PELATIHAN PERENCANAAN EKOWISATA: POTRET EKOWISATA DI JANTUNG SUMATRA BAGIAN SELATAN
Oleh: Hijrah Nasir
Provinsi Lampung memiliki potensi wisata yang sangat besar. Salah satu potensi itu berada di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Keberadaan tempat wisata yang masih terjaga keindahan alamnya di lokasi tersebut disadari mampu menjadi usaha alternatif bagi masyarakat tanpa menghilangkan prinsip konservasi di dalamnya. Sebagaimana The International Ecotourism Society (TIES) pada tahun 1990 mendefinisikan pengertian ekowisata sebagai perjalanan yang bertanggung jawab ke tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.
Dalam pembangunan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan, salah satu upaya yang didorong oleh WWF Indonesia adalah ekowisata, dimana WWF telah bekerjasama dan mendampingi masyarakat dalam mengembangkan, mempromosikan dan memasarkan produk ekowisata, termasuk di Provinsi Lampung. Guna mendorong peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola ekowisata, maka WWF Indonesia mengadakan kegiatan Pelatihan Perencanaan Ekowisata/Pariwisata Berkelanjutan yang berlangsung dari tanggal 20 – 23 April 2017 di Resort Kubu Perahu, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang berada di Kabupaten Lampung Barat. Pelatihan selama 3 hari ini difasilitasi oleh Iwan Mucipto yang merupakan konsultan WWF untuk program ekowisata dan Rakata Adventure.
Pelatihan ini menghadirkan peserta yang berasal dari masyarakat pengelola wisata yang berada di desa-desa penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, antara lain dari Forum Lestari Sejahtera Desa Kubu Perahu (Lampung Barat), kelompok Dwipangga Abadi Desa Pemerihan (Kabupaten Pesisir Barat), Desa Sedayu dan Desa Sukaraja (Tanggamus), Desa Tugu Ratu dan Desa Sukamarga (Kabupaten Lampung Barat) serta dari unit pengelola wisata (UPW) Kubu Perahu, Balai Besar TNBBS.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan ekowisata, dan meyusun perencanaan terintegrasi dan program ekowisata di desa masing-masing. Pelatihan dibagi ke dalam beberapa sesi yang berisi materi tentang ekowisata, antara lain paradigma pariwisata, pariwisata berkelanjutan, 3 pilar usaha pariwisata, termasuk strategi pemasaran, membangun jejaring pariwisata, mengembangkan produk, kemewahan pengalaman, membangun visi pengembangan pariwisata, dilanjutkan dengan sesi penyusunan perencanaan terintegrasi para pihak dan penyusunan draft dokumen perencanaan dan program, serta sesi kunjungan ke lokasi wisata Kubu Perahu yang merupakan wilayah yang berada di dalam kawasan TNBBS yang saat ini sudah menjadi daerah tujuan wisata di daerah Lampung Barat.
Dalam pemaparannya, Setyo Ramadi selaku Direktur Rakata menjelaskan bahwa wisata memiliki konsep “menumpang” pada sesuatu yang sudah ada. Dalam artian bahwa wisata bukan sesuatu yang harus diciptakan dan berdiri sendiri, tapi ia menumpang pada sesuatu yang sudah bagus. Misalnya pengelolaan sampah dengan konsep berkelanjutan bisa menjadi atraksi wisata dengan memberi nama “wisata sampah” atau melihat aktivitas masyarakat yang membuat gerabah diberi nama “wisata gerabah”. Disadari bahwa industri wisata mampu menjadi lokomotif bagi industri lain seperti industri penginapan, jasa makanan, transportasi, souvenir, dan sebagainya. Namun di balik itu, pariwisata pun bisa menjadi pedang bermata dua. Jika tidak dikelola dengan prinsip keberlanjutan dan keadilan, maka ekowisata tidak akan memberikan manfaat kepada masyarakat, bahkan cenderung merugikan.
Dalam pengelolaan wisata di daerah sendiri, masyarakat dminta untuk tidak bergantung pada bantuan dari luar, namun memberdayakan apa yang menjadi potensi dari mereka sendiri. Selama ini lokasi wisata yang berada di dalam kawasan TNBBS menjadi tantangan tersendiri, khususnya perizinan. Namun, Balai Besar TNBBS menyampaikan bahwa saat ini pemerintah berupaya mendorong agar keberadaan TNBBS mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya. Salah satu caranya adalah mengembangkan ekowisata. Hal ini disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya dalam kegiatan Kemah Konservasi yang berlangsung di Tanggamus pada 2 April 2017 lalu sekaligus menyerahkan izin/bantuan secara simbolis untuk Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam bagi Koperasi Pakor Makmur, Pekon Paku Negara dan Masyarakat Pekon Kubu Perahu.
Dalam pelatihan ini para peserta berbagi cerita tentang perkembangan ekowisata di desa masing-masing dan menggambarkan harapan mereka tentang desa ekowisata dengan berbagai potensi yang dimiliki. Potensi wisata alam, seperti air terjun, keanekaragaman flora dan fauna langka, seperti gajah liar, tarsius, burung tor-tor, bunga rafflesia arnoldi, amorphopallus sp., kawah vulkanik, wisata sejarah, wisata religi, hingga keberadaan danau-danau indah dengan populasi burung belibis yang masih terjaga adalah sederetan potensi ekowisata di wilayah sekitar TNBBS yang belum digarap secara optimal. Oleh karena itu, melalui pelatihan ini diharapkan para pelaku ekowisata mampu menyusun perencanaan program terintegrasi multi-pihak atau perencanaan wilayah yang terintegrasi (integrated-site planning) dimana semua pihak terlibat dan keuntungan terbagi rata (fair).
WWF dalam pelatihan ini juga mengajak beberapa pengusaha yang berkecimpung dalam jasa wisata di Lampung. Diharapkan dengan mendorong masyarakat menjalin kerjasama dengan sektor swasta dapat menciptakan adanya kemitraan yang baik dan adil antara masyarakat dan sektor swasta/biro perjalanan sehingga mampu memicu kemajuan sektor ekowisata di desa mereka yang bisa memberikan manfaat dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan.