PELUNCURAN LAPORAN EKONOMI HIJAU HEART OF BORNEO DI KTT RIO+20
Pada saat para pemimpin dunia bertemu di KTT Rio+20 bulan Juni lalu, WWF mengeluarkan sebuah laporan mengenai ekonomi hijau yang menawarkan solusi berkelanjutan bagi planet Bumi di acara PBB terbesar itu.
Laporan The Heart of Borneo: Investing in Nature for a Green Economy adalah panduan praktis tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi masa depan dapat dicapai, sekaligus melindungi nilai-nilai ekosistem dan keanekaragaman hayati Heart of Borneo – kawasan seluas 220.000 km2, habitat flora dan fauna yang unik namun terancam punah di pulau ketiga terbesar di dunia ini.
Laporan yang disusun oleh program WWF Heart of Borneo Initiative dan mitra-mitranya ini, menyoroti ongkos lingkungan dan pendapatan yang hilang dalam perekonomian saat ini dan ingin menunjukkan bahwa nilai sumber daya alam mendukung stabilitas dan pengembangan jangka panjang ekonomi lokal di Borneo.
“Sumber daya alam HoB merupakan nilai ekonomi dan sosial yang sangat hebat – tetapi jika kita tetap tidak sadar akan nilainya, masyarakat yang sangat bergantung pada alam akan menderita,” kata Jim Leape, Direktur Jenderal WWF-Internasional.
“Laporan ini menemukan bahwa menjunjung tinggi sumber daya alam dapat meratakan jalan untuk menguatkan ekonomi lokal, serta memberikan prioritas untuk pertumbuhan, perubahan iklim dan keberlanjutan di kawasan ini,” lanjutnya.
Membina bisnis yang lebih berkelanjutan
Laporan ini menyoroti praktik tidak berkelanjutan sektor kehutanan, kelapa sawit dan pertambangan di Borneo saat ini, dan menunjukkan bahwa erosi sumber daya alam mengarah ke sebuah kecocokan akan hilangnya kelangsungan kesejahteraan ekonomi dan sosial jangka panjang.
“Sektor-sektor ini merupakan hal yang vital bagi ekonomi di Borneo, tetapi sektor-sektor tersebut harus menanamkan aspek keberlanjutan dalam praktik-praktik mereka untuk tetap menjalankan mesin pertumbuhan di masa depan,” menurut Adam Tomasek, WWF Heart of Borneo Initiative Leader.
Menurut peragaan ekonomi, yang ditampilkan dalam laporan tersebut, di bawah skenario Business-as-Usual (BAU), pada tahun 2020 biaya lingkungan pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih besar daripada pendapatan dari penggunaan modal alam.
""Secara global, Kita telah beberapa kali menyaksikan bagaimana kesalahan pengelolaan modal keuangan dunia menyebabkan kerusakan jangka panjang bagi negara-negara. Hal yang sama akan terjadi di Borneo jika kita salah mengelola sumber daya alamnya - dan kerusakan tersebut akan diukur sebagai 'generasi penderitaan',"" kata Tomasek.
“Ironi dari hal ini adalah bahwa tidak seperti krisis keuangan dimana paket penghematan diberlakukan terlihat menjadi tidak bisa diterima, terutama bagi masyarakat miskin – pergeseran untuk menhargai sumber daya alam benar-benar dapat meningkatkan kehidupan masyarakat miskin dan rentan di Borneo,"" lanjutnya.
Laporan ini mengungkapkan dua pilihan untuk pemanfaatan besar kekayaan sumber daya alam di Heart of Borneo (HoB): menggunakannya secara boros atau menyimpannya di ‘bank’, yang mana akan menyebabkan banyak generasi hidup dengan kehilangan ‘bunga’ untuk selamanya, dalam bentuk barang dan jasa yang berkelanjutan. Hal ini mengidentifikasikan bahwa kondisi utama yang memungkinkan adalah peralihan untuk infrastruktur ekonomi dimana kebijakan-kebijakan fiscal dan alokasi-alokasi subsidi mendukung praktik-praktik berkelanjutan dan pengelolaan jasa ekosistem.
KTT Rio+20
Laporan Heart of Borneo: Investing in Nature for a Green Economy dirilis pada tanggal 20 Juni 2012 oleh Direktur Jenderal WWF-Internasional, Jim Leape, dalam sebuah acara tingkat tinggi yang dipandu oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden Guyana, Perdana Menteri Norwegia dan para pejabat dari kantor Sekretaris Jenderal PBB, serta para menteri dan pejabat senior lainnya juga hadir di dalam acara tersebut.
Temuan dan rekomendasi dari laporan ini diikutsertakan dalam beberapa acara di KTT Rio+20. Sebuah situs web pendukung (www.hobgreeneconomy.org) menyediakan sebuah ‘jendela’ bagi dunia untuk aktivitas-aktivitas pengembangan hijau di HoB.
Menurut Jim Leape, “Laporan ini menunjukkan bagaimana Brunei, Indonesia dan Malaysia kembali melanjutkan kerjasama mereka di kawasan HoB untuk mengembangkan dan mengimplementasikan asipirasi ekonomi hijau. Dengan menginvestasikan alam, mereka dapat menunjukkan secara jelas bagaimana memberikan aspirasi tersebut di dalam visi KTT Rio+20 ‘masa depan yang kita mau’.
Untuk infomasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
Adam Tomasek,
WWF Heart of Borneo Global Initiative, Leader
Tel: +62 21 7829461 ext. 422,
Mobile: +62 811 9917855,
E-mail: atomasek@wwf.or.id
Chris Greenwood,
WWF Heart of Borneo Global Initiative, Communications Manager
Tel: +60 88 262 420,
Mobile: +60 128281214,
E-mail: cgreenwood@wwf.org.my
