhir.
Usai memberikan materi tentang kekuatan dari perkenalan, Dhita membuat daftar tentang hal-hal apa saja yang dirasakan oleh seorang volunteer WWF. Para peserta diminta menyebutkan hal-hal yang membuat mereka senang menjadi volunteer, hal-hal yang terkadang menjadi hambatan saat bertugas sebagai volunteer, dan materi-materi yang biasanya dijelaskan saat berhadapan dengan audiens. Setelah itu, para volunteer dibagi ke dalam kelompok untuk mendiskusikan power of introduction yang tepat bagi kelompok usia TK-SD dan SMP-SMA. Perbedaan usia audiens berpengaruh pada cara perkenalan. Pada akhir diskusi, satu atau dua orang perwakilan maju dan mempraktekkan hasil diskusi mereka.
Saat berbicara di depan umum, hal yang perlu diperhatikan adalah suasana hati lawan bicara. Pada sesi kedua training, Dhita meminta para peserta untuk berpasangan. Salah satu dari pasangan tersebut diminta menutup mata dan membayangkan memori yang memicu salah satu emosi yang paling kuat. Peserta lain diminta menebak emosi apa yang dipilih oleh pasangannya berdasarkan gerak wajah mereka. Hal ini sebagai latihan membaca mimik muka atau ekspresi wajah ketika kita sedang mempresentasikan sesuatu kepada audiens. Ketika sedang berbicara di depan umum, penting bagi kita untuk mengetahui kapan lawan bicara kita tertarik, sudah bosan, maupun ketika tiba-tiba ia marah. Membaca suasana hati lawan bicara sebenarnya bisa juga dengan melihat gerak tubuhnya yang lain selain wajah. Namun sebagai awal mula, peserta diminta membaca mimik muka masing-masing lawan bicara.
Hal menarik lainnya yang didapatkan oleh para volunteer adalah tentang matching dan mirrorring. Matching dan mirrorring terjadi ketika gerak tubuh kita sebagai pembicara diikuti oleh pendengar dalam upaya membuat pembicara semakin nyaman dan pembicaraan di antara keduanya semakin mengalir secara tidak sadar. Hal penting dalam matching dan mirrorring adalah mendengarkan secara utuh apa yang disampaikan oleh pendengar agar informasi yang masuk tidak tersaring oleh asumsi dan dugaan kita terlebih dahulu.
Pada sesi terakhir, para peserta kembali dibagi ke dalam beberapa kelompok dan diminta untuk mempraktekkan semua teori yang telah didapatkan. Peserta diminta saling menilai masing-masing, lalu setelahnya memilih pembicara yang paling mahir untuk maju dan mempraktekkan power of introduction sebagai perwakilan kelompok. Orang-orang yang maju inilah yang menjadi kandidat untuk peserta terbaik hari itu dengan hasil voting dari peserta lain. Haris, volunteer dari Panda Mobile terpilih sebagai peserta terbaik.
Dengan bekal public speaking yang telah didapatkan hari itu, para volunteer diharapkan makin percaya diri dan bersemangat ketika menjadi fasilitator bagi anak-anak maupun orang dewasa di setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Panda Mobile atau Bumi Panda. “Training ini sangat berguna bagi saya bukan hanya dalam aktivitas pekerjaan (sebagai volunteer –Red) tetapi juga dalam menjalani keseharian saya dalam berkomunikasi dengan sesama,” ujar Irfan Alfian, volunteer Panda Mobile tentang manfaat training public speaking yang diikutinya.