“PEMUDA UNTUK INDONESIA TIMUR”: KOMITMEN KEMITRAAN WWF-INDONESIA DAN HSBC UNTUK KONSERVASI LAUT DI INDONESIA TIMUR
Oleh: Natalia Trita Agnika
“Kita saksikan udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan”
Penggalan puisi “Membaca Tanda-Tanda” karya Taufiq Ismail tersebut dibacakan oleh Benja V. Mambai, Direktur Program Papua WWF-Indonesia dalam acara peluncuran program Kemitraan WWF-Indonesia dan HSBC untuk Konservasi Laut di Indonesia Timur pada Rabu (28/10) lalu di Jakarta. Semua yang hadir nampak larut merenungkan tanda-tanda alam yang selaras dengan yang kini sedang terjadi. Bila kekayaan alam yang melimpah tak diimbangi dengan pengelolaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, kelak kita tak akan bisa menikmatinya lagi.
Indonesia Timur memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Duo Imam, Imam Syuhada (Strategic Leader Program Papua Bird Head/Teluk Cendrawasih WWF-Indonesia) dan Imam Musthofa (Strategic Leader Program Coral Triangle WWF-Indonesia) dalam sebuah presentasi yang menarik menjabarkan mengapa Indonesia Timur begitu istimewa. Wilayah Indonesia Timur masuk dalam kawasan Coral Triangle yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut di dunia. Sebanyak 76% spesies karang di dunia terdapat di wilayah Coral Triangle. Dan nilai bisnis yang didapatkan dari pariwisata bahari kawasan Coral Triangle mencapai 12 miliar dolar AS. Tak hanya itu, produksi ikan tuna di dunia, 40%-nya berasal dari kawasan Coral Triangle. Namun ada begitu banyak tantangan yang mengancam potensi kekayaan alam tersebut, seperti illegal fishing, sampah, dan praktik pariwisata bahari yang tak bertanggung jawab.
Program Konservasi Laut untuk Indonesia Timur kolaborasi WWF-Indonesia dan HSBC merupakan salah satu cara untuk mengatasi berbagai ancaman terhadap kelestarian laut di wilayah itu. Komitmen kemitraan tersebut ditandatangani oleh Dr. Efransjah (WWF-Indonesia), Kemal Stamboel (Board WWF-Indonesia), Caecilia Adinoto (HSBC Indonesia), dan Tony Turner (Bank Ekonomi, member HSBC Group) serta turut disaksikan oleh Drs. Mulyoto, M.M (Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia) dan Marlina Efrida (Otoritas Jasa Keuangan). Program ini bertujuan memberdayakan masyarakat Indonesia Timur untuk pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan lingkungan, perikanan dan budidaya air yang berkelanjutan, pariwisata bahari yang bertanggung jawab, konservasi hiu paus, juga sanitasi dan pengelolaan sampah.
Donasi HSBC dalam program ini merupakan bagian dari investasi untuk masyarakat yang dilakukan secara global dalam rangka ulang tahun ke-150 HSBC. “HSBC sudah bermitra dengan WWF dalam upaya-upaya konservasi secara global di berbagai negara sejak tahun 1990-an,” terang Nuni Sutyoko, Head of Corporate Sustainibility HSBC Indonesia. Di Indonesia, HSBC telah membantu upaya konservasi WWF-Indonesia di Rimbang Baling melalui Proyek Air dan Habitat Harimau, Edukasi Lingkungan Panda Mobile ke sekolah-sekolah, dan kini dalam konservasi laut di Indonesia Timur.
Dalam sambutannya, Dr. Efransjah, CEO WWF-Indonesia menyampaikan, “WWF-Indonesia menyambut baik kolaborasi baru dengan HSBC ini untuk meningkatkan upaya kami yang semakin berkembang di Indonesia Timur guna mendorong keberlanjutan laut sebagai aset berharga bagi kehidupan masyarakat.”
Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, peluncuran program kemitraan WWF-Indonesia dan HSBC tersebut mengangkat tema “Pemuda untuk Indonesia Timur/ Youth for East Indonesia”. Sejumlah Suporter Kehormatan WWF-Indonesia mewakili pemuda dan pemudi Indonesia hadir dalam diskusi tentang wajah konservasi laut di Indonesia Timur dengan moderator Andini Effendi. Mereka adalah Ario Bayu, Davina Veronica, Trinity, Marcel Chandrawinata, dan Mischa Chandrawinata.
Dalam diskusi yang berlangsung hangat tersebut, Trinity sebagai penulis dan blogger yang sudah mengunjungi berbagai daerah di Indonesia mengatakan bahwa Indonesia Timur adalah daerah yang menjadi favoritnya. Sayangnya, alat transportasi publik masih minim. Demikian pula masalah pengelolaan sampah. Masih banyak pihak yang kurang peduli terhadap permasalahan sampah.
Selanjutnya, Marcel Chandrawinata menceritakan tentang pengalamannya menjadi “guru” sehari di kapal monitoring dan edukasi lingkungan KM Gurano Bintang milik WWF-Indonesia yang beroperasi di sekitar TN Teluk Cendrawasih, Papua. Saudara kembarnya, Mischa Chandrawinata juga berbagi mengenai jasa pariwisata yang dikembangkan keluarganya di Raja Ampat, Papua. “Kami selalu berpesan kepada teman-teman yang akan datang ke resor kami untuk senantiasa menghormati dan menjaga lingkungan. Anak-anak di sekitar resor juga kami ajak untuk menjaga kekayaan alam yang mereka miliki dengan tidak membuang sampah sembarangan,” tuturnya.
Kepada para pemuda, Efransjah berpesan, “Generasi muda harus lebih sadar dari generasi yang sekarang agar harta karun kita tidak rusak.” Acara yang diselenggarakan di Kembang Goela, Jakarta, tersebut ditutup dengan lagu “Tanah Air” oleh Jamaica Café dan Shera Fanesha.