KAMPANYEKAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM KE MASYARAKAT RIAU
Oleh: Siti Maryam
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Riau MEA EXPO berlangsung dari tanggal 24-27 November 2016 lalu. Kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dalam negeri dan sebaliknya ini diikuti oleh 158 stand yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Ada banyak pelaku industri, pemerintah, pendidikan dan kesehatan turut serta memeriahkan kegiatan ini. Tidak ingin ketinggalan, WWF Indonesia Sumatera Tengah juga turut mengambil tempat dalam kegiatan tersebut.
Dengan mengusung tema mengenai konservasi sumber daya alam, stand WWF ramai didatangi pengunjung. Di sini kita bisa melihat maket ekosistem hutan yang dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada para pengunjung mengenai perbandingan hutan yang dulu dan sekarang.
‘’Maket ekosistem hutan ini bertujuan untuk membandingkan antara hutan kita dulu dengan yang sekarang. Kami menyajikan maket hutan dulu yang begitu asri sementara hutan yang sekarang itu begitu tandus” ujar Antika Fardilla dari unit komunikasi WWF yang mengkoordinir kegiatan pameran.
‘’Kami juga menampilkan camera trap yang merupakan salah satu program kerja WWF Indonesia Program Sumatera Tengah untuk pemantauan harimau di hutan-hutan di Riau.
Di spot ini juga diadakan photo contest menggunakan camera trap (kamera otomatis). Kamera ini merupakan salah satu alat yang digunakan untuk membantu penelitian populasi dan distribusi harimau.
Di bagian dinding stand, dipajang foto-foto tentang alam, kegiatan WWF Sumatera Tengah di lapangan, objek wisata di daerah konservasi dan foto kegiatan komunitas Earth Hour. Tidak hanya itu, ada pula poster-poster yang menggambarkan kondisi alam dan satwa. Selain itu ditampilkan informasi mengenai perkebunan sawit masyarakat yang lestari. WWF telah melakukan pendampingan petani kelapa sawit yang tergabung dalam Amanah yang berada di Kecamatan Ukui, Pelalawan pada November 2011 mendapatkan sertifikasi RSPO.
Ada juga instalasi gajah yang berfungsi untuk mengkampanyekan peduli nasib gajah Sumatera. Panitia mengadakan caption contest di instagram. Para pengunjung dapat berfoto di instalasi gajah kemudian mengunggahnya ke instagram. Lewat lomba ini diharapkan semakin banyak masyarakat yang membantu mengkampanyekan nasib gajah.
Tidak itu saja, interaksi dengan penjungn juga dibangun lewat permainan “Who Wants Tobe a Millionaire” mengenai konservasi sumber daya alam. ‘’Kuis ini berkaitan dengan edukasi lingkungan, beberapa soal mengenai satwa dan habitatnya. Selain itu, ada juga soal mengenai undang-undang konservasi sumber daya alam” jelas Tika.
Ada pula hasil produk daur ulang dari masyarakat Rimbang Baling yang tergabung dalam Kelompok Karya Basamo. Hasil daur ulang ini berasal dari sampah plastik yang dibuat menjadi beragam kerajinan seperti bros jilbab, tas, dompet, kotak pensil, tempat tisu dan keranjang. WWF membantu masyarakat sekitar Rimbang Baling, khususnya kaum ibu di Desa Tanjung Belit, Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar untuk pelatihan daur ulang sampah plastik. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan hutan dan sungai di sekitarnya agar tetap terjaga.
Hingga hari terakhir, stand ini telah dikunjungi oleh lebih dari 400 orang. Pengunjung tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari instansi pemerintah, mahasiswa, pelajar, karyawan, dan masyarakat serta anak-anak..
‘’Stand dari WWF Indonesia Central Sumatera ini sangat kreatif. Mulai dari tata ruangnya, tidak hanya itu tujuan dari stand yang bertemakan konservasi sumber daya alam juga dapat tersampaikan kepada pengunjung. Yakni agar pengunjung mengetahui pentingnya menjaga keberlangsungan sumber daya alam.” Ujar Chyntia yang berasal dari SMP Negeri 1 Pekanbaru.
Lewat pameran ini diharapkan pengunjung dapat memahami tentang konservasi sumber daya alam khususnya gajah Sumatera dan harimau Sumatera serta habitatnya.