PENANAMAN MANGROVE BERSAMA KELOMPOK SAMATURU
Oleh: Amriana (Fasilitator Lokal AIP Budi daya Gracilaria Takalar)
Apa kalian masih ingat dengan kelompok Samaturu’? Kelompok petani rumput gracilaria yang berlokasi di Kelurahan Takalar Lama, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar ini memiliki aktivitas yang akan dilakukan secara berkala mulai tahun ini, yaitu penanaman mangrove di lingkungan Pattitangang dengan target muara sungai serta saluran air tambak. Penyusunan rencana yang telah dilakukan sejak tanggal 12 September ini menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu dilakukannya Forum Group Discusion (FGD) pada 1 Oktober hingga hari penanaman mangrove yang telah dilakukan pada 8 Oktober lalu.
Aktivitas penanaman mangrove yang dilakukan bersama mahasiswa Universitas Hasanudin dan mahasiswa Wageningen University merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap perbaikan kualitas lingkungan di daerah pertambakan. Mangrove jenis Rhizopora sp dan Avicennia sp yang ditanam di sekitar area tambak tersebut berjumlah sekitar 300 bibit. Bibit yang didapatkan berupa buah mangrove bakau dalam bentuk profagul dan tumbuhan yang telah tumbuh akar dan berdaun. Setelah penanaman mangrove dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi ringan bersama para petambak di salah satu kediaman petambak, di sekitar lokasi penanaman mangrove.
“Senang sekali bisa ikut menanam mangrove bersama para petambak dari Takalar. Karena dengan menanam mangrove, kita ikut berkontribusi dalam perbaikan lingkungan sekitar tambak dan nantinya akan bermanfaat bagi produksi rumput laut itu sendiri,” ungkap Andi Ningsih, mahasiswa Praktek Kerja Lapang (PKL) dari program studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Jurusan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Di balik Cerita Penanaman Mangrove Bersama Kelompok Samaturu
Kelompok Samaturu sebagai kelompok petambak dampingan WWF-Indonesia yang dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petani untuk pengembangan budi daya rumput laut gracilaria yang berkelanjutan ini berbagi cerita mengenai kondisi mangrove di lingkungannya. Menurut salah satu petambak, di Pattitangang dulunya banyak ditumbuhi mangrove. Namun, semakin berkembangnya budi daya tambak membuat sebagian mangrove dialihfungsikan hingga menyebabkan jumlahnya semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan abrasi pada area sekitar tambak semakin meningkat dan menggerus lahan mereka. Sehingga perlu dilakukan penanaman mangrove untuk mengembalikan kembali peran ekologis tumbuhan mangrove dalam ekosistem.
Rencananya semua saluran air tambak anggota Kelompok Samaturu’ akan ditanami mangrove. Namun, penanaman mangrove untuk saat ini diprioritaskan di muara sungai, mengingat ancaman abrasi pantai. Karena mangrove merupakan tanaman yang hidup di pesisir pantai dan memiliki beberapa fungsi penting, yaitu sebagai tempat berlindung dan memijah bagi udang dan ikan, sebagai penyedia unsur hara untuk kesuburan perairan, mencegah intuisi air laut, penahan banjir, penahan abrasi oleh ombak serta peredam gas emisi yang berasal dari efek rumah kaca.
Kegiatan penanaman mangrove ini merupakan agenda lanjutan untuk rehabilitasi lingkungan di tambak dan area di sekitanya, yang akan dilakukan secara berkala dan akan terus dimonitoring hingga terbentuknya area pembibitan mangrove. Para petambak juga akan melakukan penyulaman atau penggantian bibit mangrove yang mati setelah ditanam. Selain itu, kegiatan ini pun dirangkaikan dengan pengumpulan sampah yang berasal dari sekitar tambak dan sampah yang hanyut dibawa oleh ombak. Mereka juga mengharapkan jika aktivitas penanaman mangrove ini dapat menarik minat petambak dan masyarakat serta pemerintah setempat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan kelestarian alam untuk masa depan yang lebih baik untuk generasi kedepannya.